25. Pembohong

399 36 4
                                    

Selamat membaca:)

***

Kalimat yang benar dan enak dibaca dari cerita yang diberikan adalah sebagai berikut:

"Kaivan sekarang berada disamping Atharel dengan kondisi Atharel yang terbilang tidak baik-baik saja. Dokter Rasen yang memeriksa kondisi Atharel tadi memberi tahu bahwa kondisi adiknya itu dalam kondisi sedikit trauma.

"Maafkan Kakak yang gagal melindungi mu lagi..." Ucap Kaivan sambil memegang tangan Atharel erat. Atharel yang merasakan tangannya dipegang perlahan bangun dan menatap Kaivan yang menunduk.

"Kak..." panggil Atharel membuat Kaivan langsung menatap ke arah adiknya itu.

"Ada apa, kamu mau apa, hm?" Tanya Kaivan cepat, sementara Atharel hanya menggeleng kecil.

"Ia tidak akan memukul Atha lagi seperti ayah memukul Atha?" Tanya Atharel pada Kaivan, yang membuat Kaivan tersenyum tipis.

"Tidak, dia tidak akan memukul Atha lagi!" Ujar Kaivan sambil mengingat kejadian di mana Atharel dibuat trauma oleh ayah mereka. Waktu itu, umur Atharel baru menginjak tujuh tahun, tapi ia sudah mendapatkan luka dan termasuk trauma di usianya yang masih kecil.

"Sekarang, Atha tidur ya, Kakak temani!" Ucap Kaivan sambil menatap mata adiknya yang teduh seperti milik ibu mereka. Atharel memejamkan matanya dengan surai hitamnya dielus lembut oleh Kaivan. Kaivan hanya bisa tersenyum melihat adik kecilnya yang sekarang sudah tumbuh dewasa.

Tapi senyuman itu hilang digantikan dengan tatapan tajam saat ia mengingat orang itu yang sudah membuat adiknya menjadi seperti ini, "Jangan bermain-main denganku jika tidak akan merasakan sakit luar biasa!"

Kaivan memejamkan matanya saat adiknya itu sudah kembali tidur. Kaivan mengingat di mana adiknya dikurung di ruangan gelap, yang juga termasuk trauma akan kegelapan. "Syukurlah bajingan itu sudah mati!"

Kaivan hanya bersikap manis dan sangat pengertian hanya untuk orang terdekat saja.

[Flashback on]

Di hari yang sudah malam, Kaivan yang masih berumur empat belas tahun baru saja kehilangan ibunya seminggu yang lalu. Hal itu membuatnya terluka, bersama adiknya yang sekarang berada di pangkuannya yang sudah tertidur pulas setelah menangis. "Kakak akan menjaga mu!" Kata Kaivan.

"Kak Kaivan!" Panggil seseorang yang baru saja datang ke dalam kamar dengan membawa satu nampan makanan.

"Ada apa, Johnny?"

"John bawain makanan buat Kakak!" Jawab Johnny. Mereka duduk di sofa di kamar Atharel itu. Kaivan memandangi Johnny yang sekarang berada di depannya.

"Terima kasih!" Ucap Kaivan. Ia ingin mengambil makanan itu, tapi tidak jadi karena ada seseorang yang mengambilnya terlebih dahulu.

"Berani sekali anda menyuruh anak saya untuk membawakan makanan untuk mu!" Ucap perempuan itu, yang tidak lain adalah ibu tiri Kaivan.

"Ma..." Ucap Johnny.

"Diam, Johnny, kamu bukan pembantu. Anak haram ini, kamu adalah pewaris tunggal kediaman Emillio ini!" Balas Andin.

"Anak haram, bukankah anak anda?" Ucap Kaivan, yang membuat Andin marah dan hampir menampar Kaivan, tapi sebuah tangan memegangnya.

"Anak saya lagi berduka, anda jangan membuatnya bersedih!" Ucap Alex, yang sekarang menghentikan keributan itu.

"Tapi—"

"Keluar!"

"Mas!"

"Kamu tidak mendengarkan saya, Saya bilang, Keluar!" Ucap Alex dengan tegas. Andin langsung keluar dengan membawa Johnny. Setelah mereka keluar, Alex menatap Kaivan dengan lembut.

"Anak ayah lapar?" Tanya Alex, yang membuat Kaivan langsung menganggukan kepalanya. Alex yang melihat itu langsung duduk di karpet yang berada di kamar itu, diikuti oleh Kaivan yang sekarang duduk di pangkuan ayahnya.

Alex mengambil makanan itu yang berada di meja, lalu menyuapi putranya dengan telaten. "Ayah, kata ibu Andin Johnny sebagai pewaris tunggal itu apa?" Tanya Kaivan, yang sekarang ia sudah makan dan berada di kamar miliknya dengan ayahnya yang sekarang berada di samping kasur miliknya.

"Dan pewaris tunggal itu apa?" Lanjut Kaivan.

"Pewaris tunggal itu yang akan mewarisi harta ayah!" Jawab Alex.

"Oh, berarti Johnny yang akan menjadi pewaris ayah dong?"

"Tidak!"

"Tidak, mengapa?"

"Karena kamu yang akan mewarisi semuanya!" Ucap Alex, membuat Kaivan duduk di hadapan Alex.

"Benarkah?"

"Tentu saja, boy! Dan kamu akan menjadi pemegang utama Perusahaan C.E!" Ucap Alex.

Kaivan mendengar itu, menatap manik mata ayahnya. "Tapi kata ibu Andin—"

"Sudah tidur lah, boy, ini sudah larut!" Potong Alex, sambil sedikit mengacak rambut anaknya itu, lalu keluar dari kamar Kaivan.

Keesokan harinya, Kaivan yang sekarang sudah lengkap dengan pakaian sekolahnya turun ke bawah untuk makan bersama.

"Kaivan, ayo makan!" Ajak Alex saat putranya yang ingin keluar dari rumah.

Kaivan menghampiri ayahnya, lalu duduk dan langsung meminum susu dan roti miliknya. "Ayah, Kaivan hari ini sedikit pulang terlambat!"

"Kakak memangnya mau kemana?" Tanya Atharel.

"Hm, Kakak ada kerja kelompok!" Jawab Kaivan, membuat Atharel menganggukan kepala.

"Ingin dijemput pulang nanti?" Tanya Alex.

"Tidak, ayah, Kai akan menginap di rumah Aska!" Ucap Kaivan.

"Baiklah!" Setelah mengatakan itu sekarang dimeja makan hanya ada dentingan sendok.

MURDER AND LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang