"Sal," panggil Rony yang kini tengah duduk berdua dengannya, sementara Nai tengah bersama Nabila dan Paul. Katanya mereka mau pergi beli mainan untuk Nai."Kenapa Rony?" tanya Salma memperhatikan laki-laki itu yang kini tengah menatapnya dengan senyum dan sorot mata yang sulit diartikan.
"Masih nggak nyangka."
"Nggak nyangka apa?"
"Kita bisa ketemu, dan sekarang ada dihubungan ini."
"Tuhan emang punya kejutan disetiap takdir yang diciptakan, Ron."
"Jadi, kamu percaya kalau takdir yang bikin kita seperti sekarang."
"Iya," Salma mengangguk dengan mantap.
"Makasih ya, Sal," ujar Rony menatap Salma dalam.
"Kenapa makasih terus sih, Ron," protes Salma.
"Karena semua yang aku rasain sekarang itu karena kamu."
"Nggak, itu karena diri kamu sendiri, Ron."
"Kamu selalu punya kata-kata ajaib yang bikin aku jadi lebih percaya diri lewatin semuanya."
"Ron, jangan terlalu muji gini. Nanti aku bisa terbang ke langit ke tujuh."
"Lucu," ujar Rony mengacak jilbab milik Salma.
"Ih, Ronyyyy! Kan jadi meleyot kerudungnya," seru Salma cemberut.
"Maaf-maaf, sini aku benerin." Rony memutar tubuh Salma agar menghadap pada dirinya. Dengan telaten Rony merapikan kerudung Salma yang berantakan karena ulahnya.
"Rambutnya nggak keliatan kok, aman," kata Rony.
"Kok tau kalau rambutnya nggak boleh keliatan?"
"Kan emang itu tujuan muslim pake kerudung. Untuk menutup aurat salah satunya rambut kan."
"Ih, kamu tau banget ya."
"Iya, selain baca kan aku juga dulu sekolah umum. Banyak temen yang muslim juga, jadi sedikit banyak jadi tau."
"Ooh," jawab Salma kemudian tiba-tiba diam.
"Kenapa?" tanya Rony memperhatikan Salma.
"Gapapa," jawab Salma singkat dan menghindari tatapan Rony.
"Kepikiran perbedaan diantara kita?"
"Eh, nggak," jawab Salma cepat.
"Terus kenapa Salma?"
"Kurang lebih dua bulan lagi waktu yang aku punya buat tuntasin kasus sabotase. Tapi, aku belum nemu bukti yang kuat untuk gugat mereka."
Rony yang memahami perasaan Salma beralih menggenggam tangan gadis itu. Berusaha meyakinkan Salma bahwa semua bisa diselesaikan.
"Aku janji dalam waktu dekat akan nemuin bukti untuk ngalahin mereka."
Salma menggeleng, "aku udah nggak mau terlalu maksain ini lagi. Kalau emang udah nggak ada jalan, mungkin lupain masalah ini adalah jalan yang terbaik."
"Nggak, kamu udah sejauh ini. Aku yakin kamu bisa, karena ada aku dan yang lain yang akan bantu kamu."
"Maaf karena belakangan ini kamu jadi sibuk ngurusin aku dan Nai."
"Ron, sekarang kita udah sama-sama. Masalah kamu ataupun masalah aku, kita pikul bareng-bareng."
Rony memeluk Salma dari samping. Kemudian dengan nyaman Salma menyenderkan kepalanya di bahu Rony. Sementara tangan mereka tetap saling menggenggam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...