Takdir 9: Berisik, Kayak Ibuk-ibuk

5.2K 276 2
                                    

"Atensiku kini tertuju pada mu"

***

"Seriusan si Rony itu?" tanya Novia setelah mendengar penjelasan Salma.

Saat ini mereka sedang berada di salah satu cafe yang berada tidak jauh dari kantor. Mereka memilih menghabiskan waktu istirahat di sana daripada di kantin. Cafe ini lebih aman untuk mereka berbincang.

"Iya, ternyata dia juga denger obrolan kita kemaren," balas Salma mengingat obrolannya dengan Rony.

"Tapi bagus juga sih, jadi lu punya sekutu yang bisa bantu."

"Lu nggak mau bantu gua lagi, Nop?"

"Ya tetap mau lah Sal. Selagi ada yang bisa gua lakuin dan kasih buat lu."

"Jadi apa rencana kalian?" lanjut Novia.

"Belum ada. Ngobrol sama dia juga baru kemaren," jawab Salma.

"Harus diobrolin dong Sal, biar kalian juga bisa gerak."

"Iya, nanti deh gua hubungin dia lagi," balas Salma.

"Langsung bilang aja mau ada yang diobrolin, kan satu kantor." Benar juga kata Novia, mereka sekarang satu kantor jadi kalau mau janjian untuk ketemu bisa langsung.

Sebelum jam istirahat habis mereka segera kembali ke kantor. Saat mereka akan menaiki lift ternyata Rony juga di sana tampak sedang berdiri menunggu pintu lift terbuka.

"Itu si Rony,", bisik Novia.

"Udah, nanti aja," balas Salma masuk setelah pria berahang tegas itu masuk terlebih dahulu.

Mereka sama sekali tidak saling sapa. Mereka benar-benar seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Novia hanya memperhatikan keduanya.

Rony tampak fokus ke depan, hingga ia menyadari sesuatu. Laki-laki di sampingnya yang sedang berdiri di belakang Salma tampak mencurigakan. Benar saja, laki-laki itu berencana melakukan pelecehan kepada Salma. Ia memandang tubuh bagian belakang Salma dengan tidak biasa.

Tanpa berpikir panjang, Rony dengan segera mengambil posisi di belakang Salma, hingga menutupi tubuh gadis itu. Hal tersebut menepis jarak diantara keduanya.

"Aw," ringis Rony akibat kepala Salma membentur dagu miliknya.

"Eh sorry gua nggak sengaja," ujar Salma yang tidak tahu ada Rony di belakangnya. Namun, Rony sama sekali tidak menggubris permintaan maaf Salma. Dia memilih keluar terlebih dahulu saat pintu lift terbuka dan tidak lupa menyeret tangan Salma.

"Apaan sih Ron?" protes Salma melepas genggaman tangan Rony.

"Lain kali hati-hati," ujar Rony kemudian pergi meninggalkan Salma.

"Kenapa sih, Sal?" tanya Novia yang datang menyusul Salma.

"Tau tuh, orang nyebelin nggak jelas banget. Ayo, mending balik ke ruangan."

***

"Sal, gua duluan ya. Maaf banget nggak bisa anter lu pulang." Novia dengan mobil merah miliknya berhenti di depan Salma.

"Udah gapapa, hati-hati ya pulangnya."

Hari ini Salma tidak membawa motor miliknya. Entah ada masalah apa tadi pagi motor legend nya itu tiba-tiba tidak bisa menyala. Mungkin karena faktor usia atau memang sudah waktunya untuk diganti.

Tiin! Bunyi klakson mengehentikan langkah Salma. Salma yang sedang memesan taksi online jadi mengabaikan ponselnya. Fokus Salma beralih pada mobil hitam yang kini berhenti di depannya.

"Naik Sal." Sudah Salma duga jika orang didalam mobil itu adalah Rony.

"Dih, ngapain?" tanya Salma sensi.

Sebenarnya ia ingin langsung naik ke dalam mobil Rony, karena ia juga ingin mengajak Rony bertemu untuk berbicara. Tapi, entah kenapa Salma menjadi gengsi seperti ini.

"Gua anter pulang," balas Rony membuka pintu depan untuk Salma.

"Nggak mau, ntar lu minta uang ganti bensin lagi." Rony tertawa mendengar ucapan Salma.

"Gua nggak semiskin itu, Sal." Rony mendorong tubuh Salma untuk masuk ke dalam mobil.

"Ini namanya pemaksaan, nggak bisa nih gua diculik kek gini."

"Udah diem, masih untung ada yang mau anter pulang," balas Rony.

"Gua juga bisa naik ojol kali," bantah Salma melipat kedua tangan di dada.

"Sekalian nanti ada yang mau gua omongin."

"Sekalian nanti ada yang mau gua omongin," ulang Salma dengan nada mengejek.

"Ron, bawa mobilnya bisa pelan dikit nggak sih," tegur Salma agar laki-laki itu bisa lebih hati-hati melajukan mobil miliknya.

"Ron itu di depan ada abang gerobak mau nyebrang."

"Iya Salma, gua liat."

"Awas itu lampu merah."

"Iya iya Sal gua juga liat astaga."

"Awas itu kucingnya mau lewat."

"Ron, jangan terlalu dekat sama mobil yang di depan."

"Ron-"

"Berisik Sal, kayak ibuk-ibuk," ujar Rony memotong ucapan Salma.

"Daripada diem-diem kek kuburan."

"Oh, jadi lu mau ngobrol?" tanya Rony membuat Salma salah tingkah.

"Idih, mau ngobrol juga nggak ada topik."

"Gua bisa usaha nyari topik, Sal" balas Rony tersenyum jahil.

"Apaan senyum sus kek gitu. Gua nggak bakal kegocek, udah nggak mempan sama buaya."

"Gua cuma becanda."

"Siapa juga yang serius, malih. Belum siap gua." Rony tertawa mendengar lelucon Salma yang di luar ekspektasi.

Bisa-bisanya Salma membuat jokes tentang keseriusan yang sebenarnya arah pembicaraannya bukan ke sana.

"Apaan banget belum siap segala."

"Kok gua ngerasa lu sekarang lebih banyak ngomong ya, Ron," lanjut Salma tiba-tiba kepikiran hal ini.

"Orang biasa aja," jawab Rony yang masih fokus pada jalanan di depannya.

"Mungkin perasaan gua aja kali ya. Orang baru beberapa kali ketemu udah sok tau aja, dasar Salma."

Ucapan Salma membuat Rony tersenyum. Gadis itu mengomel pada dirinya sendiri yang justru terlihat lucu di mata Rony. Entah kenapa setiap tingkah Salma seperti mampu menarik atensi seorang Rony.

***

Note:
Terimakasih untuk yang sudah mampir ke cerita ini. ❤️🕊️

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang