Kini Salma, Nabila dan Paul tengah berada di rumah Rony. Sebelumnya Rony meminta mereka untuk datang. Ia mengadakan acara bakar-bakar sebagai permintaan dari Nai.
"Gimana? Udah mendingan?" tanya Rony di samping Salma.
"Apanya?" Salma balik bertanya dan tetap fokus menyiapkan sosis di tangannya.
"Perasaan dan pikiran lu mungkin?"
"Hmm, udah lebih baik," jawab Salma mencoba tersenyum.
"Gua nggak tau persis apa yang dia lakuin ke lu, tapi kalau dia ganggu lu lagi bilang ke gua."
"Mau diapain?" tanya Salma mengerutkan keningnya.
"Mau gua kirim ke mars biar nggak bisa ganggu lu lagi."
"Phfft, hahaha. Ada-ada aja lu Ron," tawa Salma memukul bahu Rony.
"Eh itu yang diujung jangan berduaan mulu, ini pemanggangnya tolong diurusin!" teriak Paul.
"Biar gua aja yang urus," ujar Rony menahan tangan Salma, membuat gadis itu menghentikan langkahnya.
"Padahal si Paul dari tadi cuma ngobrol sama Nabila doang," gerutu Salma membuat Rony tersenyum sebelum melangkah pergi.
Setelah beberapa keributan terjadi karena sosis yang hangus akibat ulah Rony dan Paul, mereka akhirnya memilih menepi. Lebih tepatnya di usir oleh Salma dan Nabila untuk menjauh. Karena mereka hanya manambah ribet saja.
"Powl," panggil Rony.
"Hmm," balas Paul masih memandang ke arah Nabila dan Salma yang tampak sibuk bersama Nai di sana.
"Sebenarnya Darrel itu siapa?" tanya Rony membuat Paul reflek menatapnya.
"Siapanya Salma?"
"Harus banget gua jawab, Ron?"
"Iya," jawab Rony mantap.
"Darrel mantan Salma," jelas Paul membuat Rony membuang napas. Ia sudah menduga laki-laki itu pasti dari masa lalu Salma.
"Lebih tepatnya laki-laki brengsek dari masa lalu Salma."
"Putus karena apa?" tanya Rony penasaran.
"Selingkuh, dia selingkuh disaat Salma lagi terpuruk karena masalah papanya."
"Udah gua duga dia ngelakuin hal buruk ke Salma. Kemaren pas ketemu si Darrel itu Salma sempat nangis."
"Ha?! Salma ketemu Darrel, kapan?!"
"Kemaren pas gua sama Salma jemput Nai."
"Brengsek tu banci, berani-beraninya bikin Salma nangis. Mau gua bikin babak belur lagi kayaknya tu monyet."
"Gua bantu kalau itu," balas Rony enteng.
"Kalau bukan karena Salma minta balik waktu itu, gua udah gebukin si Darrel. Bisa-bisanya dia bikin Salma nangis kayak gitu," sambung Rony.
"Ron," panggil Paul dengan intonasi yang berubah.
"Lu suka sama Salma?" tanya Paul tiba-tiba.
"Ha? Eh," Rony menggaruk belakang kepalanya salah tingkah.
"Menurut lu gua suka apa nggak?" Paul mengusap wajahnya frustasi mendengar pertanyaan Rony.
"Bego lu, masa perasaan lu tanya ke gua. Kan lu yang ngerasain."
"Ya, kalau menurut pandangan lu ngeliat gua ke Salma gimana gitu."
"Suka," balas Paul.
Rony terdiam sejenak, menatap ke arah Salma di ujung sana. Senyum gadis itu yang beberapa bulan ini mengisi hari-hari Rony. Tingkah random dan lucu gadis itu yang belakangan ini berhasil membuat Rony tersenyum. Semua hal tentang Salma yang berhasil menjadi pusat perhatian seorang Rony.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...