"Gengsi, bilang!"
***
Kini mereka sudah sampai di lokasi tujuan. Tidak lama setelah Salma dan Rony sampai, Paul dan Nabila menyusul. Setelah memastikan diri mereka siap, mereka memilih untuk masuk dari arah belakang.
"Novia udah kasih tau ruangannya. Jadi lu tinggal ikutin gua Ron." Rony mengangguk sembari mengenakan masker miliknya.
"Kak Rony prepare banget ya, aku aja nggak kepikiran bawa masker."
"Lah iya, biar wajah kita nggak keliatan jelas kalau ada cctv."
"Untuk cctv udah diamanin Novia, Powl."
"Tapi tetap aja lebih baik pakai masker," ujar Rony mengeluarkan tiga masker yang sudah ia siapkan untuk mereka.
"Nih, buat kalian."
"Lu ngerti masker hijab, Ron?" tanya Salma memperhatikan masker yang baru saja diberikan Rony.
"Gua tanya mbaknya. Buruan pake."
"Maaf, hijab lu berantakan." Rony membenarkan kerudung Salma yang sedikit berantakan akibat masker yang dipakainya.
Rony dengan telaten merapikan kerudung hitam itu. Tubuh Salma menegang saat menerima perlakuan Rony. Salma berusaha menormalkan detak jantungnya yang mendadak tidak karuan. Reflek Salma tersenyum samar di balik masker miliknya.
"Nab, sini kerudung kamu aku rapihin.", Suara Paul menyadarkan Salma dan Rony yang tampak kikuk.
***
Rony dan Salma berjalan terlebih dahulu, sementara Paul dan Nabila mengikuti dari belakang.
"Kalian tunggu di sini aja," kata Salma tepat saat mereka berada di depan sebuah ruangan.
"Ron, kita masuk," lanjut Salma membuka pintu di depannya.
"Lu dapet kunci darimana?" tanya Roni ketika mereka berhasil masuk ke dalam ruangan minim cahaya itu.
Hanya ada cahaya dari lampu di luar. Sementara dalam ruangan ini tidak dihidupkan lampu sama sekali. Mereka hanya bermodalkan flash ponsel milik Salma.
"Novia yang kasih." Salma terus mencari loker yang dimaksud Novia.
"Sal jangan jauh-jauh," perintah Rony menarik tangan Salma.
"Lu takut Ron?" tanya Salma merasakan tangan dingin laki-laki itu. Rony menggeleng, sebagai jawaban.
"Udah ketemu belum?" Rony memperhatikan Salma yang sedang mengacak berkas-berkas di depannya.
"Bentar Ron, sabar dikit napa."
"Nah, ketemu!" seru Salma membuat Rony reflek menutup mulut gadis itu.
"Jangan teriak, satpamnya bisa denger." Salma hanya membalas dengan cengiran.
"Buruan keluar," Rony menggenggam tangan Salma dan menarik gadis itu untuk segera keluar.
"Nab, powl, buruan keluar," perintah Rony bergegas dengan menggenggam tangan Salma erat.
Sepanjang perjalanan Rony tidak melepaskan genggamannya pada tangan Salma. Belum sampai mereka di luar, tiba-tiba seluruh lampu dalam gedung itu mati.
Gerakan Rony jadi terhenti, membuat Salma menubruk tubuh tegap miliknya. Salma merasa tangan Rony semakin dingin. Apa yang terjadi pada Rony?
"Ron, lu gapapa?" tanya Salma berusaha meraba keberadaan Rony. Gedung ini benar-benar menjadi gelap.
"Sesak Sal," lirih Rony membuat Salma khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...