35. Bimbang

101 13 0
                                    

"Hallo, ayah?"

"Serry!"

"Nenek? Nenek sudah sadar? Bagaimana keadaan nenek? Apakah nenek masih sakit? Nenek tenang saja! Nenek harus di rawat sampai sembuh 100%! Jangan memikirkan biaya rumah sakit, cucu cantikmu ini yang akan membayarnya!"

Akhirnya nenek sadar! Aku tersenyum senang mendengar suara nenek walau masih begitu lemah.

"Nenek baik! Nenek hanya ingin mendengar suara darimu saja! Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik! Apakah ayah baik-baik saja?"

"Ayahmu juga baik! Dia memberi nenek buah saat ini. Jangan lupa makan Serry! Kau harus menjaga kesehatanmu jika ingin bekerja!"

"Iya! Aku sekarang sangat sehat! Pipiku juga mirip dua roti! Nenek tenang saja! Aku akan mengirimkan foto kepada nenek!" Aku tersenyum dan berjalan menuju jendela.

"Iya-iya! Nenek percaya! Kata dokter nenek akan pulang dua hari lagi! Nenek akan mengirimkan makanan lagi padamu!"

"Jangan memaksakan diri! Nenek tidak perlu mengirimkan makanan lagi, aku juga pindah ke rumah lain. Nek, nenek harus berhati-hati. Nenek harus menjaga kesehatan! Jangan lupa meminum obat, ayah juga! Ayah jangan lupa obat ayah! Aku sangat marah jika kalian tidak mendengarkanku!" Aku memainkan kaca dan membentuk banyak benda disana.

Itu artinya keadaan nenek baik-baik saja jika dua hari lagi dia akan pulang ke rumah. Aku sangat ingin melihat nenek seperti dulu lagi yang penuh dengan semangat juang. Jika kompetisi ini selesai. Aku akan pulang dan membawa kabar baik untuk mereka, juga membawa robot penangkap serangga agar mereka tidak kesulitan lagi saat malam hari. Aku tersenyum dan menatap langit yang berubah menjadi malam.

"Kalau begitu nenek harus beristirahat lebih dulu! Jangan lupa untuk memakan buah dan sayur!"

"Iya! Hubungi nenek lagi!"

"Iya!"

Aku menutup telepon dan menatap layar yang menghitam. Tanganku mencari satu nomer yang diblokir belum lama ini. Mungkin ini memang nomer JR. Aku menimang-nimang dan membuka blokiran kepadanya. Apakah aku harus menghubunginya sendiri?

Dia tidak mungkin ingat kejadian itu saat dia mabuk melakukannya. Dia pasti akan sangat malu. Aku menggigit bibirku dan mencoba meneleponnya.

Deringan terdengar memenuhi ruangan ini.

"Hallo? Serry?"

"JR? Ini JR?"

"Iya!"

"Hmm... Apakah kau sibuk membuat robot? Jika kau sibuk kita bisa berbicara besok."

"Tidak! Aku sedang beristirahat! Ada apa?" Tanya JR.

Apakah dia akan marah jika aku mengatakannya?

"Apakah kau masih ingat tiga anak kecil yang menjadi tetanggamu dulu?" Tanyaku hati-hati.

"Ah, mereka? Kenapa dengan mereka?"

"Mereka bekerja denganku! Mereka ingin mengatakan sesuatu padamu, apakah kau mau mendengarnya? Aku ingin memberi nomermu kepada mereka. Apakah boleh?"

JR terdiam cukup lama, aku melihat mobil Cashel yang baru saja datang memasuki rumah. Kenapa dia sangat lama perginya? Bahkan aku sampai mengantuk menunggunya datang. Apakah mereka kesulitan mencari bahan untuk membuat robot?

"JR? Bagaimana? Jika kau tidak bisa, juga tidak apa-apa! Aku tidak enak jika memberi nomermu tanpa sepengetahuanmu. Kau pasti akan marah."

"Dimana mereka? Berikan handphonemu saja kepada mereka! Aku ingin bicara sekarang! Apakah kau tinggal dengan mereka?"

Robotic In Love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang