Garis 51: Terimakasih Telah Kuat

4.7K 295 11
                                    

"Kalau kita butuh dia buat jadi saksi dia mau nggak ya?" Salma terlihat gelisah.

Akhirnya Salma yang ditemani Rony berhasil menemui Abbas, pengacara perusahaan pak Rengga. Mereka berhasil mendapatkan rekaman cctv yang dimaksud Novia. Setelah mengecek isinya, benar saja di sana terlihat pak Rengga  yang sedang memberi arahan kepada beberapa orang di lokasi proyek.

Gerak-gerik mencurigakan terlihat jelas dari mereka. Ditambah rekaman itu terjadi persis beberapa saat sebelum kejadian yang menggagalkan proyek terjadi.

"Kalau kita minta baik-baik nggak akan mungkin mau. Dia mau kasih bukti ini karena dia nggak mau ditarik lagi ke dalam kasus ini, Sal."

"Tapi, kalau dia mau bersaksi pasti kita akan lebih kuat."

"Aku akan usahain ya. Kalau nggak bisa dengan cara baik aku akan coba cara lain."

"Jangan! Kalau kamu berpikir untuk pakai cara yang akan bahayain kamu, aku nggak setuju."

"Aku bisa jaga diri sayang."

"Janji ya, harus jaga diri."

"Iya gemes. Kamu jangan lupa bikin salinan cctv nya buat jaga-jaga."

"Siap tuan Rony."

"Mau ke pantai dulu nggak?"

"Kenapa tiba-tiba?"

"Mumpung masih sore dan keluarnya berdua kita jalan dulu," jawab Rony dengan senyum lebar menatap ke arah jalan.

"Tapi, Nai aman nggak ya sama Paul."

"Aman, nanti mama papa juga pulang. Nabila juga pasti bakal nyusul diajakin Paul."

"Yaudah, kita couple time dulu nih ceritanya."

"Hanya ada kita berdua ditemani deru ombak yang berisik namun menenangkan."

"Dih, jadi sok puitis lu."

"Heh mulut," tegur Rony memberikan tatapan sinis dari sudut matanya.

"Hehehe, bercandyah."

"Nggak lucu," balas Rony membuang muka.

"Ih, ngambek beneran. Nggak asik banget sih." Rony masih tetap diam menatap jalanan tidak menghiraukan Salma.

"Ronyyy," panggil Salma lembut menoel-noel lengan laki-laki di sampingnya itu.

"Pacar aku yang ganteng, ngambek itu nggak baik loh."

"Pake sayang," ujar Rony tak menatap Salma.

"Udah ah, terserah kalau mau ngambek terus gapapa. Kamu diam aku diam."

"Loh, kok jadi kamu yang marah sih."

"Tau," balas Salma singkat.

"Perempuan selalu benar," gumam Rony.

"Ya emang, kenapa? Kamu nggak terima?"

"Mana aku tau, aku kan masih ngambek. Kok tanya aku."

"Ih, nyebelin!"

"Ini-"

"Jangan ngomong, aku masih marah."

"Tapi-"

"Nggak mau denger suara kamu, mending cepat jalan."

"Tapi ini udah sampai pantainya Salma," kata Rony membuat Salma melihat ke sekelilingnya. Benar saja, mereka sudah berada di tempat tujuan.

"Kenapa nggak ngomong sih."

"Aku udah mau ngomong, tapi kamu yang potong."

"Tau ah, mending aku turun." Salma segera turun dari mobil menuju tepian pantai yang sudah terlihat.

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang