53. Kata Ayah

97 12 1
                                    

"Maaf untuk keterlambatannya!" Aku berdiri di atas panggung.

Kami terlambat untuk kedua kalinya. Noam dan Will membuat pembukaan yang begitu panjang untuk kami datang. Aku tersenyum kepada semua orang di tempat ini. Sekarang aku bisa berdiri dengan bangga karena ayah bisa melihatku secara langsung. Aku akan tunjukkan sebuah hal yang bisa merubah ayahku!

"Kami membuat sebuah hal yang akan merubah seseorang. Ini adalah robot yang kami buat dengan berbagai macam benda dari kelompok lain. Inti dari tema kali ini adalah kerja sama. Bukan hanya kerja sama kelompok kami juga kerja sama kelompok lain. Kami menggunakan semua komponen yang mereka berikan tanpa terkecuali dengan menggabungkannya dengan milik kami! Kalian bisa lihat bahwa semua benda kalian kami manfaatkan dengan baik! Kami menamai robot ini dengan nama teman bicara. Dia akan menemani orang-orang yang merasa diri mereka sendiri, kesepian, dan tidak ada teman untuk mendengarkan keluh kesah mereka selama ini. Bisa dikatakan robot ini adalah robot untuk kesehatan mental seseorang. Untuk membuktikannya, kami meminta bantuan seseorang untuk maju ke atas panggung. Tuan Alder Richardson, silahkan baik ke atas panggung!" Pintaku kepada ayah.

Noam menyediakan tempat untuk ayah duduk. Ayah maju pelan dan melihat ke arahku yang tersenyum. Dia duduk dan melihat robot yang berada di depannya.

"Tuan Alder Richardson atau ayah saya mengalami gangguan pada kejiwaannya selama 12 tahun ini. Jika kalian bertanya, kenapa ayah saya seperti ini. Maka saya akan jawab itu terjadi karena peristiwa 12 tahun yang lalu. Yang merubah ayah saya juga keluarga saya." Aku melirik Trevon H yang masih tenang di tempatnya.

Apakah dia belum merasa bersalah saat melihat ayah seperti orang gila? Aku tersenyum miris, apapun yang terjadi kedepannya, aku sudah mengibarkan bendera perang untuk Trevon H.

"Ayah! Robot ini akan berbicara dengan ayah, ayah bisa katakan apapun! Jangan takut! Serry dan semua orang disini, tidak akan melukai ayah!" Aku mundur dan berdiri di samping Cashel.

Waktunya robot itu yang bekerja.

"Hallo! Namaku teman bicara. Kau bisa mengatakan apapun kepadaku! Siapa namamu?" Tanya robot itu.

"Namaku? Alder, Alder Richardson!"

"Alder! Salam kenal, Alder! Apa kau bahagia akhir-akhir ini Alder?"

"Hmm... Tidak! Ibuku meninggal seminggu yang lalu! Aku sangat sedih, juga aku telah membuat putriku kecewa. Hatiku sangat tidak bahagia!"

"Aku turut berduka cita. Tapi apakah ada hal yang membuatmu bahagia akhir-akhir ini?"

Ayah melihatku dan kembali melihat ke arah robot teman bicara.

"Iya! Aku melihat putriku yang membuat robot di televisi, juga aku melihat putriku yang tersenyum cantik. Aku juga melihat dia tertawa lepas dengan teman-temannya. Aku sangat bahagia saat melihatnya bahagia. Aku sungguh senang melihatnya seperti itu!" Ayah menunduk.

"Kalau begitu apa yang ingin kau katakan kepada putrimu?"

"Aku... Aku sangat mencintainya. Hiskkk... Aku sudah mengecewakannya, maafkan aku! Aku ayah yang buruk untuknya! Aku meninggalkannya sendirian 12 tahun ini. Aku pergi darinya dan hanya menyiksanya atas apa yang terjadi padaku. Harusnya aku tidak seperti itu. Harusnya aku membantunya. Aku ayah yang bodoh!"

Aku memeluk Cashel menyembunyikan air mataku. Aku tidak bisa melihat ayah seperti ini. Hatiku sangat sakit!

"Apakah kau ingin bercerita Alder? Mungkin aku bisa mendengarnya untuk mengurangi beban hatimu."

"Aku... Aku... Hiskkk... Aku yang salah! Aku terlalu percaya diri dengan penemuanku. Aku terlalu percaya kepada seseorang yang kuanggap adikku sendiri. Aku terlalu percaya padanya saat itu. Bianca sudah mengatakan segalanya agar aku berhati-hati tapi aku justru mengecewakannya juga. Aku mengecewakan istriku! Aku tidak tahu jika rasa kepercayaanku justru membuatku merasa sangat sakit. Dia mengambil segalanya dariku. Penemuan tentang robot pintar di mobil itu, dia menjualnya ke tempat lain tanpa sepengetahuanku. Dia membuatnya seolah itu penemuannya sendiri. Aku sudah katakan padanya, ini penemuan sangat penting untuk hidupku. Aku mencurahkan segalanya untuk robot itu. Bahkan aku meninggalkan istri dan anakku hanya untuk membuat robot itu memenuhi hasratku. Hsikkk... Tapi semuanya berakhir! Dia menipuku! Hsikk..."

Robotic In Love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang