Rony mengusap pipi Nai dengan sayang. Membangunkan gadis kecil itu dengan lembut."Nai, ayo bangun." Nai menggeliat, kemudian mengusap matanya yang masih mengantuk.
"Bangun dong princess," ujar Rony membuat Nai membuka matanya. Menyadari kehadiran Rony, Nai segera memeluknya. Rony membiarkan Nai memeluk dirinya untuk beberapa saat.
"Maafin uncle ya sayang."
"No! bukan uncle yang salah, tapi papa."
"Nai-"
"Nai udah tau, papa bikin salah kan uncle. Kakek sama nenek minta Nai pergi karena papa kan. Kemaren uncle bertengkar dengan nenek juga karena papa kan."
"Sayang, dengar uncle dulu."
"Papa nakal, Nai nggak suka. Papa ninggalin Nai kan uncle, papa bukan pergi kerja kan uncle. Uncle nggak usah ambil surat papa lagi, Nai nggak mau."
"Sayang, kamu nggak boleh benci papa."
"Pokoknya Nai nggak mau papa lagi, Nai udah ada uncle."
"Oke-oke, marahnya di pending dulu ya. Kasian onty Sal udah tunggu kita di bawah."
"Onty Sal masih di sini?"
"Iya, dia masak nasi goreng buat kita."
"YEAY! Makan nasi goreng buatan onty Sal!"
"Ayo sikat gigi sama uncle dulu."
***
"Selamat pagi anak cantik," sapa Salma pada Nai yang baru saja turun dari tangga bersama Rony."Pagi onty cantik," balas Nai mengambil tempat duduk dengan semangat.
"Nai udah kangen makan nasi goreng buatan onty."
"Ini serius apa bohong?"
"Serius dong onty. Bohong itu dosa, nggak boleh."
Rony hanya bisa tersenyum setiap kali melihat interaksi malaikat kecilnya bersama Salma. Gadis itu selalu bisa mengambil hati Nai, dan mungkin juga hati Rony sendiri.
"Kalau gitu, makannya harus yang banyak ya."
"Siap onty!"
Melihat Nai bisa kembali ke dalam mode bawel dan ceria seperti ini membuat Salma senang. Setelah kejadian hari kemaren, semoga bahagia itu selalu bersama Nai dan pastinya Rony.
"Nggak ngantor, Ron?"
"Nggak, udah izin untuk tiga hari ke depan."
"Gapapa, istirahat dulu. Supaya badan dan pikiran lu bisa lebih baik."
"Gua mau cepat cari bukti tentang kasus sabotase, setelah itu resign."
Salma memainkan jarinya, menimang-nimang apa yang ingin ia katakan.
"Eum, Ron."
"Iya."
"Lu nggak perlu nunggu sampai ketemu bukti. Kalau emang udah nggak nyaman keluar aja, Ron."
Rony menggeleng. "Nggak, gua udah janji buat bantu lu, Sal."
"Onty, uncle," panggil Nai dengan nada lemas.
"Iya sayang?"
"Bisa nggak ngobrol orang dewasanya nanti aja, Nai nggak ngerti," jawab gadis kecil itu ngambek karena tidak bisa ikut nimbrung dalam obrolan.
Salma dan Rony hanya bisa tertawa melihat tingkah Nai.
"Aduh, maaf ya cantik."
"Ngobrol sama Nai dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...