Siang itu, para peserta camping diminta untuk berkumpul karena akan ada pelaksanaan briefing terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan jelajah alam. Jevian akhirnya ikut kegiatan jelajah alam meski sebelumnya ia sempat berdebat dahulu dengan Nathan. Kini ia sedang berbaris hendak mengikuti briefing bersama dengan para anggota kelompoknya dan para peserta camping yang lain. Sembari menunggu sang guru pembimbing memberikan arahan seputar kegiatan jelajah alam yang akan dilaksanakan sebentar lagi, Jevian tampak terus menggandeng tangan Nathan sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Nathan. Wajahnya terlihat sembab karena ia belum lama berhenti menangis.
"Minum dulu nih, Jev! Lo kan baru berhenti nangis. Pasti tenggorokan lo kering sekarang," ucap Reynaldi menyodorkan sebotol air mineral pada Jevian. Saat itu, ia berbaris persis di belakang Jevian dan Nathan.
"Ngga mau, Rey," tolak Jevian dengan suaranya yang terdengar serak karena habis menangis.
"Kenapa ngga mau? Nih, minum dulu! Biar ngga kering tenggorokannya!" ucap Reynaldi. Saat itu, ia memang mendapat giliran pertama untuk menggendong tas ransel berisi beberapa botol air mineral milik para anggota kelompoknya.
"Minum dulu sekarang atau lo ngga usah jadi ikut jelajah alam?!" ucap Nathan pada Jevian.
Mendengar itu, Jevian pun akhirnya meminum air mineral pemberian Reynaldi dan kembali menggandeng tangan Nathan setelah itu. Sesekali sesenggukannya masih terdengar meski ia sudah berhenti menangis.
"Capek kan nangis terus?! Belum apa-apa lo udah ngabisin tenaga aja gara-gara nangis! Emang yakin lo bakal kuat nanti kalo tetep ikut?! Hm?!" ucap Nathan yang masih kesal pada Jevian meski ia sudah saling maaf memaafkan dengan Jevian karena tadi ia dan Jevian sempat berdebat.
"Gue yakin kok, Nath..," jawab Jevian.
"Obatnya ngga ada yang ketinggalan, kan?! Udah dimasukin tas yang dibawa Reynaldi semua, kan?!" tanya Nathan.
"Udah, Nath," jawab Jevian sambil menundukkan kepalanya menatap tangannya yang masih terus menggandeng tangan Nathan.
Nathan lalu tampak menarik tangan Jevian dan mengecek smartwatch yang Jevian pakai di tangan kirinya.
"Jangan diatur pake mode jangan ganggu nih smartwatch-nya ya, Jev! Alat ini tuh fungsinya buat bantu lo cek kinerja jantung lo! Jangan coba-coba sembunyiin sakitnya dari gue!" peringat Nathan pada Jevian.
"Iya, Nath," jawab Jevian.
"Jevian mana, yah?" ucap wali kelas yang sedang berkeliling mencari Jevian. Beliau kini sedang berada di belakang Yayan dimana Yayan saat itu berada di barisan paling belakang.
"Itu, bu! Jevian di barisan kedua dari depan!" ucap Yayan menunjuk ke arah Jevian.
Wali kelas pun langsung berjalan menghampiri Jevian dan mencolek bahu Jevian dari belakang. Karena merasa dicolek, Jevian pun menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat siapa yang mencoleknya.
"Kenapa, bu?" tanya Jevian pada wali kelas.
"Kamu ngga sakit, kan?" tanya wali kelas sambil mengecek suhu badan Jevian dengan menyentuh dahi Jevian.
"Ngga, bu," jawab Jevian.
"Kamu yakin mau ikut jelajah alam? Sini aja sama ibu, ya? Ibu khawatir kalo kamu ikut. Nanti ibu yang disalahin sama orang tua kamu kalo kamu ada apa-apa," ucap wali kelas khawatir.
"Ngga, bu. Aku mau ikut. Ibu ngga usah khawatir, aku pasti baik-baik aja kok. Ibu juga ngga usah takut disalahin, ini kan maunya aku sendiri. Jadi nanti yang disalahin ya aku sendiri lah, bu. Bukan ibu. Ibu tenang aja," ucap Jevian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]✓ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.