Takdir 17: Terimakasih Salma

4.6K 311 21
                                    

"Rasa yang sering kali terabaikan, rindu"

***

Salma mencoba rebahan berharap dirinya bisa sedikit istirahat dari berbagai kejadian hari ini. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa kembali berbicara tanpa perdebatan dengan sang papa. Namun, dihari yang sama juga Salma melihat Nai ketakutan mendengar jeritan mamanya.

Pikiran Salma tenang dari permasalahan dengan sang papa. Namun, kembali riuh memikirkan Nai. Tidak, mungkin lebih tepatnya gadis itu sedang memikirkan Rony. Ia tau betapa beratnya berada di posisi Rony. Di saat ia tidak baik-baik saja, namun ia harus tetap perkasa merangkap peran menjadi ibu dan ayah bahkan sosok om bagi Nai.

Rolin

Ron
22.31

Iya, Sal
22.32

"Fast respon juga nih anak," batin Salma.

Rolin

nai aman kan?
22.32

Aman Sal, cuma nanyain lu aja tadi pas dia bangun
22.33

kakak lu baik-baik aja kan?
22.34


Iyah, baik kok Sal
Dibeberapa waktu emang suka hilang kendali, tapi kejadian tadi yang paling parah sejauh ini
22.35

semoga ini yang terakhir ya Ron
yaudah tidur
istirahat yang cukup
22.36

Lu juga
22.36

Perasaan Salma sedikit tenang setelah memastikan kondisi Nai dan juga Rony dalam keadaan baik. Gadis itu meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas. Mengambil napas lalu membuangnya pelan, kemudian menarik selimutnya, memejamkan mata mencoba untuk tidur.

***

Seperti hari-hari sebelumnya, mentari kembali mengambil peran pertanda pagi sudah menyapa. Dua anak gadis yang belakangan ini memilih tidur sekamar tampak telah terbangun dari tidur lelapnya.

"Morning kak Salma," sapa Nabila dengan semangat. Padahal mereka baru saja bangun, kalau kata Salma tenaga aja belum kekumpul itu.

"Buset Nab, semangat bener."

"Iya dong!" Seru Nabila segera turun dari kasur. Dengan riang gadis itu menari-nari kecil kemudian mengambil handuk miliknya.

"Aku mau jogging sama kak Paul," bisik Nabila tersenyum, kemudian berlari ke kamar mandi.

"Dasar butciiin, gua ditinggal lagi tu."

"Nikmatin hari libur di rumah kak, toko juga masih aku liburin!" teriak Nabila dari dalam kamar mandi.

Nabila dan Paul benar-benar hanya pergi joging berdua, meninggalkan Salma yang berakhir sarapan sendirian. Mau marah juga tidak bisa, karena kalau pun diajak Salma pasti mager untuk ikut.

"Gini amat punya adik sepupu bucin sama temen sendiri. Gua jadi kayak anak hilang kesepian gini."

Ting! Nong!

"Siapa yang bertamu pagi-pagi?" Salma segera membukakan pintu.

"Onty Sal!" Salma disambut pelukan dari Nai, tepat saat gadis itu membuka pintu.

"Sal, maaf gua ganggu pagi-pagi gini. Nai ngerengek minta diantar ketemu lu."

"Gapapa, Ron. Ayo masuk," kata Salma membawa Nai dan Rony masuk ke dalam rumahnya.

"Sendirian aja Sal?"

"Iya, Nabila lagi joging sama Paul. Bentar lagi kayaknya pulang."

"Ini gapapa gua di dalem? Atau gua tunggu di luar aja ya sebelum mereka pulang." Rony merasa segan jika hanya mereka berdua di sini. Rony berusaha menghargai Salma sebagai perempuan sekaligus seorang muslim.

"Gapapa, Ron," balas Salma tersenyum manis membuat Rony tersipu. Ya, senyum Salma sangat manis, Rony menyadari itu.

"Nai udah sarapan?" tanya Salma beralih pada gadis kecil dalam pangkuannya.

"Tadi makan roti sama selai kacang," jawab Nai polos.

"Masih laper?" tanya Salma mendapat anggukan dari Nai.

"Kenapa nggak bilang ke uncle kalau masih laper?"

"Uncle buru-buru," jawab Nai membuat kening Salma mengkerut bingung. Kenapa Rony yang buru-buru bukankah Nai yang ingin bertemu dengannya?

"Mau nasi goreng?" tawar Salma pada gadis kecil dengan kalung mentari itu.

"Mau!" Seru Nai terlihat antusias.

"Masak nasi goreng lagi?"

"Iya, ayo sekalian makan Ron! Kalau lu masih laper sih."

"Emang itu tujuan gua Sal," batin Rony.

Entah kenapa semenjak mencoba nasi goreng buatan Salma kemaren, Rony jadi ketagihan. Saat tadi ia berniat untuk mengajak Nai sarapan di rumah, ia justru teringat nasi goreng buatan Salma.

Benar, ternyata bukan Nai yang ingin ke tempat Salma, tapi Rony. Karena selain enak nasi goreng Salma bisa mengobati sedikit rindu Rony pada mamanya.

"Segini cukup, Ron?" tanya Salma persis seperti kemaren gadis itu memperlakukan Rony. Namun, kali ini Rony sudah tidak gugup.

"Cukup, makasih Sal."

"Nai mau onty suapin?"

"Mau!" Seru Nai yang selalu antusias dengan tawaran Salma, apapun itu.

"Aaa ayo buka mulutnya kereta api mau masuk, tut tut tut."

Dengan senang gadis kecil itu membuka mulutnya dan melahap suapan nasi goreng dari Salma. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari pandangan Rony yang membuat senyum laki-laki itu merekah.

"Enak?" tanya Salma melihat Nai yang tersenyum ke arahnya dengan mulut yang masih dipenuhi makanan. Gadis kecil itu tidak bersuara, ia hanya memberikan jempol pada Salma.

"Pinter banget sih," ujar Salma mencubit pipi Nai tersenyum sipit.

"Eh," kaget Salma saat tiba-tiba tangannya tidak sengaja menyenggol sendok hingga jatuh ke lantai.

Reflek Salma langsung menunduk untuk mengambil benda itu yang terjatuh ke bawah meja. Rony yang melihat Salma dengan sigap memegangi sudut meja agar gadis itu tidak terbentur. Setelah memastikan Salma aman, Rony menarik kembali tangannya.

"Onty ganti yang baru dulu ya," kata Salma berlalu pergi ke arah dapur.

Sepertinya perempuan itu tidak menyadari perlakuan Rony tadi.

"Makasih ya, Sal," ujar Rony pada Salma yang sudah kembali sibuk menyuapi Nai.

"Untuk?" tanya Salma menatap ke arah Rony.

"Rumah dan nasi goreng," jawab Rony.

***

Haiii salam sayang dan cinta, jumpa lagiii!

Yaudah aku kasih update untuk menemani kerinduan kalian, jangan lupa tanda sayangnya dengan vote dan komen.

Luff youu

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang