Langit di luar sudah mulai tampak gelap. Hanya cahaya bulan nan temaram yang menjadi penerang. Rony kembali sendiri, berdiam diri memandangi langit-langit kamar miliknya. Sementara malaikat kecilnya sudah tertidur lelap.
Kejadian tadi siang masih berputar dalam pikiran Rony. Tentang Salma dan sang mantan yang membuat Rony jengkel. Laki-laki itu dengan seenaknya berbicara hal buruk tentang Salma.
"Kayaknya harus hubungin Paul dulu," monolog Rony bergegas mencari kontak Paul.
"Kenapa? Malem-malem banget nih nelpon gua."
"Gua udah yakin Powl. Kayaknya gua harus mastiin sesuatu ke Salma."
"Lu nggak lagi kesambet kan?" Paul memang mengerti Rony. Belum dijelaskan saja, Paul sudah tau kemana arah pembicaraan laki-laki itu.
"Tai lu, ya nggak lah. Gua udah yakin ini."
"Yaudah, gua cuma bisa dukung. Semuanya terserah Salma."
"Oke, makasih Powl. Gua cuma mau laporan itu aja."
Rony mematikan sambungan telepon. Sudah dapat dipastikan Paul tengah marah-marah diseberang sana, karena ulah Rony yang memutuskan telepon secara sepihak.
Rony beralih pada roomchat miliknya dan Salma.
Salmin
Sal, besok temenin gua
Penting!
Tidak menerima penolakanIya-iya
Pemaksaan banget
Kemana?Besok gua kasih tau
Malam gua jemput"Tidur dulu, Ron," batin Rony berusaha tertidur.
***
"Ini kita mau kemana sih, Ron?" tanya Salma kini sudah berada di atas motor milik Rony.
"Nanti juga tau."
Rony menghentikan motor miliknya di depan sebuah bangunan bertingkat. Dapat dipastikan itu adalah sebuah perusahaan.
"Ayo!" ajak Rony menarik Salma untuk masuk.
"Ini kuncinya pak." Seorang laki-laki berpakaian satpam menghampiri Rony.
"Jadi, ini perusahaan lu, Ron."
"Bisa dibilang begitu," balas Rony.
Mereka naik lift sampai lantai atas, tujuan Rony saat ini adalah membawa Salma ke rooftop gedung ini dengan kunci di tangannya.
"Buruan, lu takut?" tanya Rony melihat Salma menghentikan langkahnya.
Salma menggeleng. "Justru gua suka, Ron," jawab Salma terlihat takjub dengan pemandangan di depannya.
Di sana Rony siapkan sebuah kursi yang dapat di isi oleh dua orang. Sederhana, namun menjadi indah dipadu dengan kerlap-kerlip lampu gedung yang menghiasi kota. Ditambah langit malam dengan cahaya bulan yang tampak lebih terang malam ini.
"Indah banget." Rony tersenyum melihat Salma yang begitu senang.
"Duduk, Sal. Gua tau lu suka ini."
Salma tersenyum menghirup udara dengan bebas. Memejamkan matanya merasakan semilir angin yang menyapa wajahnya. Salma benar-benar menyukai ini. Suasana malam dari atas rooftop yang menenangkan.
"Sal, gua ajak lu ke sini karena mau bilang makasih." Salma membuka mata menatap ke arah Rony.
"Kalau lu mau makasih karena gua udah jagain Nai. Sama-sama Ron, gua lakuin itu karena gua sayang Nai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...