Garis 30: Makin Brengsek!

4.8K 292 20
                                    


Sudah beberapa Minggu berlalu semenjak kejadian yang membuat Salma dan Rony kian dekat. Secara tidak langsung membuat mereka menyadari bahwa mereka saling membutuhkan, tidak bisa tanpa satu sama lain. Meski rasa yang seharusnya menjadi alasan masih abu-abu bagi keduanya.

"Hujannya awet ya kak," kata Nabila yang kini sedang berdiri bersama Salma di teras rumahnya. Sudah hampir 30 menit mereka menunggu hujan itu namun tak kunjung reda.

Sementara Salma hanya diam memejamkan matanya menikmati irama hujan dan hawa dingin yang mulai menelusup. Gadis itu suka hujan dan pecinta petrichor.

Tin!tin! Suara klakson mobil mengambil alih atensi Salma dan Nabila. Keduanya dikejutkan dengan keberadaan dua mobil hitam di depan sana. Tidak lama, seorang laki-laki keluar dari salah satu mobil hitam yang sangat Salma kenali. Dengan sigap laki-laki dengan payung bergambar unicorn itu membuka pagar dan segera kembali ke dalam mobil.

"Nabila, ayo aku antar. Hujannya nggak bakal berenti," tiba-tiba Paul sudah berada di samping Nabila dengan payung pink ditangannya.

"Salma! ayo!" teriak Rony dari dalam mobil.

"Ron! Jemput dong, Salma nggak punya payung kayaknya," kata Paul setengah berteriak akibat suara hujan yang meredam suara mereka.

"Nggak-" belum sempat Salma menyelesaikan ucapannya, Rony sudah lebih dulu keluar dan berlari menuju Salma.

"Ayo," ajak Rony sudah berada di samping Salma.

"Maaf ya payungnya kekecilan, soalnya ini punya, Nai," sambung Rony tersenyum canggung.

"Udah gua duga, orang gambarnya unicorn gini," balas Salma ingin menertawakan tingkah Rony.

"Yaudah buruan."

Salma berdiri di bagian depan dengan Rony berada di belakangnya. Ukuran payung yang cukup kecil menepis jarak diantara mereka.

Cup! Gerakan Salma yang berhenti mendadak membuat bibir Rony dengan tidak sengaja mendarat di kepala Salma, lebih tepatnya di atas kerudung gadis itu. Niat Salma ingin membuka pintu mobil jadi terhenti menyadari ada benda empuk menyentuh kepalanya. Sementara Rony hanya bisa diam merasa tidak enak.

"Pura-pura nggak tau aja, Sal," batin Salma dengan segera masuk ke dalam mobil.

"Deres juga ternyata," ujar Rony sambil mengibas air pada lengan kemeja miliknya.

"Yakali nggak deres, bunyinya aja udah segede ini."

Sepertinya dua onggok manusia ini sama-sama memilih untuk mengabaikan kejadian tadi dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

***

"Sal, pak bos minta laporan yang kemaren dikasih hari ini."

Kini Salma sudah berada dalam ruang kerjanya. Kembali berkutat dengan komputer dan berbagai macam berkas. Hal yang sebenarnya tidak Salma sukai sama sekali.

"Yang bener lu, Nop?"

"Ngapain juga gua becanda, udah buru kerjain. Sebelum istirahat udah harus dikasih itu."

"Iya Nop iya."

"Pak bos minta lu yang antar langsung," lanjut Novia mengingat sesuatu.

"Ini lu pasti becanda kan, Nop."

"Buat apa gua becanda Salma, buat apa?"

"Tumben banget langsung ke atasan."

"Mana gua tau, lakuin aja deh biar aman."

Setelah menyelesaikan semuanya, Salma bersiap untuk menemui sang atasan. Kali ini bukan kepala divisi yang ia temui, melainkan pemilik perusahaan ini langsung.

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang