Hari itu adalah hari pengumpulan surat izin orang tua mengenai kegiatan camping di puncak. Ketua kelas segera melaksanakan tugasnya untuk menarik surat izin orang tua tersebut pada para anggota kelasnya. Jevian dan Nathan pun juga sudah mengumpulkan surat itu pada sang ketua kelas. Namun, saat itu Nathan belum tahu jika Jevian sudah diberi izin untuk ikut kegiatan camping tersebut oleh kedua orang tuanya. Yang ia tahu, Jevian memberitahu dirinya bahwa kedua orang tua Jevian tidak mengizinkannya ikut kegiatan tersebut.
"Jev, lo ngga pa-pa kan?" tanya Nathan pada Jevian.
"Ngga pa-pa apanya?" balas Jevian balik bertanya pada Nathan.
"Kan lo ngga diizinin ikut camping? Lo udah nerima keputusan itu, kan? Lo ngga pa-pa kan kalo lo ngga ikut? Semalem gue khawatir sama lo karena lo telepon gue sambil nangis gara-gara katanya lo ngga dapet izin ikut camping," ucap Nathan.
"Gue jadinya ikut, Nath," ucap Jevian sambil tersenyum.
"Hah?! Lo serius, Jev?! Tapi semalem bukannya lo telepon gue terus lo bilang katanya lo ngga diizinin?!" tanya Nathan terkejut.
"Awalnya emang gue ngga diizinin ikut, Nath. Tapi tadi pagi tiba-tiba gue akhirnya diizinin ikut. Makanya sekarang gue lagi seneng banget. Hehe," ucap Jevian sambil menyengir.
Nathan lalu terdiam setelah mendengar ucapan Jevian. Ia tidak tahu harus merasa senang atau sebaliknya. Di satu sisi ia senang Jevian sudah mendapatkan izin untuk ikut camping. Tapi di sisi lain, ia juga khawatir dengan kondisi Jevian selama mengikuti kegiatan camping di puncak.
"Nath, kok diem? Lo ngga seneng yah gue ikut? Lo takut gue besok di sana bakal banyak ngerepotin lo yah, Nath?" tanya Jevian merubah raut wajahnya menjadi cemberut.
"Ngga, kok. Gue.. gue seneng lo ikut," jawab Nathan sambil tersenyum.
"Tapi kok ekspresi lo kayak gitu? Senyum lo keliatan kepaksa. Lo ngga seneng yah Nath kalo gue ikut?" tanya Jevian.
"Senyum gue emang gini, Jev. Gue ngga kepaksa kok senyumnya. Gue seneng lo ikut, Jev," jawab Nathan.
"Hem, kalo gitu nanti temenin gue ke rumah sakit ya, Nath? Lo ngga ada acara kan nanti? Gue mau terapi jalan nanti di sana. Sebenernya gue udah minta mama buat nemenin, sih. Tapi gue mau ditemenin lo juga. Lo mau nemenin gue kan, Nath?" ucap Jevian yang terlihat begitu semangat.
"Iya, Jev. Nanti gue temenin," jawab Nathan.
Jevian lalu beralih ke arah Reynaldi dan Hiandra yang juga tampak sedang mengobrol berdua.
"Rey! Ndra!" panggil Jevian pada kedua sahabatnya itu.
"Iya, Jev? Kenapa?" sahut Reynaldi.
"Gue dibolehin ikut camping!" ucap Jevian sambil tersenyum.
"Hah?! Serius lo, Jev?!" balas Hiandra dengan wajah terkejut.
"Iya, serius!" jawab Jevian.
Nathan lalu tampak mengalihkan perhatiannya ke arah lain setelah mendengar percakapan Jevian dengan kedua sahabatnya. Wajahnya terlihat tidak menunjukkan ekspresi bahagia seperti yang Jevian tunjukkan di hadapannya dan kedua sahabatnya hari itu.
••••
Di rumah sakit, Satya dan Davian sedang bersiap untuk menangani pasien yang akan melakukan operasi bedah hari itu. Mereka kini tengah mencuci tangan di Scrub Station guna menjaga higienitas. Saat sedang mencuci tangan bersama, Satya tiba-tiba bertanya sesuatu pada Davian.
"Dav, gue mau nanya sesuatu sama lo," ucap Satya.
"Nanya apaan?" balas Davian.
"Nathan sama Jevian kan katanya disuruh ikut camping di puncak. Lo ngga ngizinin Jevian ikut, kan? Gue semalem denger dari Nathan sih katanya lo ngga ngizinin Jevian ikut. Cuma sekarang gue nanya lagi ke lo karena pengen mastiin aja," ucap Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]✓ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.