Hari sudah pagi. Terlihat Jevian di kamarnya sudah mengenakan seragam sekolahnya lengkap. Saat ia tengah menata rambutnya dan berkaca di depan cermin yang ada di dalam kamarnya, tiba-tiba saja Davian masuk ke kamarnya dan duduk di atas ranjangnya.
"Papa.. papa duluan aja ke ruang makan. Nanti aku nyusul, kok. Bentar lagi aku selesai," ucap Jevian.
"Papa mau nunggu adek aja. Nanti turunnya biar bareng," ucap Davian.
Setelah sudah siap dan rapih, Jevian pun segera mengambil tas sekolahnya yang ada di atas meja belajarnya.
"Adek, obatnya ngga ketinggalan, kan? Udah dimasukin tas, kan?" tanya Davian.
"Udah, pa," jawab Jevian.
Davian menatap Jevian dengan perasaan bersalah. Ia takut jika Jevian akan kecewa padanya jika nanti ia mengetahui yang sebenarnya bahwa kedua orang tuanya akan bercerai. Ia takut jika nanti Jevian akan membencinya dan menyalahkannya karena menceraikan Tirany.
"Yuk, pa! Turun! Mama sama kak Jeffran pasti udah nungguin di bawah, kan?! Aku juga ngga mau telat sekolahnya. Kan ini hari pertama aku masuk sekolah lagi setelah izin sakit kemaren," ucap Jevian.
"Iya, dek. Sinih tasnya biar papa aja yang bawain!" ucap Davian.
"Aku aja yang bawa, pa," ucap Jevian.
"Pasti berat kan tasnya? Ada banyak buku yang harus dibawa. Biar papa aja yang bawain," ucap Davian.
"Ngga pa-pa, pa. Aku kuat kok gendong tasnya di belakang. Aku udah ngerasa lebih sehat sekarang. Udah ngga lemes banget kayak kemaren. Yuk, turun!" ucap Jevian.
Setelah itu, Davian dan Jevian pun keluar dari dalam kamar hendak menuju ke ruang makan. Saat mereka baru saja keluar dari kamar, mereka melihat Jeffran yang juga baru saja keluar dari kamarnya.
"Adek!" panggil Jeffran.
"Iya, kak? Kenapa?" sahut Jevian setelah Jeffran memanggilnya.
"Adek udah ngga pa-pa sekarang? Udah ngga sakit lagi kan dadanya kayak tadi malem?" tanya Jeffran setelah menghampiri Jevian.
"Ngga, kok. Aku udah baikan sekarang, kak," ucap Jevian.
"Bener, ya?" ucap Jeffran.
"Beneran, kak," jawab Jevian.
"Obatnya tapi udah dibawa kan di tas, dek?" tanya Jeffran.
"Udah, kak," jawab Jevian.
"Ya udah yuk, turun! Kita sarapan bareng!" ajak Jeffran.
Mereka pun turun dan berjalan ke ruang makan bersama. Namun, di sana hanya ada bibi Darmi yang tengah menyiapkan makanan di atas meja makan. Tidak ada Tirany di sana.
"Pa, mama mana? Kok ngga ada? Kirain udah di bawah duluan?" tanya Jevian pada Davian.
"Em, mama tadi bilang katanya kita suruh makan duluan aja. Nanti mama nyusul. Udah, kakak sama adek makan duluan aja, ya?! Yuk, sinih duduk!" ucap Davian.
"Pa.. papa lagi marahan yah sama mama? Semalem kayaknya kok waktu ke kamar aku, papa kayak cuek gitu ngomongnya? Mama juga. Terus aku juga semalem kayaknya denger papa sama mama ribut-ribut. Emang ributin masalah apa?" bisik Jeffran di telinga Davian.
Davian pun terkejut saat Jeffran mengatakan itu. Ia khawatir jika Jeffran mendengar pembicaraannya dengan Tirany semalam.
"Kakak ngga denger kan apa yang papa sama mama bahas semalem?!" bisik Davian.
"Ngga, sih. Kakak soalnya semalem udah ngantuk banget. Jadi ya dengerinnya kayak sambil tidur gitu jadi ngga jelas dengernya. Tapi kakak tau kayaknya papa sama mama lagi ada masalah. Kayak lagi berantem," bisik Jeffran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]✓ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.