Garis 12: Naik Motor

4.3K 245 10
                                    

"Tidak semua perhatian harus diungkapkan dengan kalimat yang jelas"

***

Di ruangan penuh ke hectic kan ini lah Salma berada. Orang-orang yang tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Begitupun dengan dirinya yang harus segera menyelesaikan bagiannya.

Salma tidak boleh membuang-buang waktu agar ia bisa pulang lebih awal. Karena besok weekend maka ia berencana melancarkan aksinya malam ini. Nabila dan Paul juga sudah mengkonfirmasi bahwa mereka bisa membantu.

"Yes, finish!" Seru Salma merentangkan tangannya melakukan peregangan.

"Cepet banget lu Sal."

"Salma gitu loh, ini gua udah boleh pulang kan Nop?"

"Ya boleh dong, kan pekerjaan lu udah selesai," balas Novia mengedipkan matanya. Salma yang mengerti maksud Novia memberikan jempol pada gadis berdarah Batak itu.

"Duluan ya guys," pamit Salma pada teman-teman satu ruangannya.

Salma segera menunu parkiran. Gadis itu mencari keberadaan mobil hitam milik Rony. Tadi pagi, Rony memintanya untuk pulang bersama agar Salma bisa mampir sebentar menemui Nai.

"Sorry gua lama," Rony datang dan langsung membukakan pintu untuk Salma.

"Gua udah keluar kantor daritadi. Tapi, ada sedikit keperluan di luar."

Rony berusaha memberikan klarifikasi meski Salma tidak bertanya sama sekali. Padahal Salma juga baru saja keluar dan tidak menunggu lama.

"Masih marah sama gua Sal?"

"Nggak," jawab Salma singkat.

"Bagus deh."

Lima belas menit dalam perjalanan, akhirnya mobil hitam milik Rony memasuki pekarangan rumahnya. Gadis kecil dengan rambut dikuncir serta jepit bulan sabit yang menghiasi rambutnya menyambut kedatangan mereka.

"Ontyy Sal!" teriak Nai berlari memeluk tubuh Salma.

"Aduh, kangen banget sama anak ini." Salma membawa Nai ke dalam gendongannya meski sedikit merasa keberatan oleh tubuh anak berusia 4 tahun itu.

"Lupain lupain," ujar Rony berlalu meninggalkan mereka berdua.

Nai dan Salma tertawa melihat tingkah Rony. Laki-laki itu kalau ngambek ternyata menggemaskan.

"Nai sih nggak nyapa Uncle."

"Biarin, uncle nggak bisa lama-lama marah sama Nai." Keduanya tertawa kemudian menyusul Rony masuk ke dalam rumah.

"Uncle kamu dimana ya?"

"Kayaknya lagi mandi di kamarnya onty."

"Ooh, yaudah kita tunggu di sini aja."

"Oh iya, onty punya sesuatu buat kamu."

"Waah, mau liat onty mau liat."

"Tutup dulu dong matanya." Dengan segera Nai menutup matanya menggunakan tangan. Sementara Salma mengeluarkan kue unicorn yang sedari tadi ia simpan dalam kresek hitam miliknya.

"Sekarang udah boleh buka matanya," ujar Salma diikuti oleh Nai yang sudah membuka matanya.

"Yeeay! Kue unicorn kesukaan Nai. Makasih ya onty baik banget sering kasih Nai kue ini."

"Sama-sama sayang," balas Salma memeluk Nai. "Maafin onty ya Nai," lanjut Salma dalam hatinya.

"Heboh banget sih ibuk-ibuk ini." Rony turun dari tangga membuat Salma dan Nai reflek menengok ke arah Rony.

Salma terdiam sejenak melihat Rony dengan setelan basic miliknya. Laki-laki itu hanya menggunakan kaos hitam polos berlengan pendek yang dipadukan dengan slim fit jeans dengan warna senada. Style sederhana namun membuat aura ketampanan Rony bertambah.

Salma menggeleng berusaha sadar dari pikiran dan imajinasi yang menyelimutinya.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Rony pada Salma yang masih berusaha menetralkan pikiran dan jantungnya.

"Boleh."

"Kok uncle bawa pergi onty sih."

"Ontynya ada urusan sayang, kan udah lumayan lama main sama kamu."

"Besok onty ke sini lagi kok," sambung Salma membantu Rony.

"Kalau besok Nai mau main di taman sama Onty boleh?" Salma berpikir sejenak, tidak ada salahnya juga ia menemani anak ini besok. Toh, besok juga tidak ada kerjaan dan weekend.

"Boleh dong," jawab Salma mencubit hidung Nai gemas.

***

"Loh, kita nggak naik mobil Ron?" tanya Salma melihat Rony justru membawa motor miliknya.

"Kalau mobil terlalu jelas nanti," balas Rony. Benar juga apa yang dikatakan laki-laki itu.

"Kalau lu keberatan gua bisa ganti ke mobil lagi."

"Eh, nggak usah. Gua lebih suka naik motor malahan." Rony tersenyum mendengar jawaban Salma.

"Yaudah ayo naik." Salma segera mengambil helm yang diberikan Rony dan memakainya sendiri.

"Nih pake," kata Rony mengulurkan jaket yang sedari tadi ia pegang pada Salma yang sudah duduk di jok belakang.

"Buat gua?"

"Buat mbak yang dibelakang lu." Dengan bodohnya Salma malah menengok ke belakang kemudian bergedik ngeri.

"Dih apaan sih Ron, becandanya creepy banget."

"Ya lagian lu pake nanya."

"Siapa tau lu cuma minta pegangin, Ron."

"Lu selain aneh, budeg juga ya ternyata."

"Dih, mulutnya."

"Udah pake jaketnya, gua nggak mau disuruh tanggung jawab kalo lu sakit."

"Iya-iya, bawel lu."

***

"Ayo Nab, Rony sama Salma udah jalan katanya."

"Iya bentar," teriak Nabila dari dalam. Gadis itu tampak bergegas dengan raket nyamuk listrik di tangannya.

"Nab, itu buat apa?"

"Kalau kita ketahuan bisa setrum satpamnya pake ini."

"Astaga Nabila. Nggak usah bawa itu ya, kita nggak bakal ketahuan."

Nabila tampak berpikir sejenak, menimang-nimang ucapan Paul.

"Iya deh, aku taro ke dalam dulu ya."

Tidak butuh waktu lama, Nabila kembali menuju motor Paul. Laki-laki berparas bule itu dengan sigap mengulurkan tangannya, agar Nabila lebih mudah saat naik ke atas motor miliknya. Tidak lupa Paul memasangkan tali helm milik Nabila terlebih dahulu.

"Sudah siap untuk beraksi?"

"Siaap!" seru Nabila diikuti dengan suara motor Paul yang melaju.

***

Haii, terimakasih untuk yang masih mengikuti Rony dan Salma dalam cerita ini. Terimakasih juga untuk yang udah vote dan komen sebagai tanda cinta ❤️ aku gapapa di rudal asal jangan di bom aja wkwkkw becanda gess

Salam sayang dari author si anak ikan untuk anak-anak ikan seluruh Salmocean ❤️❤️❤️

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang