Pagi itu, Jevian dan Nathan terlambat masuk sekolah karena ada kendala saat di perjalanan. Kendala tersebut disebabkan karena Jevian tiba-tiba menangis dan mengalami sesak napas. Meski itu cukup membuat Davian dan Nathan panik, tapi kini mereka sudah cukup merasa lega karena Jevian kini sudah terlihat baik-baik saja.
Kini Jevian tengah digendong oleh Davian menuju kelasnya bersama dengan Nathan yang berjalan di sebelahnya. Mereka tampak melewati beberapa lorong kelas untuk bisa sampai menuju ruang kelas Jevian. Mereka juga harus menaiki tangga sebelum akhirnya sampai di kelas. Jevian tampak menemplok di belakang punggung Davian sambil menyandarkan kepalanya di punggung Davian. Di lorong-lorong kelas sudah terlihat sepi karena para siswa sudah masuk ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran.
"Dek?" panggil Davian sambil berjalan menggendong Jevian di belakang punggungnya.
"Hm," sahut Jevian.
"Kamu ngga tidur kan di belakang?" tanya Davian.
"Ngga," jawab Jevian.
"Kirain tidur. Pusing apa gimana? Atau sesak lagi dadanya? Kenapa diem aja?" ucap Davian.
"Ngga," jawab Jevian.
"Nanti kalo ada apa-apa langsung kabarin papa ya, Nath. Takutnya soalnya sesak lagi. Dia kadang soalnya ngga mau langsung bilang sih kalo sesak. Kadang suka sengaja ditahan-tahan sendiri," ucap Davian.
"Iya, pa. Tenang aja nanti aku pasti langsung bilang," ucap Nathan.
"Ngaduan!" ujar Jevian.
"Gue ngaduan karena lo duluan yang ngga pernah mau jujur! Kalo lo jujur sendiri pasti gue ngga bakal ngadu," ucap Nathan.
"Udah, ngga usah ribut. Nanti berisik ganggu anak kelas lain yang lagi belajar," ucap Davian.
Setelah itu, mereka pun sampai di kelas Jevian. Nathan mengetuk pintu kelasnya yang terbuka. Seluruh siswa di kelasnya dan guru yang sedang mengajar pagi itu langsung mengalihkan perhatian mereka ke arah pintu kelas.
"Permisi, Bu!" ucap Davian.
Guru yang sedang mengajar lalu berjalan ke arah pintu setelah menyambut kedatangan Davian dan dua anak kembarnya.
"Maaf, bu. Jevian sama Nathan hari ini terlambat masuk sekolah karena tadi saat di jalan Jevian tiba-tiba mengalami sesak. Nathan kebetulan hari ini berangkat sekolah bareng satu mobil dengan saya, jadi dia ikut terlambat," ucap Davian.
"Oh, tapi sekarang apa sudah tidak apa-apa, Jevian? Kemarin juga saya dengar kamu pingsan di sekolah, kan? Kalau memang masih sakit sebaiknya tidak usah masuk sekolah dulu tidak apa-apa, Jevian," ucap guru bertanya pada Jevian.
"Udah ngga kok, Bu," jawab Jevian.
"Dia minta tetep dianterin ke sekolah, bu. Jadi saya akhirnya memberi izin. Soalnya dia kalo di rumah suka ngambek kalo ngga diturutin," ucap Davian.
"Oh, iya pak tidak apa-apa. Itu kakinya masih belum sembuh, yah?" ucap guru.
"Belum, Bu. Makannya saya masih gendong ke kelas. Dia ngga mau pake kursi roda soalnya," ucap Davian.
Setelah itu, guru pun mempersilahkan mereka untuk masuk. Jevian tampak menyembunyikan wajahnya di punggung Davian karena merasa malu pada teman-teman kelasnya karena harus digendong sampai kelas.
"Jevian nangis tadi, Nath? Kok keliatan sembab matanya tadi?" ucap Reynaldi saat Nathan sudah duduk di kursi kelasnya lebih dulu yang kebetulan berdekatan dengan kursi yang diduduki oleh Reynaldi dan Hiandra. Nathan juga tampak meletakkan tas milik Jevian di kursi sebelahnya, yaitu kursi milik Jevian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]✓ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.