Siang harinya, sekitar pukul setengah dua siang, Jevian akhirnya sadar. Keluarganya pun turut bahagia melihatnya telah kembali membuka matanya. Jeffran lalu tampak memeriksa Jevian di dalam ruang ICU untuk memastikan kondisi Jevian yang baru saja sadar.
Karena kondisinya masih lemah, Jevian pun masih dibiarkan berada di ruang ICU.
"Kakak..," panggil Jevian dengan suaranya yang masih terdengar lemah.
"Iya, dek? Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Jeffran sambil menatap mata Jevian yang terlihat sayu.
"Aku mau keluar dari sini, kak.. aku ngga mau di sini..," lirih Jevian.
"Adek masih harus di sini dulu, ya? Nanti kalo kondisi adek udah lumayan pulih dan semuanya udah membaik, adek baru kakak pindahin ke ruang rawat. Sabar ya, sayang..," ucap Jeffran.
"Eugh.. aku ngga mau sendirian di sini, kak..," ucap Jevian.
"Adek ngga sendirian, kok. Di luar banyak yang nungguin. Adek ngga usah takut di sini sendirian. Ini kan di ICU. Jadi adek ngga bisa ditungguin terus di dalem sini lama-lama," ucap Jeffran.
Mendengar itu, Jevian tampak meneteskan air matanya. Ia merasa sedih karena harus masuk ICU lagi. Ia merasa tidak berdaya berada di ruangan itu. Terlebih ia harus di dalam ruangan keramat itu sendirian. Rasanya ia benar-benar merasa sepi dan takut. Hanya ada suara bising yang berasal dari mesin EKG yang menemani kesunyiannya selama berada di ICU.
"Jangan nangis, dek! Ngga pa-pa, sayang. Ngga usah takut, dek. Di luar banyak yang nungguin, kok. Ada mama, oma, opa, kakek, nenek, semuanya lagi nungguin adek di luar," ucap Jeffran sambil menghapus air mata Jevian.
"Tadi Nathan ke sini. Tapi waktu Nathan ke sini, adek masih belum bangun. Nathan nangis tadi liat adek di ICU lagi," ucap Jeffran.
"Na..than?" ucap Jevian.
"Iya, Nathan udah pulang dari puncak. Pulangnya dimajuin. Yang tadinya harusnya pulangnya Minggu siang, ini tadi pagi dia udah pulang," ucap Jeffran.
"Ini hari Minggu, kak?" tanya Jevian.
"Iya. Ini udah hari Minggu. Adek pasti kaget kan tiba-tiba sekarang udah hari Minggu aja? Itu karena adek tidurnya kelamaan sampe ganti hari gini ngga kerasa jadinya," ucap Jeffran.
"Tadi habis bersih-bersih sama naruh barang di rumah, Nathan langsung ke sini jengukin adek. Tapi dia awalnya ngga tau kalo adek di ICU. Makanya waktu dia tau adek ada di ICU, dia langsung nangis," ucap Jeffran.
Mendengar itu, Jevian pun merasa sedih dan menyesal. Ia merasa bersalah karena harus masuk ICU lagi dan membuat semuanya khawatir, apalagi Nathan.
"Kakak bilang ngga ke dia kalo aku baik-baik aja?" tanya Jevian.
"Iya, kakak bilang kok sama dia kalo adek baik-baik aja," jawab Jeffran.
"Jangan bilang ke dia macem-macem ya, kak.. aku ngga mau bikin Nathan sedih..," ucap Jevian.
"Iya, dek. Makanya adek kalo ngga mau bikin Nathan sedih, adek jangan lama-lama sakitnya, ya? Adek harus cepet sehat lagi biar Nathan ngga khawatir terus," ucap Jeffran.
"Sekarang dia di mana, kak?" tanya Jevian.
"Tadi sih kayaknya dia diajak pulang sama om Satya, dek. Paling dia sekarang lagi disuruh istirahat dulu di rumah. Dia pasti kan capek baru pulang camping. Nanti dia ke sini lagi, kok. Kakak belum bilang ke dia kalo adek udah sadar. Nanti kakak bilangnya kalo adek udah dipindahin ke ruang rawat aja," ucap Jeffran.
"Dia ngga sakit kan, kak? Kemaren dia hujan-hujanan juga. Dia pasti capek karena udah banyak direpotin sama aku selama camping," ucap Jevian sedih.
"Nathan baik-baik aja, kok. Adek ngga usah khawatir," ucap Jeffran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]✓ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.