"Buruan turun," perintah Paul pada Rony yang masih diam menatap mobil di depannya."Mobil siapa?"
"Orangtua Nabila sama Salma." Rony membulatkan matanya mendengar jawaban Paul.
"Tai, kenapa nggak bilang dari sebelum kita ke sini."
"Gua juga nggak tau kalau udah datang. Nabila nggak bilang ke gua."
"Salma juga lagi," sambung Rony tiba-tiba merasa gugup.
"Udah gapapa turun aja."
"Lu mah enak udah pernah ketemu orangtua Nabila, udah akrab malahan. Lah gua, ini pertama kali cok."
"Terus lu mau balik? Yaudah, gua masuk sendiri."
"Ck, ya nggak gitu juga. Kan mau kasih tau Salma."
"Ya makanya masuk aja," kata Paul gemas melihat tingkah Rony.
"Duh deg-degan anjing," umpat Rony menarik napas mempersiapkan diri.
Akhirnya keduanya memutuskan untuk masuk. Dengan rasa ragu dan gugup, Rony melangkah dibalik punggung Paul. Seolah sedang berlindung di balik punggung laki-laki itu.
"Assalamualaikum," ucap Paul sebagai bentuk menghargai.
"Waalaikumsalam, loh udah di sini aja," jawab Nabila belagak kaget, padahal dia sudah tau Paul akan datang.
Sementara Rony masih diam seribu bahasa berdiri di belakang Paul. Laki-laki itu semakin gugup saat melihat sepasang suami istri yang kini juga duduk di sana.
"Om, Tante," sapa Paul menyalimi keduanya.
"Udah lama nggak ketemu anak bujang," kata perempuan dengan hijab berwarna cerah itu. Sementara Paul hanya bisa tersenyum.
Selanjutnya giliran Rony yang maju masih dengan rasa gugup yang bahkan sudah bercampur takut saat ini.
"Ini siapa namanya?" kata laki-laki berkacamata itu pada Rony.
"Rony om, tante," jawab Rony sekaligus menyapa keduanya.
"Ooh Rony."
"Kalau begitu om sama tante ke kamar dulu ya mau istirahat. Kalian lanjut ngobrol."
Keduanya masuk ke dalam kamar, menyisakan Paul yang sedang menahan tawa menatap Rony.
"Ngetawain gua lu?"
"Muka lu kaku kek tembok, Ron."
"Salma mana Nab?" tanya Rony tak ingin lagi menghiraukan Paul.
"Kak Salma jemput mama papanya ke bandara kak."
"Loh yang tadi?"
"Itu ayah bundanya Nabila," jawab Paul tertawa lepas.
"Anjing lu Powl, kenapa nggak bilang dari tadi."
"Sengaja," balas Paul semakin tertawa puas.
"Udah lah, itung-itung latihan tadi. Jadi nanti pas asli nggak tegang-tegang amat."
"Salma kok nggak bilang mau ke bandara, padahal bisa gua anter."
"Mungkin karena mendadak jadi kak Salma nggak hubungin kak Rony."
"Berangkatnya udah dari tadi?"
"Iya kak, bentar lagi juga datang."
"Udah Ron, tunggu aja."
"Gua masih belum damai sama lu Powl."
***
Suara mobil dari luar membuat Rony menegakkan tubuhnya. Itu pasti Salma bersama orangtuanya. Rony segera menatap Paul yang juga menatap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...