Garis 40: Salmanya Rony

5.1K 306 12
                                    


Sedari tadi Salma terlihat belum bisa tidur. Ia terus tersenyum sesekali menggigit ujung selimut dan terlihat ingin berteriak namun tertahan. Bayangan saat ia bersama Rony di rooftop masih berputar dalam pikirannya.

"Kak Salma, saltingnya masih lama? Aku mau tidur," kata Nabila kembali membuka mata. Pasalnya gadis itu tidak dapat tidur akibat ulah Salma yang tidak tenang di sampingnya.

Salma hanya menatap Nabila dan mengeluarkan cengiran khasnya.

"Nab, senangnya sampai akhir nggak ya?"

"Kak, ini baru awal jangan mikir macam-macam dulu. Kak Rony beda sama Darrel."

"Gua juga rasain itu Nab. Rony benar-benar bisa bikin gua berani untuk mulai lagi."

"Aku bisa liat itu kak. Cuma kak Rony yang bisa yakinin kak Salma tanpa banyak bicara."

"Kamu sendiri sama Paul gimana? Yang start duluan siapa eh yang finish duluan siapa."

"Ih, kenapa jadi aku."

"Itu bule lalu lalang ngegantungnya kelamaan."

"Siapa bilang ngegantung," bantah Nabila tidak terima.

"Eh, jangan bilang kalian udah lama?"

"Hehehe, tidur yuk kak," jawab Nabila segera membelakangi Salma dan memejamkan matanya.

Sebelum menyusul Nabila untuk tidur, Salma memilih mengecek ponsel miliknya terlebih dahulu. Sedari tadi benda pipih itu tidak ia hiraukan sama sekali. Ternyata benar, ada chat dari Rony.

Rolin

Sal, udah tidur?

Belum, kenapa?

Gapapa
biar kayak orang pacaran aja

Apaan sih Ronyyyy!

Gapapa Salmaaaa!

Udah ah, mau tidur

Good night
sayang❤️

Salma tidak dapat menahan pipinya yang memanas, hatinya yang menghangat hingga seulas senyum terukir dengan manis. Tiba-tiba tubuhnya menjadi panas dingin, padahal ia tidak demam. Kenapa Rony jadi berbahaya, bisa menimbulkan efek samping seperti ini bagi Salma.

***

"Nah gitu, kalo pacaran harus pake sayang," kata Paul mengajari Rony.

"Sok iye lu, kayak yang punya pacar aja," balas Rony menutup roomchatnya dan Salma.

"Punya dong."

"Jangan omong doang, bukti mana bukti."

"Udah, bukti itu urusan nanti. Urusan kita belum selesai ya, Ron."

"Apalagi Powl?"

"Lu belum cerita kenapa tiba-tiba yakin buat nembak sahabat gua."

"Ya biar jadi milik gua lah."

"Susah ngomong sama orang tua," ujar Paul mulai kesal.

"Karena gua mau dia jadi milik gua, nggak ada yang bisa ganggu dia lagi."

"Kemaren gua sempat ketemu Darrel."

"Kenapa tu manusia muncul terus sih!?"

"Mana gua tau."

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang