60💉

2.9K 228 45
                                    

Di dalam sebuah gereja, terlihat Nathan tengah duduk di salah satu kursi duduk umat. Suasana di gereja saat itu begitu sepi. Tidak ada seorang pun di dalam gereja itu kecuali dirinya. Ia terus mengucap do'a dalam hati sambil mengepalkan kedua tangannya dengan mata tertutup. Tak terasa, air matanya pun sampai berjatuhan saat dirinya tengah berdo'a dalam hati.

Rupanya, ia tengah berdo'a dengan sungguh-sungguh untuk kesembuhan Jevian. Ia benar-benar mengharapkan itu pada Tuhan-Nya. Ia merasa jauh dengan Jevian dan ia merasa takut jika Tuhan akan segera membawa Jevian pergi darinya.

Tak lama, tiba-tiba ia merasa pundaknya disentuh oleh seseorang. Karena penasaran, ia pun berhenti berdo'a dan membuka matanya menatap ke arah seseorang yang ternyata sudah duduk di sebelahnya. Namun, ia benar-benar terkejut saat ia melihat siapa yang tengah duduk di sebelahnya saat itu.

"Jev.. Jevian?!" ucap Nathan tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Jevian lalu tampak tersenyum manis menatap Nathan saat Nathan menyebut namanya. Saat itu, Jevian terlihat lebih tampan daripada biasanya, bahkan pakaian yang dikenakannya pun terlihat bersih dan begitu rapih. Ia mengenakan kemeja putih dan setelan jas berwarna hitam. Ia juga tampak menggenggam sebuah buket bunga gladiol putih berukuran sedang di tangannya. Wajah pucatnya kini terlihat lebih cerah dan segar. Dari tubuhnya pun tercium bau yang sangat harum hingga membuat Nathan seketika merasa merinding.

"Jev.. lo kok ada di sini? Bukannya lo harusnya ada di Singapura sekarang?" tanya Nathan.

"Gue udah pulang, Nath..," jawab Jevian sambil tersenyum.

"Ud-udah pulang? Kok cepet banget?! Em-emangnya lo udah sembuh?!" tanya Nathan lagi yang masih belum mengerti apa yang baru saja Jevian katakan.

"Gue udah sembuh. Gue udah ngga sakit lagi sekarang," jawab Jevian dengan tatapan matanya yang terlihat begitu bahagia.

"Sembuh? Gimana bisa?! Tapi bukannya jantung lo masih belum diganti, Jev? Lo ke Singapura aja belum ada seminggu. Gimana bisa lo tiba-tiba bilang udah sembuh?!" tanya Nathan.

"Terus ini! Ini lo kenapa pake baju kayak gini?! Lo rapih banget kayak gini emang mau kemana, Jev?!" tambah Nathan sambil menyentuh pakaian yang Jevian kenakan saat itu.

"Ini baju yang dibeliin papa sama mama buat nganterin gue pulang, Nath. Bagus, kan?" ucap Jevian.

"Hah?! Kok cuma nganterin?! Emang papa sama mama ngga ikut pulang?! Mereka masih di Singapura?! Yang berobat kan lo, bukan papa sama mama! Kenapa malah lo pulang duluan?! Lo pasti pengen ikut opa pulang, kan?! Lo pulang sama opa?" tanya Nathan.

"Ngga, kok. Gue pulang sendiri. Gue ngga ngajakin siapa-siapa buat ikut pulang sama gue," jawab Jevian.

"Pulang sendiri?! Ya ngga mungkin, lah! Lo mana berani pulang sendirian?! Lo kan anak manja! Kemana-mana harus ditemenin! Ngga mungkin juga papa sama mama cuma ngenterin lo sampe bandara doang terus biarin lo pulang ke Indonesia sendiri! Mereka mana tega biarin lo pulang sendiri?! Gue ngga percaya, Jev. Lo itu ngga mungkin berani pulang sendiri!" ucap Nathan.

"Ya udah kalo ngga percaya juga ngga pa-pa, kok. Eh, tapi lo liat juga deh sepatu yang gue pake sekarang. Ini sepatu yang gue pake emang  keliatan kurang matching sih sama baju yang gue pake sekarang. Tapi gue sengaja dipakein sepatu ini sama mama, soalnya ini sepatu favorit gue yang dibeliin kak Jeffran 2 tahun lalu waktu gue ulang tahun. Mama tau banget mana barang-barang favorit gue, deh," ucap Jevian sambil tersenyum sambil menatap sepatu putih favoritnya yang saat itu ia pakai.

"Ngapain lo pake barang-barang favorit lo? Lo mau kemana sih, Jev? Lo mau ada acara apa? Kenapa lo harus banget perhatiin penampilan lo? Biasanya juga lo ngga terlalu mentingin ginian kalo mau pergi ke acara-acara gitu, kok. Tumben banget sih lo, Jev. Buat apaan coba?" ucap Nathan.

My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang