~Perjalanan itu harus tetap berlanjut~
***
"Nai! Onty di sini!"
Teriak Salma pada gadis cantik yang baru saja keluar dari gerbang sekolah. Gadis berusia sepuluh tahun itu segera menghampiri Salma yang berada di dalam mobil.
"Maaf nggak bisa jemput ke dalam, macet parah Nai," ujar Salma mulai melajukan mobilnya.
"Iya gapapa onty," balas Nai dengan senyum tulus.
"Gimana sekolahnya aman?"
"Sekolahan aman kok onty, udah ada satpam yang jaga." Salma memicingkan matanya mendengar jawaban Nai.
"Maksud onty kamu gimana di sekolah, berjalan lancar kan? Ada sesuatu yang terjadi hari ini?"
"Hahaha, aman kok onty. Sekolah selalu seru, bisa main sama temen-temen."
"Kalau ada sesuatu yang Nai nggak suka atau ada yang bikin Nai terganggu cerita ke onty ya."
"Siap onty," balas Nai mengangkat tangannya hormat.
"Eum, onty kalau ada yang bikin onty sedih cerita ke Nai juga ya onty," ujar gadis kecil itu ragu.
"Oke tuan putri."
Semenjak kepergian Rony, Nai menjadi salah satu alasan Salma untuk tetap tinggal di kota ini. Tangisan gadis kecil itu masih melekat dalam ingatan Salma saat ia meminta Salma untuk tetap tinggal.
Hingga akhirnya kedua orangtua Salma juga memutuskan untuk kembali tinggal di Jakarta. Nai adalah salah satu kenangan terindah Salma bersama Rony. Gadis kecil yang ikut andil dalam pertemuan mereka.
Untuk itu Salma tidak ingin meninggalkan Nai. Bersama Nai membuat Salma merasakan kehadiran Rony. Gadis kecil itu pun masih sama seperti dulu, bahkan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Salma dibandingkan mamanya.
Seperti saat ini, tugas menjemput Nai sudah menjadi rutinitas Salma. Setelah menjemput Nai maka mereka akan bertemu Rony terlebih dahulu.
"Hari ini bawa apa untuk uncle?" tanya Salma sudah berada di makam Rony.
"Bawa gelang buatan Nai," jawab gadis itu penuh semangat.
"Liat Ron, Nai bikinin gelang buat kamu," ujar Salma seolah Rony dapat mendengarnya.
"Buat aku kayaknya nggak ada deh."
"Hehehe, maaf ya onty. Tadi mau Nai bikinin, cuma talinya nggak cukup." Salma memasang wajah cemberut, membuat Nai jadi khawatir Salma akan marah.
"Gapapa," ujar Salma kemudian tersenyum.
"Besok Nai bawain, janji."
"Iya Nai onty tau kamu selalu ingat onty." Nai tersenyum mendengar ucapan Salma.
"Oh iya, Nai mau cerita sama uncle dulu."
"Boleh dong, mau cerita apa sih?" tanya Salma mencubit hidung Nai gemas.
"Uncle tau kan sama Alvin ketua kelas Nai di sekolah yang sebelumnya pernah Nai ceritain. Nah tadi dia kasih Nai bunga, uncle."
"Kenapa dikasih bunga?" tanya Salma.
"Katanya Nai cantik makanya dikasih bunga."
"Wah Ron, Nai udah bisa pacar-pacaran ini," ujar Salma dengan nada mengompori.
"Ih, nggak ya uncle."
"Onty jangan gitu," rengek Nai dengan nada manja.
"Nai masih kecil onty nggak mungkin pacar-pacaran. Lagian itu dia yang kasih, dan Nai juga nggak anggap dia pacar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...