65💉

5.3K 271 67
                                    

Di sebuah kamar tidur, terlihat seorang remaja laki-laki tengah duduk melamun di atas ranjang. Remaja itu tampak mengenakan celana kain panjang berwarna hitam dan kemeja berwarna putih polos. Kamar itu sangat luas dan terlihat sangat rapih. Namun, kamar itu memiliki ciri khas bau obat-obatan seperti layaknya kamar rawat rumah sakit. Bisa ditebak, bahwa kamar itu memang adalah kamar milik Jevian. Namun, remaja laki-laki yang tengah duduk melamun di kamar itu bukanlah Jevian, melainkan ia adalah Nathan.

Suasana di kamar itu terlihat sangat sepi karena tidak ada seorang pun selain dirinya di sana. Ia lalu merubah posisi duduknya menjadi berbaring di atas ranjang kamar Jevian dengan posisi badannya miring.

Setetes air matanya tiba-tiba turun dari sudut matanya. Ia lalu mengelus lembut bantal yang biasa digunakan Jevian untuk tidur. Kini sprei bantal itu menjadi basah karena terkena tetesan air mata Nathan. Isak tangisnya lalu mulai terdengar memenuhi ruangan kamar itu. Ia lalu larut dalam tangisannya hingga suara tangisnya sayup-sayup mulai terdengar keras.

"Hiks.. Jevian.. hari ini lo pulang.. hiks.. semuanya udah nunggu lo pulang, Jev.. hiks..," ucap Nathan sambil menangis.

"Barang-barang favorit lo udah gue rapihin biar nanti lo tinggal pilih aja mau pake yang mana.. hiks..,"

"Gue juga udah siapin jas yang nanti mau lo pake sesuai yang lo pesenin ke gue. Gue udah siapin sepatu putih favorit lo. Saking banyaknya sepatu lo yang warna putih, gue sampe lupa mana yang paling jadi favorit lo. Untung aja mama Tirany mau bantu kasih tau gue sepatu mana yang paling lo suka lewat VC.. gue jadi ngga bingung milihnya.. hiks.. nanti gue bilangin mama buat pakein lo sepatu yang itu, ya.. lo mau mama yang makein sepatunya, kan?"

"Kamar lo udah gue rapihin.. tapi kenapa bau obat-obatannya masih belum mau ilang? Lo kan udah sembuh sekarang.. hiks.. kenapa bau khas kamar lo masih kecium di hidung gue sekarang? hiks..,"

"Rumah lo udah rame di bawah, Jev.. semuanya udah pada dateng buat nyambut lo pulang.. hiks.. ini yang lo mau, kan? Lo pengen banyak yang dateng, kan? hiks.. semuanya udah pada dateng, Jev.. Hiandra sama Reynaldi ada di bawah.. temen-temen kelas kita juga udah gue undang ke rumah semua buat ikut nyambut lo pulang.. hiks.. lo pasti seneng banget karena banyak yang dateng.. ini bukti kalo emang banyak yang sayang sama lo, Jev..,"

Nathan lalu semakin menangis sambil meremat kuat sprei bantal Jevian yang basah karena air matanya.

Tok tok tok!

"Nathan!"

Suara Yuniar terdengar memanggilnya dari luar pintu kamar Jevian.

"Keluar, yuk? Sebentar lagi Jevian sampe rumah, Nath. Katanya kamu mau sambut dia, kan? Jangan lupa bunganya nanti di bawa, ya?!" ucap Yuniar.

"Iya, ma!" sahut Nathan lalu segera menghapus air matanya dengan kasar.

Setelah itu, Nathan segera beranjak dari ranjang dan merapihkan kembali sprei kasur Jevian yang terlihat sedikit kusut karena baru saja ia tiduri.

Nathan lalu berjalan memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamar Jevian. Ia membasuh wajahnya yang sembab dengan air kran wastafel yang berada di dalam kamar mandi. Namun, ia masih sambil menangis saat sedang membasuh wajahnya dengan air.

"Hiks.. maafin gue, Jev.. gue udah janji ngga mau nangis.. tapi air mata gue ngga mau berhenti.. hiks..," ucap Nathan sambil menangis di depan cermin wastafel kamar mandi.

Setelah Nathan berhasil menenangkan dirinya dan sudah berhasil menghentikan tangisannya, ia pun segera mengeringkan wajahnya yang basah dengan handuk bersih berukuran kecil yang berada di lemari khusus kamar mandi.

"Oke, gue udah siap! Gue harus siap ketemu lo, Jev! Gue janji ngga mau nangis. Gue janji bakal sambut lo dengan senyuman manis gue, Jev. Hehe," ucap Nathan berusaha senyum di depan cermin kamar mandi meski matanya masih terlihat berkaca-kaca. Ia lalu tampak merapihkan kemeja putihnya supaya terlihat lebih rapih saat nanti ia akan bertemu dengan Jevian.

My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang