Takdir 5: Hello Novia

5.3K 310 5
                                    


"Semoga ini menjadi awal yang baik," doa Salma mengawali hari ini. Hari dimana ia mulai bekerja, momen yang sudah lama Salma usahakan.

"Kamu Salma?" tanya seorang gadis menghampiri Salma yang sedari tadi diminta untuk menunggu di ruang tunggu kantor.

"Iya kak," jawab Salma sopan, meski ia bisa menebak gadis di depannya ini sesusia dirinya.

"Novia, panggil Novia aja." Salma menerima uluran tangan Novia sebagai tanda perkenalan.

"Ayo, gua antar ke meja lu langsung ya." Novia sudah mulai berbicara santai.

Salma hanya mengikuti langkah Novia, hingga mereka sampai di ruangan yang diisi beberapa karyawan di sana.

"Perhatian semua!"seru Novia membuat perhatian orang-orang yang ada di sana tertuju padanya.

"Kenalin ini Salma, anggota baru divisi kita." Salma menunduk memberi salam.

"Gua harap kalian bisa kerjasama dan bimbing dia yang masih baru." Semuanya mengangguk paham kemudian kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.

"Kalau ada apa-apa lu langsung ke gau aja ya. Di sini kita semuanya sama, nggak ada yang punya kedudukan lebih tinggi. Kita cuma beda jobdesc aja."

Salma bersyukur di hari pertama ia sudah dipertemukan dengan Novia yang menurut Salma cukup baik. Gadis ini menyambut dan menenangkan Salma sebagai karyawan baru.

"Karyawan baru divisi kalian sudah datang?" tanya pria dengan setelan jas hitam memasuki ruangan kerja Salma.

"Sudah pak, Salma berdiri," pinta Novia.

"Maaf pak, saya Salma anggota baru yang bapak maksud."

"Oh, bagus. Semuanya aman, tidak ada yang perlu saya bantu kan."

"Kalau begitu saya pergi dulu, masih ada satu karyawan lagi yang harus saya lihat," lanjut pria itu kemudian pergi meninggalkan ruangan.

"Tadi itu namanya pak Jovan, tangan kanannya pak direktur." Salma hanya mengangguk paham.

Novia sangat membantu Salma dalam memulai pekerjaan ini. Jujur, hal ini merupakan dunia baru bagi Salma.

Gadis itu jadi sedikit menyesal karena dulu tidak mau ikut saat sang papa mengajak dirinya ke kantor dan belajar mengenai perusahaan. Karena perusahaan tempat Salma bekerja saat ini bergerak di bidang yang sama dengan perusahaan papa nya dulu.

"Ke kantin yuk Sal," Novia menghampiri Salma.

"Boleh," balas Salma tersenyum.

"Btw, ini kantinnya lumayan jauh ya."

"Hahaha, sekalian olahraga Sal."

"Iya juga sih, tapi kalau sering jalan kek gini dalam sehari bisa segede talas Bogor kali ya betis gua." Gurau Salma memecah kecanggungan antara keduanya.

"Kau bisa ngelucu juga ya Sal," Novia tidak dapat menahan tawanya.

"Kerjaan sampingan gua emang pelawak si Nop."

"Udah ah, bisa keram ini perut gua ketawa mulu."

"Baru kenal sehari kita serasa udah kenal lama aja ya," lanjut Novia merasa sefrekuensi dengan teman kantornya ini.

"Syukur deh, jadi kita udah klop kan. Bisalah nanti malam ngepet bareng."

"Emang gila nih orang." Keduanya kemudian masuk kantin masih diiringi dengan tawa keduanya.

"Eum, gua boleh nanya-nanya nggak sih."

"Nanya sama gua Sal? Ya boleh lah. Asal jangan tanya pluto planet ke berapa aja, gua nggak ngerti IPA soalnya." Salma tertawa mendengar jawaban Novia.

"Nggak lah," balas Salma dengan bakso yang masih ia kunyah.

"Lu kerja di sini udah lama?" tanya Salma tanpa basa-basi lagi.

"Lumayan sih, udah 3 tahun." Jawaban Novia membuat Salma merasa senang.

"Berarti lu tau kejadian besar 2 tahun lalu?" tanya Salma lagi kembali berbisik.

"Masalah perusahaan yang melakukan sabotase?"

"Nah iya benar," jawab Salma semangat.

"Taulah, orang masalahnya juga udah kesebar di media."

"Sebenarnya apa yang terjadi sih?"

"Ya, seperti itu. Awalnya memang banyak yang menduga perusahaan melakukan sabotase," jelas Novia.

"Tapi perusahaan bisa buktiin kalau itu hanya tuduhan palsu." Salma mencoba merekam semua penjelasan Novia.

"Cuma ada satu hal yang masih jadi misteri." Kalimat itu membuat Salma penasaran.

"Ada satu orang yang menghilang setelah kasus itu," bisik Novia.

"Siapa?" tanya Salma semakin penasaran.

"Orang kepercayaan pak direktur."

"Bukannya pak Jovan?" tanya Salma bingung.

"Setelah orang itu menghilang baru pak Jovan yang menggantikan."

"Lu tau nama orangnya?" Novia mengangguk sebagai jawaban.

"Punya data lengkapnya malahan," lanjut Novia jumawa.

"Kok bisa?"

"Nggak sengaja nemu pas dulu gua disuruh beresin ruangan dia," bisik Novia lebih mengecilkan volume suaranya.

"Bentar, lu kok jadi kepo masalah ini." Novia menyadari sesuatu.

"Bentar," Novia membuka ponsel miliknya, seperti sedang membaca sesuatu.

"Lu anaknya pak Argatama Atmadja?" Salma kaget mendengar pertanyaan Novia. Ia berusaha memastikan orang-orang disekelilingnya tidak mendengar ucapan gadis itu.

"Suara lu kondisiin dulu Nop," balas Salma khawatir.

"Nggak salah lagi, kenapa gua nggak ngeh dari awal ya."

"Kenapa lu bisa tau?" tanya Salma.

"Gua sebenarnya penasaran sama kasus itu, kayak ada yang janggal aja. Makanya gua ngumpulin identitas orang-orang yang gua tau terlibat. Termasuk keluarga lu juga."

Kembali, Salma dibuat terkejut mendengar ucapan perempuan di depannya ini. Entah bagaimana Salma harus berterimakasih kepada tuhan karena sudah menemukan Salma dengan sosok Novia. Gadis itu akan memudahkan Salma mengumpulkan lebih banyak informasi.

"Oh, gua ngerti sekarang. Tenang Sal, gua bakal bantu lu. Entah kenapa gua juga merasa ada yang nggak beres."

"Jangan kasih tau yang lain tentang ini ya, Nop," Salma khawatir jika kebenaran itu terbongkar maka ia akan dipecat.

"Aman itu mah. Nanti pas pulang gua kasih apa yang lu perlu, semoga lu bisa menemukan jawaban dari pertanyaan lu selama ini."

"Makasih ya Nop."

***

Note:

Jangan lupa vote dan komen ❤️

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang