"Jangan jadikan kecewa dan amarah sebagai senjata untuk menjadi jahat"
***
Salma hanya diam dan mengalihkan pandanganya pada nasi goreng milik Nai. Tiba-tiba atmosfer di ruangan itu diselimuti kecanggungan. Entah apa yang sedang terjadi pada diri Salma, ia merasakan sesuatu dalam dirinya yang tidak dapat ia jelaskan. Begitupun dengan Rony, laki-laki itu merasa salah tingkah akibat ucapannya sendiri.
"Nai, bilang makasih," ujar Rony berusaha mencairkan suasana kembali.
"Makasih ya onty, nasi gorengnya eeenaaak bangett!" seru Nai memberikan dua jempolnya pada Salma.
"Sama-sama anak cantik. Nai boleh kok sering makan nasi goreng buatan onty kalau Nai mau."
"Serius?" tanya gadis itu dengan mata berbinar. Salma mengangguk dengan senyum merekah yang menambah kesan manis pada dirinya.
"Kalau Uncle Rony boleh juga?" tanya Nai membuat Salma tampak berpikir untuk menjawab.
"Tentu, kan kamu selalu bareng uncle. Kasian nanti dia ngambek kalau nggak dibolehin," jawab Salma bercanda dengan nada mengejek pada Rony.
"Kalau onty masakin Nai setiap hari di rumah uncle, Nai pasti senang sekali."
"Eh, kalau setiap hari nggak bisa dong Nai," balas Rony merasa tidak enak.
"Kok nggak bisa?"
"Tentu nggak bisa sayang," jawab Rony lembut mencoba menjelaskan pada Nai.
"Kan onty Sal punya keluarga, jadi onty Sal tinggal sama keluarganya. Nggak mungkin setiap hari di rumah kita."
"Yaudah, jadiin onty Sal keluar kita aja Uncle." Salma yang sedang meneguk air miliknya hampir saja tersedak mendengar ucapan Nai.
"Ekhem," Rony berdehem menegapkan tubuhnya.
"Terus onty nya jadi siapa nya Nai?" tanya Rony kembali.
"Ya tetap jadi onty. Di buku cerita yang sering uncle bacain buat Nai ada loh anak kecil yang punya Uncle kayak Nai juga."
"Hem, terus?" tanya Rony menunggu kelanjutan cerita Nai.
"Nah, Nai bisa sama kayak dia, punya onty dan juga uncle," jawab Nai menunjuk Salma dan juga Rony secara bergantian.
"Jadi onty Sal tetap jadi onty buat Nai dan jadi pasangan uncle."
"Wah, kalau itu ompal setuju sih Nai."
Salma dan Rony reflek menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara. Terlihat Paul dan Nabila yang baru saja datang berjalan menghampiri mereka.
"Ompal setuju apa?" tanya Nai pada pria yang sudah akrab ia sapa ompal (om Paul) itu.
"Setuju kalau uncle kamu sama onty Sal- Awh!" belum sempat Paul melanjutkan ucapannya, kaki Salma sudah berhasil menginjak kaki Paul dengan sekuat tenaga.
"Kenapa jadi gua sih," kesal Salma kemudian beranjak pergi meninggalkan mereka.
Rony menatap punggung sempit yang menjauh itu dengan rasa bersalah. Takut Salma akan marah dan kurang nyaman dengan ucapan Nai dan Paul.
Tidak ingin ada salah paham dan akan menimbulkan ketidaknyamanan pada mereka berdua, Rony segera beranjak menghampiri Salma.
"Di teras samping kak," ujar Nabila memberitahu tempat yang biasa akan Salma datangi di saat seperti ini.
"Salma marah beneran nggak ya?" tanya Paul ikut khawatir.
Sementara Rony berusaha mencari keberadaan Salma. Dilihatnya gadis itu yang kini sudah berada di depan kandang kucing yang dapat dipastikan itu milik Salma dan Nabila.
Gadis itu tampak sedang memberi makan kucing di pangkuannya. Rony berjalan pelan, berusaha mendekat tanpa membuat Salma terusik.
"Banyak juga makannya," ujar Rony duduk di samping Salma.
"Iya, makanya mbul kayak gini." Balas Salma menggelitik tubuh gembul kucing lucu ditangannya.
"Sorry ya Sal. Ucapan Nai dan Paul nggak usah dianggap serius," ujar Rony memberanikan diri.
"Santai Ron, gua justru takut lu yang nggak nyaman kalau dijodoh-jodohin kayak tadi."
"Nggak, gua nyaman kok Sal sama lu."
"Ha?" tanya Salma memastikan kembali ucapan Rony.
"Skip Sal, becanda gua" jawab Rony menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Aneh lu," balas Salma kembali fokus pada kucing miliknya.
"Soal nasi goreng gua serius. Nasi goreng buatan lu enak, persis buatan mama gua."
"Ini lu lagi muji gua apa gimana nih?"
"Terserah lu mau anggap apa yang penting gua ngomong jujur." Salma tersenyum tipis mendengar ucapan Rony.
"Brarti kalau lagi kangen mama, lu datang aja ke gua biar gua masakin," ujar Salma tersenyum mengedipkan matanya pada Rony.
Saat tersenyum membuat mata gadis itu menghilang ditambah pipi chubby miliknya yang membuat Salma tampak menggemaskan.
"Lucu," gumam Rony terdengar samar oleh Salma.
"Apa yang lucu?"
"Kucing Sal, kucing nya lucu," jawab Rony menggaruk hidungnya yang tidak gatal.
"Btw, kapan mau datengin alamat Kania?" tanya Salma kembali teringat misi mereka yang belum selesai.
"Lu bisanya kapan?"
"Lusa bisa sih kalau kantor nggak lembur."
"Boleh, lusa kita cari tau."
"Ron," panggil Salma tiba-tiba membuat Rony menatap lekat mata indah milik Salma.
"Kalau lu butuh bantuan buat jaga Nai atau ngurusin Nai, boleh kok Ron minta bantuan ke gue."
"Kenapa tiba-tiba?"
"Gue tau ada diposisi lu sekarang ini nggak mudah, apalagi ada Nai. Gue cuma nggak mau lu ngerasa sendirian hadapin semuanya."
"Kenapa mikirin gua? Jadi lu juga nggak mudah Sal, dengan semua masalah yang lu hadapi dan bahkan belum selesai sampai sekarang."
Salma terdiam, otaknya mencoba mencerna dengan baik pertanyaan Rony. Membuat dirinya menyadari perkataan Rony adalah benar. Kenapa Salma begitu mengkhawatirkan Rony? Apa ada yang salah pada diri Salma?
"Mungkin karena gue juga ngerasain keadaan sulit itu, Ron." jawab Salma tampak ragu.
"Berarti karena kasihan?"
"Eh, bukan gitu Ron." Pungkas Salma khawatir Rony salah paham pada dirinya.
"Gue juga nggak tau kenapa sekhawatir ini sama lu, Ron. Mungkin karena gue udah terlanjur sayang sama Nai, jadi gue juga khawatir sama lu yang notabene adalah orang terdekat Nai. Karena kalau sesuatu terjadi sama lu, akan berdampak juga ke Nai, Ron."
"Gua senang lu peduli sama gua, Sal. Tapi tolong jangan sekalipun lu kasihanin gua. Jangan lakuin apapun ke gua sama Nai hanya karena sebatas kasihan."
"Nggak akan, Ron. Karena yang gue lakuin ke Nai sekarang ya karena gue sayang sama dia."
"Jangan tinggalin gua sama Nai ya, Sal."
Salma menggeleng dan tersenyum pada Rony. Gadis itu seperti sedang meyakinkan Rony bahwa dia akan selalu ada, tidak akan kemana-mana, tidak akan pergi meninggalkan mereka.
"Oh iya, lu kalau lagi cemberut kayak tadi mirip kucing," ujar Rony random.
"Dih apaan, nyebelin lu," balas Salma berlalu pergi meninggalkan Rony.
***
Haaiii jumpa lagi sama Nai beserta uncle Rony dan onty Salma kesayangan kita semua.
Aku mau minta maaf karena baru bisa update, makasih buat kalian yang udah mau nungguin ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...