Garis 24: Dia Nggak Salah

4.3K 303 20
                                    

"Jangan ambil keputusan saat marah dan jangan berjanji dalam keadaan senang"

***

"Loh, kok pulang sendiri Mak?" tanya Paul yang masih berada di rumah Nabila. Sepertinya laki-laki itu menemani Nabila hingga Salma pulang.

"Nggak sama kak Rony?" sambung Nabila.

Salma tidak menjawab apapun, gadis itu justru berlalu pergi meninggalkan Nabila dan Paul.

"Kak Salma kenapa ya?" tanya Nabila pada Paul.

"Jangan-jangan berantem sama Rony. Coba aku hubungin Rony dulu."

Paul membuka layar ponsel miliknya untuk mencari kontak Rony. Entah kenapa laki-laki itu merasa ada sesuatu yang terjadi antara kedua temannya.

"Nggak diangkat," ujar Paul setelah beberapa kali mencoba menghubungi Rony.

"Yaudah, nanti aku coba ngomong sama kak Salma."

"Oke. Kalau gitu aku pulang dulu ya, Nab." Nabila mengangguk sebagai jawaban.

"Hati-hati ya, makasih Powl udah selalu nemenin aku."

"Anything for you," balas Paul dengan senyum manisnya.

"Udah ah, sana pulang," usir Nabila jadi salah tingkah.

Setelah mengantar Paul ke depan, Nabila segera menuju kamarnya dan Salma. Gadis itu penasaran dengan keadaan kakak sepupunya itu. Namun, rasa penasaran Nabila sepertinya harus ia tahan sampai besok. Karena Salma terlihat sudah tertidur.

***

Hari ini Salma memilih untuk tidak sarapan di rumah. Dari tadi malam belum ada obrolan antara dirinya dan Nabila. Bahkan tadi pagi Nabila sudah lebih dulu pergi karena mendadak Maba jurusannya diminta untuk berkumpul di kampus.

"Oy, loyo banget kayaknya," ujar Novia menepuk punggung Salma. Salma hanya membalas dengan senyuman terpaksa.

"PMS Sal?" Salma menggeleng kemudian menempelkan wajahnya ke atas meja.

"Kenapa sih? Alamat Kania nggak ketemu?"

"Udah ketemu," jawab Salma dengan nada lemas.

"Harusnya semangat kalo udah ketemu. Btw, Rony kok nggak masuk hari ini?" Salma menegakkan kepalanya mendengar pertanyaan Novia.

"Tau darimana?" tanya Salma.

"Tadi kepala divisi dia nyariin, katanya Rony nggak masuk. Nggak keliatan juga kan tu anak dari tadi."

"Oh," balas Salma seolah bersikap biasa saja. Padahal ada sesuatu yang menggangu pikirannya mengenai Rony yang tidak masuk hari ini.

"Eh gue denger adek lo punya toko kue ya, Sal?" tanya Novia tiba-tiba mengganti topik obrolan.

"Iya, kenapa?"

"Mau dong gue coba beli, sekali-kali ajakin gue ke sana kek."

"Iya boleh, mau kapan?"

"Weekend aja deh, sekalian nongki. Kita udah temenan lumayan lama ya, tapi nggak pernah nongki di luar. Ketemunya di kantor doang."

"Iya Nop iya. Nanti gua yang traktir dah, sekaligus sebagai ucapan terimakasih karena lu udah bantu gua selama ini."

"Wedeh, asik nih ditraktir. Ajak Rony juga dong biar gue dapat double traktirannya. Kan gue juga bantu dia, hehehe."

"Eum, liat besok aja deh," balas Salma belum bisa menyetujui permintaan Novia.

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang