Baru sehari tidak bertemu Nai, rasanya Salma sudah rindu mendengar ocehan gadis kecil itu. Ini hari terakhir jatah libur Nai, biasanya ia akan datang ke rumah Salma tapi tidak dengan hari kemarin. Mungkin dia ingin menghabiskan waktu bersama Rony.
Drrrrrt! tiba-tiba ponsel miliknya berdering. Dengan malas Salma melihat benda pipih itu. Senyum Salma merekah saat melihat nama yang tertera di layar. Panggilan video dari Nai.
"Hallo onty!" seru gadis kecil itu dengan rambut dikuncir.
"Haii, cantik sekali mau kemana?"
"Mau pergi sama onty."
"Sama onty?" tanya Salma bingung.
"Sorry Sal," kata Rony mengambil alih handphone dari tangan Nai.
"Nai minta ke supermarket, tapi mau sama lu." Nai tersenyum dibelakang Rony.
"Owalah, boleh-boleh. Tapi gua siap-siap dulu, Ron."
"Oke, ntar kabarin biar gua sama Nai bisa otw."
"Siap!" Salma mengacungkan jempolnya kemudian panggilan video itu berakhir.
"Mau kemana kak?"
"Nemenin Nai ke supermarket."
"Keluarga kecil mau belanja bulanan, nih."
"Iya, keluarga kecil Rony. Gua cuma nemenin, Nab."
"Sekarang nemenin dulu gapapa kak," balas Nabila tersenyum jahil.
***
Salma segera berlari menghampiri mobil Rony. Tidak mau menunggu lagi, Rony segera melajukan mobil hitamnya membelah jalanan yang tampak ramai.
"Mau beli apa sih?" tanya Salma pada Nai yang sudah berada dalam dekapannya.
"Coklat, ice cream, boneka Barbie, trus, eum apa lagi ya?" Nai tampak berpikir.
"Banyak ya yang mau dibeli."
"Iya onty. Onty kalau mau juga gapapa. Nanti beli aja, Nai yang bayarin."
"Oh ya?"
"Iya, tapi pakai uang uncle, hihihi," bisik gadis kecil itu tertawa gemas dengan suara yang dikecilkan.
"Uncle denger Nai."
"Hehehe, nggak boleh pelit uncle."
"Yaudah, turun dulu. Uncle mau parkir mobil," kata Rony menghentikan mobilnya tepat di depan pintu supermarket tujuan mereka.
"Ayo uncle cepetan!" teriak Nai membuat Rony harus berlari.
"Sabar sayang, kasian uncle jadi buru-buru."
"Nggak sabaran banget sih tuan putri," ujar Rony mencubit hidung Nai gemas.
"Biarin wlek!"
"Ayo onty, uncle kita masuk!" seru Nai menarik tangan keduanya.
Salma mengambil keranjang yang telah disiapkan pihak supermarket. Dengan semangat Nai naik ke atas keranjang itu, duduk diatas sana. Sementara Rony mengambil alih untuk mendorongnya dengan Salma yang berdiri di samping Rony.
"Nai mau itu."
"Yang coklat juga uncle."
"Biskuit itu juga."
"Yang pink uncle."
"Bukan yang itu, yang disebelahnya."
"Ih bukan yang itu uncle," Nai tampak kesal.
"Yang mana sih, Nai?"
"Yaudah, sini kamu uncle gendong, ambil sendiri." Rony mengangkat Nai menjadi lebih tinggi agar bisa menggapai rak atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...