Kadang kala dia hanya butuh diyakinkan, meski sebenarnya semua belum tentu baik-baik saja.
***
Suara hujan di luar sana mulai menghilang. Tampaknya tetes bening itu telah berhenti, dan pastinya di luar sana menyisakan aroma yang Salma suka.
"Kayaknya hujannya udah berenti deh," Salma melihat ke luar jendela untuk memastikan.
"Kalau gitu gua mau pamit pulang, Ron."
"Kok cepat sekali?" tanya Nai cemberut.
"Udah malam Nai, kasihan adik onty di rumah sendirian," jelas Salma mengusap pipi Nai dengan lembut.
"Tapi onty akan main ke sini lagi kan." Gadis kecil itu ingin Salma memastikan dirinya akan kembali.
"Tentu kalau Nai mau," balas Salma membuat Nai berteriak kegirangan.
"Horee! Nai punya teman main Barbie sekarang." Salma dan Rony reflek tertawa mendengar ucapan Nai.
"Biasanya Nai main sendiri, habisnya uncle Rony nggak mau," lanjut Nai mencibir.
"Ya masa uncle mau didandanin kayak Barbie, kan uncle cowok."
"Kapan-kapan kita main ya, sekarang onty pulang dulu, oke." Nai mengangguk kemudian memeluk Salma sebagai tanda perpisahan.
"Gua pamit ya, Ron."
"Gua antar, Sal," ujar Rony mengambil kunci mobil miliknya.
"Eh nggak usah," tolak Salma merasa tidak enak.
"Gapapa, lu cewek nggak baik pulang malam sendirian."
"Tapi gua bawa motor," balas Salma.
"Nanti gua minta tolong orang buat anter."
"Nai boleh ikut uncle?" Siapa yang bisa menolak permintaan anak manis ini.
"Boleh, nanti kalau ngantuk Nai bisa tidur di mobil."
Kini tiga orang yang baru mengenal itu sudah berada dalam mobil milik Rony. Mobil hitam itu membelah jalanan ibu kota yang terlihat masih basah. Hawa dingin sisa hujan tadi menyelinap di selah-selah kaca. Salma selalu suka dengan nuansa setelah hujan seperti ini.
Salma hanya diam menatap keluar jendela. Sesekali berbicara saat menjawab pertanyaan Nai. Saat gadis kecil itu sudah tertidur di bangku belakang hanya keheningan yang tersisa. Keduanya tidak ada yang ingin membuka suara. Mereka hanya bicara saat Salma memberitahu arah jalan rumahnya.
"Iya disini," ucap Salma meminta Rony menghentikan mobilnya.
Saat turun Salma dapat melihat Nabila dan Paul yang sedang duduk di bangku teras rumah Nabila. Sepertinya mereka menunggu kedatangan Salma.
"Kak Salmaaa." Gadis itu langsung memeluk Salma. Sudah Salma duga pasti Nabila mengkhawatirkan dirinya. Karena tidak biasanya Salma pulang jam segini.
"Loh, kok bisa sama lu Ron?" tanya Paul melihat Rony dengan Nai dalam gendongannya.
"Ceritanya panjang ul," jawab Salma mewakilkan jawaban Rony.
"Yaudah masuk dulu yuk, kasihan adik kecil nanti kedinginan," ajak Nabila.
"Jadi gimana ceritanya?" tanya Paul kembali. Kini mereka sudah berada di ruang tamu.
Salma menjelaskan terlebih dahulu apa yang dia alami hari ini. Mulai dari cerita saat di kantor hingga bagaimana ia bisa bertemu dengan Rony. Sementara Rony hanya membenarkan cerita Salma.
"Gila, kok bisa saling berkaitan gini ya," ujar Paul kaget mendengar cerita kedua temannya.
"Jadi, sekarang kak Rony sama kak Salma mau kerjasama buat cari tau semuanya?"
"Iya Nab, kita kan punya tujuan yang sama. Jadi kenapa nggak sekalian kerjasama aja kan."
"Iya juga sih, tapi ini nggak bakal ngebahayain kak Salma kan?" tanya Nabila khawatir.
"Kita bakal main aman kok Nab, tenang aja."
"Titip kak Salma pas di kantor ya kak Rony."
"Dih apaan. Emang gua barang Nab, main dititipin aja."
"Yaelah Ma, itu tandanya Nabila khawatir sama lu," jelas Paul membela Nabila.
"Ron, titip ya. Soalnya yang satu ini agak lain," sambung Paul menunjuk Salma.
"Kenapa gua jadi berasa anak kecil yang mau pergi camping sih. Ini Rony mau jadi partner gua bukan mau jadi bodyguard guys."
"Gua bakal jaga Salma, tenang aja." Pernyataan Rony diluar kendali dan ekspektasi seorang Salma. Sementara Nabila dan Paul hanya tersenyum mendengar ucapan Rony.
"Gua udah tau jawaban ini," ucap Paul menepuk-nepuk punggung Rony.
"Kalau kalian butuh bantuan bisa bilang ke kita, ya kan Paul." Paul segera mengangguk membenarkan ucapan Nabila.
"Kalau gitu gua pamit pulang dulu, ya. Makasih untuk tawaran kalian."
"Iya sama-sama kak."
"Mak, lu anter Rony ke depan dong. Sekalian bantuin bukain pintu, kesusahan nanti sambil gendong ponakannya."
Salma mengikuti perintah Paul, tumben sekali gadis itu tidak adu mulut terlebih dahulu.
"Oh jadi itu bukan anaknya kak Rony?" tanya Nabila.
"Kalau itu anaknya Rony nggak mungkin aku mau deketin dia sama Salma."
"Kenapa?"
"Ya kalau itu anaknya Rony, berarti dia punya istri Nab."
"Ya siapa tau duda gitu," balas Nabila membuat Paul melongo.
"Emang kamu bakal biarin kakak kamu sama duda?"
"Ya gapapa kalau dudanya kayak ka Rony, hehehe." Paul hanya geleng-geleng mendengar jawaban Nabila.
Sementara Rony dan Salma.
"Makasih ya," kata Salma pada Rony yang sudah berada dibalik kemudi.
"Sama-sama," jawab Rony singkat.
"Nggak usah khawatir, kita bisa beresin ini sama-sama. Ada gua," ujar Rony kemudian melajukan mobilnya meninggalkan Salma yang masih terpaku mendengar ucapan Rony.
Ada gua, kata-kata itu berputar di kepala Salma. Salma mengkhawatirkan kondisi Rony yang harus kembali mengenang kejadian di masa lalu. Tapi, ternyata Rony juga memikirkan Salma.
Memberikan semangat dan memastikan semuanya akan berjalan dengan baik karena ada dirinya bersama Salma. Tanpa mereka sadari keduanya saling mengkhawatirkan satu sama lain.
***
Note:
Mau nanya dong teman-teman, ini bab ceritanya nggak berantakan kan di kalian? Kalau berantakan atau ada yang nggak seusai tempat kasih tau aku ya ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...