Takdir 47: Keluarga Kecil

4.9K 334 15
                                    


"Uncle, besok ada acara di sekolah." Gadis kecil yang sudah memeluk boneka unicorn itu seperti teringat sesuatu.

"Acara apa?" tanya Rony masih santai.

"Masak-masak uncle."

"Ooh, Nai ikut atau cuma jadi penonton?"

"Semuanya harus ikut uncle," jawab Nai dengan mata mengerjap.

"Bagus itu." "Hah?!" seru Rony menyadari ucapan Nai.

"Nai ikut? Mau masak apa? Bahan dan perlengkapannya disiapin sekolah atau dari rumah?" tanya Rony  beranjak dari posisi rebahannya.

"Bawa dari rumah dan masaknya harus sama orang tua."

"Nai," ujar Rony lemas.

"Kenapa baru bilang sekarang,"  lanjut Rony tampak frustasi.

"Maaf, habisnya Nai baru ingat sekarang."

"Jadi uncle harus ke sekolah besok?" Nai mengangguk sebagai jawaban.

"Missnya bilang kalau bisa bawa mama papa. Nai uncle aja gapapa."

"Eum, tapi sama onty juga ya uncle," sambung gadis kecil itu memainkan jemarinya.

"Masalahnya kamu baru hilang pas udah malam gini, Nai." Rony menatap jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.

"Maaf uncle," kata Nai mengeluarkan puppy eyes miliknya.

"Kita hubungin onty Sal dulu," kata Rony berusaha mencari bantuan.

Rony segera melakukan panggilan video dengan Salma.

"Haii onty," sapa Nai lemas pada Salma yang sudah muncul di layar.

"Hallo cantik. Loh, kenapa lemas?"

"Uncle aja yang jelasin," jawab gadis kecil itu mengarahkan kamera pada Rony.

"Ada apa Ron? Nai nggak lagi sakit kan?"

"Dia ada tugas sekolah dan baru kasih tau malam ini."

"Tugas sekolah?"

"Iya, di sekolahnya ada acara masak-memasak gitu. Nah, yang jadi pesertanya siswa dan orangtua."

"Acaranya besok?"

"Iya, peralatan dan bahan disiapin dari rumah."

"Ini semacam lomba ya?"

"Iya onty," jawab Nai cemberut.

"Nai mau masak apa? jangan cemberut gitu dong."

"Nai belum tau mau masak apa."

"Itu yang jadi masalahnya, mana bahan dan alatnya harus disiapin malam ini."

"Udah Ron, ini masih jam 7. Bahannya bisa dicari ke supermarket yang buka 24 jam."

"Uncle marah sama Nai onty," ucap gadis kecil itu mengadu.

Salma memberikan tatapan tajamnya pada Rony.

"Nggak, uncle nggak marah kok. Cuma panik sedikit karena belum ada persiapan."

"Awas kalo kamu berani marahin anak cantik aku."

"Mana bisa aku marah sama tuan putri ini," ujar Rony memeluk Nai.

"Tapi lain kali kalau ada tugas kasih taunya jangan mendadak gini ya."

"Iya uncle, lain kali nggak kayak gini lagi."

"Aku jemput kamu ya," kata Rony kembali pada Salma.

"Oke, aku langsung siap-siap."

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang