Satu Minggu telah berlalu. Namun, Jevian masih belum sadar dari komanya. Ia masih berada di ruang ICU dan kondisinya pun masih harus dalam pengawasan medis.
Seminggu sudah Nathan lalui tanpa Jevian. Kondisinya juga sempat drop saat Jevian baru dinyatakan koma. Ia bahkan sempat tidak mau melakukan apapun saat itu. Yang ia lakukan hanya melamun dan menangis. Ia juga sempat tidak mau makan hingga ia harus sakit dan diinfus selama dua hari di rumah sakit. Namun, berkat bujukan keluarganya dan semuanya tampak meyakinkan dirinya bahwa Jevian akan segera bangun, ia pun akhirnya berhasil dibujuk untuk makan dan kondisinya berangsur-angsur membaik. Kini ia sudah bisa berangkat sekolah seperti biasa. Namun, ia tidak dibiarkan berangkat dan pulang sekolah mengendarai motor sendiri karena dikhawatirkan akan terjadi sesuatu di jalan saat mengendarai motornya sendiri. Hal itu karena Nathan seringkali masih suka melamun bahkan menangis sendiri saat ia teringat bahwa sepupu kesayangannya itu sedang koma.
Sekarang ini Nathan sedang sarapan pagi disuapi oleh mamanya yang pagi itu juga hendak pergi ke rumah sakit untuk menjalankan aktivitasnya seperti biasa di rumah sakit. Sementara sang papa sudah lebih dulu berangkat ke rumah sakit sejak semalam. Oleh karena itu, hari itu Nathan pun akan diantar oleh Yuniar ke sekolah setelah selesai sarapan.
"Buka mulutnya lagi, sayang!" ucap Yuniar sambil berusaha menyuapkan makanan kembali pada mulut Nathan.
"Udah, ma," jawab Nathan sambil menyingkirkan tangan Yuniar yang sedang berusaha menyuapkan makanan untuknya.
"Kok udah? Satu kali lagi, dong! Nanti abis ini udah, deh," ucap Yuniar.
"Udah, ma. Aku udah kenyang," jawab Nathan.
"Kamu kok sekarang makannya jadi susah terus sih, Nath? Kamu ngga mau kan dirawat di rumah sakit lagi kayak waktu kemaren itu? Kamu tuh harusnya banyak makan biar ngga sakit lagi," ucap Yuniar.
"Apa kabar sama Jevian, ma? Udah seminggu dia cuma dikasih makan lewat selang. Itu pun cuma bentuk cairan dan cuma dikit doang. Emang kayak gitu kenyang? Dia sekarang jadi keliatan makin kurus, ma," ucap Nathan.
"Terus kamu mau badan kamu kurus juga kayak Jevian? Ngga boleh, dong. Nanti mama dikira ngga pernah kasih kamu makan kalo kamu tiba-tiba kurusan juga," ucap Yuniar.
"Aku ngga bisa aja ma makan makanan enak kayak gini, sementara Jevian cuma bisa makan lewat selang. Kalo dia sadar, pasti dia bakal nangis liat aku makan makanan enak sementara dia cuma konsumsi cairan yang sama sekali ngga bisa dia nikmatin rasanya," ucap Nathan.
"Nath, mama ngerti kok. Kamu pasti sedih banget karena kondisi Jevian masih belum ada perubahan apapun setelah seminggu ini. Mama tau, kamu pasti pengen banget Jevian bangun lagi. Tapi kamu harus percaya, Nath. Jevian pasti bentar lagi bangun. Kamu ngga boleh putus asa ya, sayang. Kamu harus sabar. Jevian juga pasti lagi berusaha buat bisa bangun lagi. Jangan pernah berhenti buat do'ain dia, Nath.. Jevian butuh banget do'a dari kita sekarang," ucap Yuniar.
"Aku takut banget Jevian ninggalin aku, ma.. setiap hari aku kepikiran terus jadinya, ma.. aku takut dia pergi..," ucap Nathan dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Ssttt.. ngga, Nath. Jevian ngga akan pergi ninggalin kamu. Kamu harus percaya kalo Jevian itu kuat.. dia pasti ngga akan nyerah gitu aja.. dia pasti masih mau berjuang buat bangun," ucap Yuniar mengelus lembut bahu Nathan.
"Kamu ngga boleh nangis lagi. Udah terlalu banyak air mata yang kamu keluarin buat nangisin Jevian setiap hari. Nanti Jevian sedih kalo kamu nangisin dia terus," ucap Yuniar.
"Iya, ma. Aku ngga mau nangis lagi, kok. Aku yakin Jevian pasti mau bangun lagi nanti. Aku bakal tungguin dia, ma. Aku mau sabar, kok. Aku ngga akan nangis lagi karena aku ngga mau Jevian sedih," ucap Nathan yang tampak berusaha untuk menahan air matanya yang saat itu ingin kembali keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]✓ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.