Garis 42: Sayang Jangan Marah!

5.1K 314 17
                                    


"Powl, besok lu kerja?"

Paul yang sedang asik menikmati cemilannya tidak menghiraukan Rony sama sekali. Dua onggok manusia itu sedang menonton kartun berkepala botak asal Malaysia.

"Ck, lu jangan belagak nggak denger gua."

"Apa sih Rony?"

"Lu besok kerja?"

"Iya, kenapa emang?"

"Libur aja Powl," jawab Rony santai.

"Gua juga besok ambil libur."

"Gila ya lu! Masuk kantor seenaknya aja, lu baru kemaren ambil libur."

"Males gua ke kantor ketemu pak Rengga."

"Dia bikin masalah apa?"

"Minta gua buat jadi pengganti Raka."

"Hah? Tu orang waras apa kagak sih."

"Udah gila karena uang."

"Kalau gitu mending lu keluar aja dari tu perusahaan."

"Nggak bisa, gua harus bantu Salma temuin bukti dulu." Rony menyandarkan dirinya ke kursi. Menopang kepalanya dengan dua tangan.

"Bikin mie napa, Ron," ujar Paul yang melihat Rony mulai memejamkan matanya menenangkan pikiran.

"Mumpung Nai udah tidur," sambung Paul.

"Bikin sendiri," balas Rony.

"Sekali-kali lu yang bikin, Ron. Dari dulu tiap kita main gua mulu yang bikinin mie."

"Kalau nggak mau ya nggak usah makan mie Powl."

"Gini amat punya sohib," gerutu Paul segera beranjak menuju dapur.

***

Pagi ini tidak jauh berbeda dengan pagi sebelumnya. Mentari kembali menyapa dengan sinarnya nan hangat. Menyambut aktivitas manusia yang sibuk mengejar dunia.

"Pagi kak Salma," sapa Nabila penuh semangat.

"Masak banyak nih kak," kata Nabila memperhatikan Salma yang tampak sibuk meracik nasi gorengnya.

"Iya, sekalian buat Nai, Rony sama Powl."

"Kak Salma mau ke rumah kak Rony?"

"Iya, kangen sama anak kecik."

"Kangen unclenya juga kan, hahaha."

"Ya, sedikit lah."

"Aduh, udah nggak malu-malu ya sekarang." Salma hanya tersenyum mendengar ucapan Nabila.

"Aku ikut dong," sambung Nabila.

"Nggak ke kampus?" tanya Salma memastikan.

"Dosennya ada acara, kuliahnya diganti jadi daring."

"Ooh, yaudah ayo ikut."

Setelah selesai menyiapkan nasi goreng buatannya, Salma segera bersiap-siap. Mereka memilih untuk sarapan di rumah Rony saja bersama yang lain.

***

"Ompal boneka Barbie Nai jadi botak," rengek gadis kecil itu menatap nanar boneka miliknya yang bernasib naas di tangan Paul.

"Ompal cuma bantu nyisir Nai, serius. Nggak ompal apa-apain," jelas Paul.

"Kepalanya jadi botak," ujar Nai kembali merengek.

"Kayaknya dia harus pake shampo mahal, biar rambutnya nggak mudah rontok, Nai."

Gadis kecil itu tetap saja cemberut. Bahkan seperti ingin menangis, tentu saja hal tersebut membuat Paul panik. Bisa-bisa dia akan dimarahi Rony jika membuat Nai menangis sepagi ini.

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang