"Bersabarlah kamu akan menemukan bahagia itu kembali meski dengan cara yang tak terduga"
***
"Nop, boleh minta tolong cek ini nggak. Takutnya masih ada yang kelewat sama gua."
Kini Salma sudah kembali ke dalam rutinitasnya sebagai budak korporat. Berkutat dengan berbagai berkas dan laporan yang selalu dikejar deadline.
Segera Novia mengambil beberapa kertas putih itu dari tangan Salma. Kemudian membalik setiap kertas dan membaca pekerjaan Salma dengan seksama dan teliti.
"Cukup Sal, udah bisa diserahin ini," ujar Novia mengembalikan berkas itu ke tangan Salma.
"Thanks Nop."
"Sal," panggil Novia mengalihkan perhatian Salma kembali tertuju padanya.
"Iya?" jawab Salma dengan sebelah alis terangkat.
"Gimana? Udah nemu sesuatu?" tanya Novia berbisik pada telinga gadis itu.
"Nanti aja gua ceritain pas istirahat," balas Salma berbisik mengerti arah pembicaraan Novia.
***
Setelah cukup lama berkutat dengan pekerjaan masing-masing, kini Salma dan Novia bisa menikmati sedikit ketenangan di jam istirahat. Seperti biasanya mereka memilih untuk bersantai di cafe dekat kantor, dibandingkan kantin yang tentu saja akan ramai oleh para karyawan.
"Sal, ada Rony itu," bisik Novia melihat sosok laki-laki gagah itu memasuki cafe. Salma menoleh kebelakang memastikan ucapan Novia.
"Iya, gua yang kasih tau kita di sini, katanya mau sekalian ketemu lu," balas Salma melihat Rony yang masih celingak-celinguk seperti mencari sesuatu. Hingga Rony tersenyum saat keduanya beradu pandang.
"Oh, pantes dia ke arah sini."
"Sal," benar saja ucapan Novia. Kini laki-laki itu sudah berada di samping Salma dan menyapa dirinya.
"Boleh ikut gabung?" tanya Rony menatap Salma dan Novia bergantian.
"Oh boleh, Ron. Kenalin ini Novia yang udah bantuin kita."
"Novia," "Rony," ujar keduanya berkenalan tidak lupa sesi berjabat tangan.
"Jadi gimana kemaren? Ada info yang kalian dapat?"
"Lu kenal sama Kania Dimitri?" bukannya menjawab pertanyaan Novia, Salma justru balik bertanya.
"Kenal sih nggak ya Sal, tapi gua tau dia. Karyawan terbaik perusahaan juga dulu."
"Dia salah satu penanggung jawab proyek sama kayak abangnya Rony."
"Serius? Kok gua bisa ketinggalan info yang ini ya."
"Iya, nama dia tertulis jelas di kontrak proyek."
Rony belum mau membuka suara. Ia hanya menyimak perbincangan dua wanita di depannya.
"Tapi dia udah nggak di perusahaan ini lagi, Sal."
"Iya, gua udah tau Nop."
"Dia juga tiba-tiba keluar dari perusahan beberapa hari setelah pak Raka menghilang." Jelas Novia menyebut nama abang Rony.
"Kemungkinan besar dia juga tau sesuatu kan?" tanya Rony.
"Harusnya iya, kalau kejadiannya saling berhubungan gini."
"Hari ini kita mau datengin alamatnya, Nop."
"Bagus itu, Sal. Gua yakin mereka masih tinggal di alamat itu. Karena Kania bukan menghilang kayak Pak Raka, dia jelas ada surat pengunduran diri untuk keluar dari perusahan."
Ucapan Novia memberikan secercah harapan untuk Salma dan Rony bisa menemukan perempuan bernama Kania itu. Salah satu kunci mereka untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya.
"Sal, ku tengok-tengok si Rony ganteng juga," bisik Novia dengan logat Batak miliknya.
"Husstt, nanti orangnya dengar," tegur Salma tidak ingin Rony mendengar mereka sedang membicarakan dirinya.
"Kenapa?" tanya Rony memperhatikan kedua gadis itu, merasa ada yang tidak beres.
"Gapapa kok Ron," jawab keduanya tersenyum canggung.
***
"Mau langsung bareng gua aja, Sal?"
Kini mereka sudah berada di depan kantor dan akan menuju ke parkiran masing-masing. Parkiran mobil dan motor berada di tempat berbeda.
"Nggak usah, Ron. Gua mau ke Nabila dulu bentar sekalian drop motor."
"Yaudah kalau gitu gua ikutin lu dari belakang."
"Lu nggak mau ke Nai dulu?" tanya Salma.
"Nggak, tadi pagi gua udah bilang sama Nai pulang telat. Tadi juga udah dijemput bibik ke sekolah." Salma hanya mengangguk paham mendengar jawaban Rony. Ia tenang gadis kecil itu aman.
Seperti yang dikatakan Rony, laki-laki itu mengikuti sekaligus mengawasi Salma dari belakang. Gadis mandiri dengan segala kesederhanaannya itu tidak lepas dari pandangan Rony.
"Assalamualaikum," ucap Salma saat memasuki toko kue milik Nabila diikuti Rony yang berada di belakangnya.
"Waalaikumsalam, eh kak Salma sama kak Rony juga." Nabila tersenyum menyapa keduanya.
"Iya, kita mau pergi Nab. Maaf ya gua nggak bisa bantu tutup toko, sekalian juga mau titip motor."
"Gapapa kak, bentar lagi Paul juga ke sini. Jadi aman, nanti minta tolong dia aja buat anter motor kakak ke rumah."
"Nabila nggak bisa bawa motor?" tanya Rony penasaran.
"Bisa kak, cuma nggak dibolehin sama kak Salma bawa sendiri."
"Dia dulu pernah jatoh dari motor, Ron. Gua nggak mau keulang lagi, selagi bisa sama gua jangan sendiri deh."
Rony tersenyum menatap gadis di depannya itu. Kehangatan dan ketulusan kasih sayang Salma pada Nabila dapat dirasakan Rony. Gadis ini membuat Rony takjub dengan cinta kasih yang ia punya untuk orang sekitarnya.
"Yaudah, kalau gitu gua pamit dulu ya, Nab."
"Iya kak, hati-hati ya."
"Izin bawa kakak lu ya, Nab." Nabila tertawa mendengar ucapan Rony.
"Boleh kak, jagain kakak aku yang cantik ini ya." Goda Nabila tersenyum penuh arti pada keduanya.
"Dih, apaan sih jijik ah."
"Hati-hati kak, kak Salma kadang bisa galak kayak Herder." Bisik Nabila sebelum keduanya melangkah pergi, membuat Rony tersenyum menahan tawanya.
"Tenang Nab, nanti diusahain supaya jinak," balas Rony mengangkat jempolnya.
"Apa yang jinak?" tanya Salma penasaran.
"Kepo lu," kata Rony membuat Salma merengut kesal.
"Nyebelin lu," balas Salma berlalu pergi meninggalkan Rony membuat Nabila dan Rony tertawa melihat tingkahnya.
Salma yang tanpa ia sadari mampu membuat senyum dan tawa Rony terbit kembali. Laki-laki yang sudah lama kehilangan hal itu, terperangkap dalam rasa kehampaan. Namun kini ia seperti baru saja kembali merasakan kehangatan dalam hatinya yang selama ini seperti membeku.
***
Haiii jumpa lagiii🥰🥳
Sayang anak-anak ikan 🐟❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...