Takdir 1: Berisik Tapi Menarik

10.7K 383 4
                                    


"Selamat-"

"Akhirnya kak Salma datang juga. Tolong jagain tokonya sebentar ya kak," ujar Nabila yang tampak bergegas pergi.

"Eh, mau kemana dulu?" tanya Salma yang tentu saja kebingungan. Ia kesini karena Nabila mengirimkan pesan ingin bertemu dengannya. Tapi, sekarang Nabila justru meninggalkan dirinya.

"Nanti aku ceritain ya kak, pliss jagain toko sebentar." Tanpa menunggu jawaban Salma, Nabila langsung pergi bersama laki-laki bule yang juga Salma kenali.

"Itu anak kebiasaan manfaatin sepupu sendiri," ujar Salma meletakkan helmnya di samping meja kasir.

Ting! Notifikasi ponsel miliknya mengalihkan perhatian Salma. Dengan cepat ia mengeluarkan benda pipih itu dari dalam tas kecil miliknya.

Nabnab😘 nama itu terpampang jelas pada lock screen ponsel miliknya. Salma selalu bergedik geli membaca kontak adik sepupunya itu. Namun Salma tidak bisa mengubahnya karena Nabila sendiri yang memberikan nama kontak itu beserta emod yang menurut Salma termasuk alay.

Nabnab😘

Kak Sal, nanti ada temannya Paul ke toko

Ngapain? Gue bisa sendiri Nab

Mau ambil kue pesanan dia kak ku sayang

Oh
Yang mana?

Kue gambar unicorn

Oke

Makasih kak Sal cantik, mmuach 😘

Sama-sama
Cepat balik

👌🤗😘

Salma menutup room chat miliknya dan Nabila. Gadis itu bernafas lega saat mengetahui teman Paul yang dimaksud Nabila hanya datang untuk mengambil pesanan.

Pasalnya Nabila selalu saja mengirimkan teman Paul untuk menemaninya saat menjaga toko. Entah apa yang sedang direncanakan oleh Nabila. Jika masih masalah percintaan maka Salma tentu saja menolak.

Padahal Salma sedang tidak ingin dekat dengan siapapun untuk saat ini. Sembuh dari apa yang terjadi kemaren adalah fokusnya saat ini. Tidak terbesit untuk kembali jatuh cinta.

"Permisi," suara berat menginterupsi pendengaran Salma.

"Oh, iya maaf ada yang bisa dibantu?" tanya Salma merasa bersalah tidak mendengar suara bel yang menjadi pertanda ada pelanggan yang masuk.

"Saya mau ambil pesanan," ujar laki-laki itu.

Salma hanya diam seperti menunggu laki-laki itu melanjutkan ucapannya. Namun laki-laki itu justru hanya diam dan balik menatap Salma aneh.

"Kenapa?" tanya laki-laki dengan ekspresi yang terlihat menyebalkan di mata Salma.

"Saya mau ambil pesanan atas nama Salma, contoh kalimat yang benar."

Menyadari perkataan gadis di depannya ini adalah sindiran. Maka laki-laki itu memilih mengalah.

"Rony," balas laki-laki itu singkat.

"Sok cool banget sih," gumam Salma yang hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri.

"Oke, tunggu sebentar gua ambilin dulu." Sebagai penjual yang baik dan pembeli adalah raja maka Salma tetap melayani dengan penuh senyuman.

"Oh ini yang kata Nab temannya Paul," Salma sedang membaca list orderan milik Nabila.

Salma mengecek kue bergambar unicorn itu dengan teliti. Takut-takut ada lecet saat Nabila menyimpannya dalam lemari pendingin.

"Mau dibungkus biasa atau dikasih pita seperti untuk kado, Ron?" tanya Salma memastikan.

"Ron?" tanya laki-laki itu dengan alis terangkat.

"Iya, kan nama lo Rony," jawab Salma santai. Tidak ada kecanggungan dari jawaban gadis itu.

"Sok akrab," lanjut laki-laki itu membenarkan kacamata hitam miliknya.

"Dih, biasa aja kali. Yaudah ini anda mau kue nya diapain?" tanya Salma mengomel.

"Formal," balas Rony singkat membuat Salma semakin kesal.

Tanpa menunggu persetujuan Rony, Salma dengan cepat memasukan kue di depannya ke dalam kotak bening. Kemudian kotak tersebut ia ikat dengan pita berwarna pink. Sedikit ia tambahkan stiker dan pernak-pernik yang membuatnya tampak lebih menarik.

"Nih, kuenya. Udah cepat bayar."

Rony mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya. Salma mengambil uang tersebut dan menghitung kembaliannya.

"Bodo amat pembeli adalah raja. Kalau ngadepin orang kayak lu pakai sabar yang ada naik nih tekanan darah gua," cerocos Salma kemudian memberikan uang kembaliannya pada Rony.

Tanpa berucap apapun lagi, laki-laki itu pergi meninggalkan Salma yang semakin kesal dibuatnya.

"Terimakasih, iya sama-sama," ujar Salsa bermaksud menyindir Rony.

"Berisik tapi menarik." Tanpa Salma sadari laki-laki dibalik punggung tegap itu justru sedang tersenyum sambil melangkah menuju mobilnya.

Beberapa jam kemudian Nabila pulang bersama Paul. Nabila sudah mempersiapkan senjata agar kakak sepupunya tidak mengomel. Karena kali ini Salma ditinggal lebih lama oleh Nabila.

"Kak Sal!" teriak gadis itu memasuki toko bersama Paul disampingnya.

"Senyum bahagia ya yang habis jalan," sindir Salma pada dua sejoli itu.

"Hehehe, maaf ya Ma jadi ngerepotin lu lagi."

"Maaf selalu jadi senjata elu."

"Jangan gitu dong Ma. Nih, gua bawain martabak kesukaan lu." Paul berusaha bersikap semanis mungkin.

"Iya, hadiah buat kak Sal yang paling baik," ujar Nabila mengedipkan matanya dan tak lupa senyuman lebarnya.

"Gua nggak bisa nolak kalau masalah makanan," balas Salma membuat Nabila dan Paul diam-diam tertawa.

Mereka sudah hafal dengan sifat Salma. Gadis itu sangat mudah di sogok dengan senjata andalan yaitu makanan.

"Gimana kak, temannya Paul jadi ke sini kan?"

"Jadi," jawab Salma singkat sambil menikmati martabak kesukaannya.

"Kok gua baru liat teman lo yang ini?" tanya Salma pada Paul.

"Baru pindah lagi dia ke sini."

"Ganteng ya?" goda Paul.

"Apaan ganteng, nyebelin anaknya. Besok-besok kalau ada pesanan dia gua nggak mau gantiin jaga toko lagi deh Nab."

"Nggak boleh gitu loh kak. Benci jadi cinta baru tau."

"Nah denger," lanjut Paul mendukung Nay.

"Belagak paling paham lu berdua. Mending urusin hubungan kalian deh, jalan terus tapi nggak jadian."

Nabila dan Paul hanya bisa terdiam saat diberikan tembakan tepat oleh Salma. Mereka tidak dapat menggubris apa-apa.

***

Terima kasih sudah mampir

🐟❤️❤️❤️

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang