67. Rencana

256 21 7
                                    

Selamat membaca 📖🥴



***

Satu minggu kemudian...

Kaivan berjalan terus memegang tasbih kecil ditelunjuk tangannya dan mulut yang selalu mengucapkan Dzikir dan satu lagi memegang Al-Qur'an kecil namun saat kaivan sedang duduk disalah satu taman pesantren itu untuk menikmati udara segar yang ada disana ia tiba-tiba mendengar ada suara dari arah belakangnya membuat antensinya terdiam. "Kaivan!" Panggil seseorang itu yang suaranya cukup familiar ditelinga kaivan.

Kaivan berbalik lalu menatap orang itu datar kaivan yang merasakan bahwa orang itu berdiri didepannya dengan tangan yang ia masukan kedalam saku celana miliknya. "Ada apa penipu?" Tanya kaivan dingin.

"Apa maksudmu?" Balas orang itu tidak terima karna disebut seperti itu ia datang kesini hanya ingin menyapa kaivan karna yang ia dengar bahwa hari ini kaivan akan meninggalkan pesantren untuk sementara.

"Sudah menikahi orang lain ingin menikahi perempuan lain karna Istrinya tidak bisa hamil!" Ucap kaivan tersenyum kecil, kaivan sudah mengetahuinya dari umi mauren karna ia tidak sengaja mendengarnya tiga hari lalu. Kaivan menatap Alex Tajam dan sedikit berjalan kearahnya

"Saya akan mengambilnya ingat itu!" Ujar kaivan membuat Alex langsung memegang kerah baju kaivan erat, Alex menatap kaivan dengan ketidaksukaannya.

Kemudian kaivan hanya diam dengan membalas memegang kedua tangan Alex erat membuat suara rintihan keluar dari mulut Alex, karna kaivan yang menggenggamnya saat erat sampai kulit Alex berwarna merah.

"Lepas."

"Gus!" Ucap ustad yang ada disana menghentikan kegiatan Alex yang akan memukul kaivan, Ustad itu yang tidak lain adalah sahabat Alex—Dehaan Ismail.

"Ck" Decak kaivan sedikit merapikan pakaian yang kusut. Hari ini adalah minggu makanya mereka bisa bertemu disini biasanya Alex Senin sampai sabtu selalu berada dirumah sakit bahkan Alex juga akan ada dipesantren untuk mengisi beberapa ceramah.

"Tenangkan dirimu gus!" Ucap Dehaan dibalas anggukan dari alex.

"Kamu ngapain disini?" Tanya salah satu ustad lagi yang menatap kaivan dari atas sampai bawah, ia memperhatikan pakaian yang digunakan oleh kaivan.

"Hapalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hapalan." Ucap kaivan lalu ia juga menatap dirinya pasalnya mereka sedang menatapnya dengan tatapan aneh.

"Orang miskin!" Batin kaivan.

"Disini dipesantren bukan dikantor!" Ujar seseorang yang baru datang Caka Radhitya Irfandi pasalnya ia baru pertama kali melihat orang memakai pakaian seperti itu didalam pesantren.

"Yang bilang ini kantor siapa? Dan jaga saja lisan mu itu, mengerti."

"Kamu—"

"Kaivan" Teriak seseorang yang berlari kearah mereka dan saat ia sudag sampai ia mengucapkan salam pada mereka berempat.

MURDER AND LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang