Beberapa hari kemudian.......
Jevian telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Pagi itu sekitar pukul setengah 9 pagi ia diantar pulang ke rumah oleh kedua orang tuanya. Kini Jevian sedang dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Ia duduk di belakang kemudi bersebelahan dengan Tirany, sedangkan Davian duduk di depan kemudi mengendarai mobil yang mereka tumpangi.
Jevian sudah merasa lebih baik, namun ia masih terlihat lemas dan sedikit pucat. Ia sudah tidak mengalami demam sejak beberapa hari terakhir sebelum ia akhirnya diperbolehkan pulang. Kini Jevian duduk sambil menyandarkan punggung dan kepalanya pada kursi mobil.
"Papa..," panggil Jevian.
"Iya, sayang? Ada apa?" tanya Davian sambil menyetir mobilnya.
"Aku laper," ucap Jevian.
"Tadi disuruh makan dulu di rumah sakit ngga mau?" tanya Tirany.
"Aku ngga mau makan makanan rumah sakit terus, ma. Boleh ngga kalo aku minta makan di luar dulu sebelum pulang? Tapi kalo mama ngga mau, nanti aku minta dibungkus aja makanannya. Aku ngga pa-pa kok makan di rumah aja. Mama juga pasti capek udah nungguin aku selama aku sakit di rumah sakit," ucap Jevian.
"Ngga pa-pa, kok. Sekalian buat ngerayain adek sembuh dan udah dibolehin pulang dari rumah sakit," jawab Davian sambil menyetir mobil.
"Aku kan nanya mama. Kok papa yang jawab?" ucap Jevian.
"Tapi ngga pa-pa kok kalo emang ngga boleh, ma. Aku ngga akan maksa harus makan di luar sekarang. Aku bisa minta lain kali," ucap Jevian berusaha untuk belajar tidak memaksakan mamanya untuk menuruti semua keinginannya seperti sebelumnya. Ia tidak ingin menjadi anak manja dan banyak mau seperti sebelumnya terlebih jika sedang berhadapan dengan mamanya itu.
"Boleh kok, sayang. Kita makan di luar aja. Sesekali ngga pa-pa," ucap Tirany.
"Mama emangnya ngga pa-pa kalo ngga ngajak kak Jeffran?" tanya Jevian.
"Ngga pa-pa, kok. Kak Jeffran kan lagi kerja. Lagian kak Jeffran juga pasti udah sering makan di luar sama temen-temen kerjanya. Lain kali aja kita ajak kak Jeffran makan di luar bareng kalo jadwalnya lagi kosong," jawab Tirany.
Tirany dan Davian memang sedang berusaha memperbaiki hati Jevian yang sebelumnya sudah cukup terluka karena mendengar percakapan mereka yang tidak mengenakan hatinya beberapa hari lalu. Terlebih Tirany yang memang tinggal hanya memiliki satu kesempatan lagi untuk bisa memperbaiki diri menjadi ibu yang lebih baik untuk Jevian. Ia tidak ingin jika nanti harus bercerai dengan suaminya dan akan menghancurkan hati Jevian untuk yang kesekian kali. Ia tidak ingin kondisi Jevian akan semakin buruk memikirkan perceraian orang tuanya. Ia yakin Jevian tidak akan mungkin bisa menerima kenyataan jika kedua orang tuanya harus berpisah. Ia pasti akan sangat sedih dan merasa kecewa. Mungkin juga setelah itu tujuan hidupnya kembali hilang dan ia akan mudah putus asa menjalani hidupnya.
"Beneran, ma?! Berarti mama mau makan di luar?!" ucap Jevian pada Tirany.
"Beneran, sayang," jawab Tirany.
Jevian pun tersenyum senang setelah mendengarnya.
"Makasih ya, ma!" ucap Jevian sambil tersenyum ke arah Tirany.
"Sama-sama, sayang," jawab Tirany sambil membalas senyum Jevian dengan tulus.
"Terus mau makan di mana, nih?" tanya Davian.
"Terserah. Aku ngikut aja. Yang penting enak. Papa pasti tau kan tempat makan yang enak dimana aja?" ucap Jevian.
"Berarti ngga pa-pa nih kalo papa yang nentuin tempatnya? Mama mau dimana, ma?" tanya Davian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]✓ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.