Di depan ruang IGD, terlihat Nathan tengah duduk di kursi tunggu bersama dengan Yuniar. Mereka terlihat gelisah menunggu Jevian tengah ditangani di dalam ruang IGD oleh Jeffran, Davish, Davian, Satya, dan beberapa petugas medis. Davian dan Satya memutuskan untuk ikut masuk ke dalam ruang IGD karena ingin membantu Jeffran dan Davish saat menangani Jevian karena mereka tidak bisa hanya diam saja menunggu Jevian selesai di tangani. Mereka juga ingin sekaligus mengawasi jalannya pemeriksaan selama di IGD.
Nathan terus mengeluarkan air matanya sambil menatap pintu ruang IGD. Meski Yuniar sudah mencoba menenangkannya, tetap saja Nathan merasa sangat mencemaskan kondisi Jevian yang sedang ada di dalam ruang IGD.
"Ma, Jevian pasti baik-baik aja kan?" tanya Nathan sambil menangis.
"Jevian pasti baik-baik aja, Nath," jawab Yuniar.
"Aku takut, ma..," ucap Nathan.
"Bantu do'a ya buat Jevian? Semoga dia bisa melewati semua ini dengan baik. Jevian lagi berjuang di dalam sana. Kamu harus bantu do'a buat dia," ucap Yuniar menunjuk ke ruang IGD.
"Tapi gimana kalo Jevian ngga kuat, ma.. pasti sekarang dia lagi kesakitan kan di dalem?! Gimana kalo Jevian mau tinggalin aku, ma?! Aku ngga mau!" ucap Nathan sambil menangis.
"Ngga, sayang. Jevian ngga akan ninggalin kamu. Jevian itu sayang banget sama kamu. Dia ngga mungkin tega ninggalin kamu sendiri di sini. Dia juga tau kamu sayangnya kayak apa ke dia. Dia pasti ngga akan tega ninggalin orang-orang yang dia sayang di sini termasuk kamu," ucap Yuniar ikut menangis saat mengatakan itu pada Nathan. Ia menangis karena ia juga merasakan hal yang sama seperti yang Nathan rasakan saat itu. Meski ia berusaha menenangkan Nathan, tapi hatinya pun juga sedang teriris melihat keponakan kesayangannya yang sudah ia anggap putra kandungnya itu kembali drop hingga tak sadarkan diri. Ia benar-benar merasa seperti seorang ibu yang sedang menunggu putranya yang sakit sedang ditangani di ruang IGD.
Tak lama, datanglah opa dan oma yang sepertinya baru saja sampai di rumah sakit. Mereka terlihat berjalan cepat menghampiri Yuniar dan Nathan.
"Yuniar! Nathan!" panggil oma dengan keadaan sudah menangis saat itu. Oma pasti sudah menangis sejak baru mendapat kabar bahwa Jevian kambuh lagi hari itu. Terlebih saat tahu penyebab Jevian kambuh adalah karena Jevian sudah mengetahui bahwa kedua orang tuanya akan segera bercerai. Tentu saja hal itu sangat membuat opa dan oma merasa khawatir.
"Mama/Oma!" sahut Yuniar dan Nathan bersamaan.
Opa langsung memeluk Nathan, sedangkan oma memeluk Yuniar. Oma dan Yuniar tampak menangis bersama saat berpelukan. Sementara Nathan tampak menangis sampai terisak-isak saat dipeluk oleh opa.
"Opa.. hiks.. Jevian kambuh lagi.. tadi jantungnya tiba-tiba sakit terus dia pingsan. Tapi habis itu.. hiks.. habis itu hidungnya keluar darah banyak banget.. aku takut banget liatnya, opa..," ucap Nathan sambil menangis dalam pelukan opa.
"Ssttt.. ngga boleh nangis, Nath. Jevian ngga pa-pa, kok. Dia pasti baik-baik aja. Jangan nangis! Katanya mau jadi kakaknya Jevian. Kalo mau jadi kakak harusnya ngga boleh cengeng," ucap opa sambil mengelus punggung Nathan lembut.
"Tapi Jevian gimana, opa! Aku ngga mau dia ninggalin aku..," ucap Nathan masih menangis.
"Ngga akan! Opa ngga akan biarin itu terjadi. Jevian ngga akan ninggalin kamu, Nath. Kamu harus tenang dan banyak-banyak berdo'a buat Jevian," ucap opa mencoba menenangkan Nathan, meski hatinya saat itu pun merasa tidak tenang karena cucu kesayangannya itu sedang berjuang di dalam ruang IGD.
"Padahal tadi pagi mama sama papa baru aja bahas masalah ini sama kak Davian. Mama sama papa udah ingetin dia soal kondisi Jevian yang pasti bakal kayak gini setelah tahu mama papanya mau cerai. Tapi kakakmu itu keras kepala! Sekarang gini kan akibatnya?! Akhirnya kejadian, kan?!" ucap oma sambil menangis saat memeluk Yuniar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]✓ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.