Garis 22: Kecewa

4.5K 286 15
                                    

"Biarkan aku menikmati rasa kecewa ini hingga aku kembali sadar masih membutuhkan mu"

***

"Maaf cari siapa ya?"

Kini Salma dan Rony sudah berada di sebuah rumah yang diduga adalah milik Kania dan keluarganya. Namun, yang menyambut mereka kali ini bukan seorang perempuan, melainkan seorang laki-laki berambut ikal dengan kulit hitam manis.

"Apa benar ini rumah Kania?" Kali ini Rony yang memilih membuka suara dan membawa Salma untuk berdiri di belakangnya.

"Kalian siapa?"

"Jadi benar ini rumah Kania? Bisa kami bertemu dengan dia?"

"Bicara di dalam saja," ujar laki-laki itu membawa mereka untuk duduk di ruang tamu.

"Kenalin gua Rony dan ini Salma," ujar Rony sopan.

"Gua Diman adiknya Kania. Ada urusan apa lu berdua sama Kania?"

Salma dan Rony menceritakan maksud dan tujuan mereka datang mencari Kania. Tidak lupa mereka juga menjelaskan mengenai kasus proyek, laki-laki bernama Diman itu sama sekali tidak terlihat kaget. Sepertinya dia sudah mengetahui tentang masalah dua tahun lalu itu.

"Kania udah nggak tinggal sama kita dari dua tahun lalu," ujar Diman setelah mendengar penjelasan Salma dan Rony.

"Gua nggak tau sekarang dia kemana, karena udah hampir 4 bulan dia udah nggak pernah kabari kami lagi."

"Apa Kania nggak bilang dia tinggal dimana?" Diman menggeleng.

"Dia cuma pamit untuk kerja di luar kota, dan selama itupun masih rutin ngirim uang untuk nyokap. Tapi seperti yang gua bilang, dia hilang kabar hampir 4 bulan ini."

"Maaf sebelumnya, apa lu tau sesuatu tentang Kania dan perusahaan itu?"

"Gua nggak tau banyak, tapi yang pasti Kania nggak ada hubungannya sama sabotase yang dilakuin perusahaan."

"Kenapa lu bisa seyakin itu?" tanya Salma.

"Karena gua dengar sendiri Kania nolak buat lakuin itu, tapi dia dipaksa."

"Jadi benar perusahaan ngelakuin sabotase," geram Salma.

"Iya benar, maaf karena kakak gua secara nggak langsung terlibat dan bikin usaha bokap lu hancur." Salma dapat melihat penyesalan dari laki-laki itu meskipun bukan dia yang melakukan kesalahan, tapi dia bertanggung jawab atas perbuatan kakaknya.

"Tapi sayang, gua nggak punya bukti yang bisa bantu," lanjut Diman.

"Apa lu juga tau tentang Rakarsa Willian partner kerja Kania?" Diman mematung saat mendengar ucapan Rony.

"Rakarsa Wilian?" tanya Diman memastikan. Rony mengangguk sebagai jawaban.

"Lo siapanya?" tanya Diman terlihat tidak nyaman seperti ada yang menggangu dirinya.

"Gua adiknya," jawab Rony membuat Diman semakin terkejut.

"Apa lu tau sesuatu? Karena dia juga menghilang."

Diman tidak menjawab, laki-laki itu mengusap wajahnya gusar. Dalam kegelisahan ia seperti sedang menimang-nimang sesuatu. Namun jawaban belum juga keluar dari mulutnya.

"Gua nggak tau," jawab Diman tegas namun menundukkan wajahnya.

Salma dan Rony saling pandang seolah mereka sedang bicara melalui tatapan masing-masing. Merasa sudah cukup mendapat jawaban dari Diman mereka berpikir untuk pulang saja.

"Terimakasih Diman, udah mau ngasih info ke kita. Kalau kita butuh, boleh kan kita hubungin Lu lagi?" Diman mengangguk tapi belum mau menatap mereka.

"Thanks Dim, kalau Kania hubungin Lu kasih tau kita bro. Siapa tau dia tau tentang abang gua," sambung Rony menepuk pundak Diman.

"Kalau gitu kita pamit."

"Tunggu!" Seru Diman membuat langkah Salma dan Rony terhenti.

"Gue tau sesuatu tentang abang lo," ujar Diman membuat Salma dan Rony membalikkan badannya menatap ke arah Diman.

"Lu nggak lagi bercanda kan?" tanya Rony.

"Nggak, gue beneran tau."

"Apa yang lu tau? Cepat kasih tau gua."

"Abang lu brengsek," kata Diman membuat Rony tersulut emosi.

"Apa-apaan lu tiba-tiba ngomong hal buruk tentang abang gua, hah!?" Rony sudah tidak bisa menahan diri.

"Karena itu faktanya, abang lu brengsek!" teriak Diman dengan api amarah yang terpancar jelas.

"Lu yang bangsat!" teriak Rony menarik kerah baju milik Diman.

"Ron, sabar Ron." Salma menarik tangan Rony, berusaha menenangkan laki-laki itu.

"Nggak enak sama ibunya Diman. Lu juga harus tenang supaya dapat penjelasan dari Diman." Rony segera melepaskan cengkraman miliknya dengan kasar. Jika bukan karena Salma, ia sudah memberikan bogeman mentah untuk Diman.

"Kita bisa bicarain ini baik-baik," ujar Salma berusaha menjadi penengah dan meredamkan api amarah keduanya.

"Sorry gue udah lancang," ucap Diman mulai tenang.

"Gue harus ngomong jujur, meskipun ini menyakitkan buat lu dan gue." Rony tidak mengerti dengan arah pembicaraan Diman.

"Nggak usah basa-basi, lu tau apa tentang abang gua?"

"Abang lu bukan menghilang, tapi kabur."

"Maksud lu apa?"

"Abang lu kabur sama Kania, kakak gua." Rony menegakkan tubuhnya kaget mendengar ucapan Diman, begitupun dengan Salma.

"Becanda lu nggak lucu," sarkas Rony.

"Terserah lu mau percaya atau nggak. Tapi yang menghasut Kania untuk ikut andil melakukan sabotase itu ya Raka. Dan bodohnya Kania mau ikutin itu karena diperbudak cinta."

"Diperbudak cinta?"

"Lu pasti paham maksud gua, Raka selingkuh sama Kania. Dia bawa kabur Kania," jelas Diman membuat Rony semakin pusing.

Rony hanya diam dengan tangan yang dikepal erat. Ia mencoba mencerna setiap penjelasan dan kenyataan yang baru saja ia dapatkan. Apakah ia harus menerima ini semua atau justru memilih tidak percaya.

"Berarti selama ini lu tau dimana Kania dan Raka?"

"Gue dari awal udah bilang nggak tau dimana Kania, dia cuma ngirim uang tanpa ada komunikasi yang baik."

"Apa yang bikin gua harus percaya sama ucapan lu."

"Gue punya buktinya," ujar Diman.

Diman mengeluarkan semua foto kebersamaan Raka dan Kania. Terlihat jelas dalam setiap potret yang terbingkai mereka bukanlah dua orang yang berhubungan sebagai rekan kerja, melainkan sebagai sepasang kekasih.

Rony melempar foto-foto itu ke atas meja kembali. Ia masih berusaha menahan untuk tidak meluapkan segalanya saat itu juga. Jika ia bisa mengamuk maka Rony akan melakukannya, tapi laki-laki itu masih berusaha tenang.

"Kita pulang, Sal," ujar Rony menarik tangan Salma untuk segera keluar dari rumah itu.

"Lepasin, Ron. Gua pulang sendiri." Salma pergi meninggalkan Rony, sementara Rony hanya diam tidak mengejar Salma sama sekali. Rony tau gadis itu juga sedang kecewa.

***

Big hug Rony 🥺 semua akan baik-baik aja karena masalah ada masanya dan akan berlalu dengan penyelesaian.

Love anak-anak ikan, jangan lupa vote, komen dan share. Azeek udah kek platform sebelah aja nih❤️

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang