Opa dan oma akhirnya sampai di rumah sakit. Mereka tampak berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ke ruang rawat Jevian. Saat itu jam menunjukkan pukul 11 malam. Meski sudah hampir larut, namun mereka tetap pergi menyusul Jevian ke rumah sakit setelah mendapat kabar dari Davian bahwa cucu kesayangan mereka masuk rumah sakit karena penyakitnya tiba-tiba kambuh secara mendadak.
Di beberapa koridor rumah sakit, opa dan oma bertemu dengan para pegawai rumah sakit dan para petugas medis yang masih tertugas malam itu di rumah sakit yang pastinya sangat ramah menyapa kedatangan mereka mengingat mereka adalah pemilik rumah sakit itu.
Sesampainya di depan ruang rawat Jevian, opa dan oma pun segera membuka pintu ruang rawat tanpa mengucap permisi karena sudah sangat tidak sabar ingin melihat kondisi Jevian.
Ceklek!
"Jevian!" panggil opa dan oma secara bersamaan setelah membuka pintu ruang rawat Jevian.
Semua yang berada di ruang rawat Jevian malam itu tampak mengalihkan perhatian mereka pada opa dan oma yang baru saja membuka pintu ruang rawat Jevian. Kebetulan saat itu Jevian ditemani oleh orang tuanya dan kakaknya, yaitu Jeffran.
Opa dan oma pun segera masuk ke dalam ruang rawat Jevian, lalu setelah itu langsung menutup kembali pintu ruang rawat Jevian.
Opa dan oma segera menghampiri ranjang yang di tempati Jevian saat itu. Mereka benar-benar khawatir melihat Jevian yang terbaring lemah di atas ranjang rawatnya dengan hidung dan mulutnya yang terpasang masker oksigen.
Tirany dan Jeffran yang tengah berdiri di samping ranjang Jevian pun segera menyingkir untuk memberi ruang pada opa dan oma yang hendak melihat Jevian.
"Ya Tuhan.. kenapa bisa begini sih, dek? Tadi kan masih baik-baik aja di tempat oma. Kenapa sekarang adek malah di sini, dek? Adek kenapa, sayang?" ucap oma lalu meneteskan air matanya karena begitu mengkhawatirkan kondisi cucu kesayangannya itu.
"Kenapa Jevian bisa kambuh lagi, Davian?! Bukannya tadi masih baik-baik aja?!" ucap opa pada Davian yang tak kalah khawatirnya.
Saat Tirany hendak menjawab pertanyaan opa, Davian segera mendahului untuk menjawabnya.
"Tadi emang masih baik-baik aja, pa. Tapi tiba-tiba aja dia mimisan lagi terus pingsan. Davish bilang dia kecapekan. Papa juga kan tahu kalo dia emang sering banget tiba-tiba pingsan," ucap Davian.
"Padahal tadi di rumah omanya dia ngga ngapa-ngapain, Dav. Tadi dia cuma duduk liatin Nathan berenang terus langsung tidur siang sampe sore. Kenapa dia bisa kecapekan?" ucap oma.
"Mungkin karena sebelumnya dia juga habis dari rumah sakit langsung ke rumah mama. Dia mungkin kecapekan di perjalanan. Jevian juga kan kalo capek ngga mau bilang, jadi kita juga ngga tahu apa yang dia rasain karena dia suka nutupin," ucap Davian.
"Hm, tapi Jevian ngga pa-pa kan, Dav? Dia baik-baik aja, kan? Dia sebentar lagi bangun, kan?" ucap oma khawatir.
"Iya, ma. Jevian baik-baik aja, kok. Nanti dia pasti bangun. Biarin dia istirahat dulu, ma. Mungkin dia masih capek," ucap Davian.
"Ma, keluar dulu bentar, yuk!" ucap Jeffran pada Tirany.
"Kakak mau ajak mama kemana, kak? Udah malem. Mama juga pasti capek belum istirahat dari pulang kerja tadi, kan?" tanya oma.
"Aku mau ajak mama ke kantin dulu, oma. Mama daritadi nangisin adek terus. Mama pasti sedih banget. Makannya aku pengen hibur mama. Aku mau nenangin mama dulu, oma. Cuma sebentar, kok," ucap Jeffran.
"Ya udah, ngga pa-pa. Biar Jevian oma yang jagain di sini sama opa," ucap oma.
"Tapi, ma..," ucap Tirany.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]✓ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.