62💉

2.7K 210 48
                                    

Sebuah cahaya tampak bersinar begitu terangnya. Seorang remaja laki-laki tampan tengah berjalan ke arah cahaya itu sambil tersenyum penuh gembira. Remaja laki-laki itu adalah Jevian dan ia tampak masih mengenakan pakaian pasien rumah sakit. Namun, saat itu ia terlihat lebih sehat dan tidak ada raut wajah kesakitan sedikitpun yang ia tampilkan di wajah tampannya. Tanpa menggunakan alas kaki apapun, Jevian terus berjalan ke arah cahaya yang menyilaukan itu perlahan demi perlahan.

Namun, tiba-tiba ia mendengar ada seseorang yang memanggilnya dari arah belakang.

"JEVIAN!"

Ia pun akhirnya menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya ke arah belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Kak Elan?!" sahut Jevian sambil tersenyum ke arah Elan.

Elan lalu berjalan menghampiri Jevian dan memeluk Jevian cukup lama.

"Akhirnya kita ketemu lagi, kak! Lo apa kabar, kak? Lo kok bisa ada di sini sih, kak? Lo mau ke mana?" tanya Jevian pada Elan selepas berpelukan dengan Elan.

"Gue yang harusnya nanya ke lo, Jev. Ngapain lo di sini? Lo mau ke mana?" ucap Elan balik bertanya pada Jevian.

"Gue mau ke sana, kak!" ucap Jevian sambil tersenyum dan menunjuk ke arah cahaya terang yang ada di hadapannya.

"Ngga usah ke sana-sana! Udah sanah lo balik aja, deh! Jangan ke sana, Jev! Lo belum saatnya pergi ke sana!" ucap Elan.

"Ngga, kak. Gue mau ke sana!" ucap Jevian masih menunjuk ke arah cahaya terang itu.

"Jangan, Jev! Udah lo nurut aja sama gue, mending lo balik aja deh! Ntar kalo lo udah masuk ke sana, lo ngga akan bisa balik lagi soalnya! Sanah balik-balik!" ucap Elan menyuruh Jevian untuk berbalik arah.

"Ngga mau, kak. Gue maunya ke sana aja! Lo aja sanah yang balik! Lo ngapain coba ada di sini? Jangan halangi jalan gue, deh!" ucap Jevian.

"Jevian!"

Tiba-tiba ada suara seseorang yang memanggil Jevian dan Jevian sangat hafal dengan suara itu. Sepertinya, itu adalah suara Nathan. Namun, ia tidak menemukan di mana Nathan berada. Ia hanya bisa mendengar suaranya saja.

"Jev! Balik, Jev! Gue mohon jangan tinggalin gue! Lo harus tepati janji lo ke gue kalo lo ngga bakal ninggalin gue, Jev! Gue udah bilang kalo gue ngga mau denger kabar jelek tentang lo, kan? Jangan buat gue kecewa, Jev! Gue udah nungguin lo pulang! Rumah lo masih di sini, Jev! Lo masih harus lewati banyak waktu lagi sama gue di sini! Lo mau gue marah lama sama lo, Jev? Lo ngga mau musuhan kan sama gue? Kalo gitu cepetan pulang sinih! Kalo sampe lo berani ninggalin gue, gue pasti bakal marah banget sama lo!"

"Tapi gue udah ngga bisa balik lagi, Nath.. gue ngga mau sakit lagi.. gue lebih seneng di sini..," ucap Jevian.

"Oh, jadi itu mau lo, Jev? Terus gue gimana?! Lo bahagia di situ, tapi gue?! Nasib gue gimana di sini?! Lo ngga kasian apa sama gue?! Lo ngga mikirin gimana perasaan gue kalo gue ditinggal lo pergi?! Lo kan udah janji bakal terus sama-sama bareng gue?! Kenapa sekarang lo ingkar janji?!" ucap Nathan.

"Maaf, Nath..," ucap Jevian sedih mendengar ucapan Jevian. Sesungguhnya, ia tidak ingin membuat Nathan marah maupun kecewa. Tapi apa yang bisa ia perbuat sekarang? Ia ingin bahagia. Ia ingin menyudahi semua rasa sakit yang selama ini telah lama bersarang di tubuhnya. Kini ia telah terlepas dari penyakitnya. Ia telah terlepas dari semua rasa sakitnya.

"Gue marah sama lo, Jev!" ucap Nathan.

"Jev.. udah sanah balik! Kasian keluarga lo udah ngarepin banget lo sembuh malah lo milih pergi. Lo tenang aja, habis ini lo ngga akan ngerasain sakit lagi, kok. Lo sembuh dan lo masih tetep bisa hidup. Percaya deh sama gue, Jev," ucap Elan. 

My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang