"Jangan lagi, aku khawatir"
***
"Onty!" teriak Nai menyadari kehadiran Salma.
Sementara Salma masih berdiri di depan sana menatap Rony lekat dengan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. Rony dapat melihat raut sedih di wajah cantik itu.
"Sal, kenapa?" tanya Rony yang justru khawatir melihat Salma. Sementara gadis itu sudah tidak dapat menahan bulir bening yang kini lolos membasahi pipinya.
"Onty jangan nangis, uncle udah gapapa," ucap Nai melakukan hal yang sama pada Salma seperti yang dilakukan Rony saat menenangkan dirinya.
"Awwh," ringis Rony saat Nai tidak sengaja menyenggol pergelangan tangannya. Hal itu membuat Salma segera beranjak mendekati Rony.
"Jangan banyak gerak dulu," ujar Salma memastikan perban di tangan Rony tidak mengeluarkan darah. Tidak lupa Salma mengusap air matanya.
"Nai, ayo sini sama onty. Kasian unclenya masih sakit." Nai menggeleng, untuk pertama kalinya gadis kecil itu menolak Salma karena masih ingin bersama Rony.
"Gapapa Sal. Biarin Nai di sini, gua aman."
Mendengar jawaban Rony, Salma memilih beranjak mengambil tempat di samping brangkar Rony. Gadis itu duduk di kursi yang tampaknya sengaja disediakan dalam setiap ruangan pasien.
Keterdiaman mengisi ruangan beraroma obat itu untuk sesaat. Salma menunduk dalam diam, sementara Rony terus memperhatikan Salma dengan Nai yang juga tidak banyak bicara.
"Nai, uncle boleh minta tolong?" tanya Rony memecah keheningan.
"Boleh Nai tunggu di luar dulu sama ompal?" Nai mengangguk kemudian segera turun dari kasur Rony dan berlari ke luar menyusul Paul. Rony tidak mau Nai mendengar pembicaraannya dengan Salma.
"Sal, gua minta maaf," ujar Rony akhirnya membuka suara.
Salma mengangkat wajahnya menatap Rony. Hatinya terasa sakit saat kembali melihat bibir pucat milik Rony. Laki-laki tegas yang selama ini ia kenal kini terbaring tidak berdaya dengan infus dan perban yang menghiasi kedua tangannya.
"Nggak Ron," balas Salma menggeleng dengan bulir bening yang kembali jatuh.
"Gua yang minta maaf karena udah ingkar janji."
Rony yang selalu meyakinkan Salma bahwa semua akan baik-baik saja. Sosok baru yang membuat Salma tenang dalam menghadapi masalah. Laki-laki yang berhasil membuat Salma merasa tidak akan sendirian dalam menyelesaikan hal sulit yang tengah ia hadapi.
Justru kini laki-laki itu harus menghadapi semuanya sendirian. Sementara Salma memilih pergi dengan keegoisan yang menguasai dirinya.
"Salma," panggil Rony tidak bisa melihat gadis itu menangis seperti ini.
"Lu nggak salah Ron, dan sebenarnya gue sama sekali nggak marah sama lu, Ron." Ingin sekali rasanya Rony meraih pipi Salma untuk menghapus air mata gadis itu.
"Gua cuma takut," sambung Salma kini menatap Rony dengan tatapan kesedihan.
"Takut nggak bisa selesein semua ini tanpa lu, Ron. Selama ini gua selalu yakin untuk bisa kelarin masalah ini karena ada lu. Dibalik ketakutan dan ketidakmungkinan gua untuk mengungkap kasus ini, disitu ada lu yang selalu ngeyakinin dan nguatin gua."
"Dan setelah tau semuanya lu mungkin akan berhenti untuk lanjutin kasus ini, dan gua belum siap untuk itu Ron," jelas Salma beran jujur untuk kali ini.
"Gua pergi dan menjauh karena gua marah sama diri gua sendiri. Belum apa-apa gua udah takut nggak bisa dan ternyata gua sebutuh itu sama kehadiran lu, Ron."
"Sal," panggil Rony.
"Hanya karena Raka terlibat, bukan berarti aku berhenti bantu kamu dalam kasus ini." Rony tiba-tiba saja mengganti kata sapaan yang ia gunakan.
"Tapi kalau kasus ini terungkap, Abang kamu juga bakal keseret, Ron."
"Raka memang abang aku, tapi apa yang sudah dia lakuin itu nggak benar. Perbuatan salah akan tetap salah, tidak ada pembenaran apapun alasannya. Dia harus menerima hukuman sebagai konsekuensi dari kejahatan yang dia lakukan, Sal."
"Bagaimana dengan Nai?" tanya Salma mengkhawatirkan kondisi gadis kecil itu jika Raka harus terseret ke dalam kasus ini yang tentu saja bisa membawanya mendekam di penjara.
"Nai tidak butuh sosok seperti Raka. Nai sudah punya aku yang akan terus berusaha untuk jadi sosok ayah yang baik, meskipun tidak bisa bener-bener menggantikan posisi Raka di hidup Nai."
"Selama ini juga dia tidak pernah hadir untuk Nai. Raka sebagai ayah Nai sudah lama mati," sambung Rony.
Salma ikut merasakan sakit saat mendengar ucapan Rony. Rony sudah benar-benar menganggap Raka mati setelah mengetahui semuanya. Tidak ada alasan lagi bagi Rony untuk membela abangnya yang brengsek itu, meski hubungan saudara tidak bisa terputus.
"Rony, aku minta maaf," ujar Salma kembali.
"Maaf karena nggak ada disaat-saat sulit kalian. Aku udah ingkar janji." Rony tersenyum mendengar ucapan Salma.
"Sal, kamu nggak salah."
"Harusnya aku ngertiin kamu bukannya malah ngikutin ego dan rasa takut aku. Harusnya aku yakinin dan nguatin kamu seperti yang selalu kamu lakuin buat aku."
"Semuanya udah terjadi, nggak ada yang perlu disesali, Sal."
"Aku benar-benar khawatir, tolong jangan pernah berpikir untuk coba hal bodoh itu lagi," ujar Salma yang sudah mendengar semuanya dari Paul.
"Tergantung," jawab Rony tersenyum jahil.
"Kalau nggak khilaf ya," sambung Rony memancing kekesalan Salma.
"Becanda lu nggak lucu, Ron. Sumpah," ujar Salma kesal. Suasana haru yang semula tercipta kini melebur karena sosok Rony yang kembali menyebalkan.
"Oh, udah mulai lu gua lagi nih. Aku-kamu nya udah selesai?" Goda Rony membuat semburat merah muncul di pipi Salma.
"Dih, lu yang mulai duluan ya. Gua mah cuma ngikutin alur."
"Iya deh, tapi khawatirnya beneran kan?" tanya Rony kembali membuat Salma salah tingkah.
"Tenang Sal, gua nggak akan kemana-mana. Karena sekarang gua jadi tau ada yang butuh gua di dunia ini. Udah nggak ada alasan lagi buat gua nggak bertahan."
"Jangan lagi ya, Ron," pinta Salma.
"Nggak akan Salma Aliyyah, apa perlu kita janji pakai jari kelingking juga?"
"Ih apaan, kayak anak kecil," jawab Salma telah kembali ke dalam mode Salma seperti biasanya.
"Lu nangis kayak tadi lucu tau sampai beleran gitu." Salma reflek memegang hidungnya untuk memastikan ucapan Rony.
"Lu kalau ngomong suka ngada-ngada ya."
"Gua cuma becanda, Sal. Nangis kayak tadi tetap cantik."
"Dih, Ron bulu kuduk gua jadi merinding denger ucapan lu barusan."
Rony hanya tertawa kecil melihat tingkah Salma. Padahal yang diucapkan Rony itu benar adanya, gadis itu tetap terlihat cantik dalam kondisi apapun. Sepertinya otak Rony sudah korslet karena Salma. Dan tanpa disadari kehadiran Salma dapat membuat keadaan dan perasaan Rony sedikit membaik.
Meskipun tidak dapat merubah takdir yang telah dituliskan. Meskipun tidak dapat mengganti yang telah terjadi dengan yang lebih baik. Meski semua sakit yang terjadi akan membekas, setidaknya Salma bisa memberi hal baru untuk Rony. Sesuatu yang selama ini Rony rasa hilang dan tidak ia miliki.
***
Salma udah jelasin semuanya, jadi jangan marah lagi❤️
Sebelumnya aku benar-benar mau minta maaf karena nggak bisa update tadi malam. Sebenarnya aku udah ada niat buat nulis dan update untuk menemani malam Minggu kalian.
Jangan lupa vote dan komennya yaaa, kritik juga boleh kalau kalian ngerasa ada yang kurang. makasih semuanya ❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...