Hari ini Rony kembali ke kantor. Bahkan, ia berniat ingin menemui pak Rengga untuk membicarakan tawaran yang diberikan pria itu. Entah apa yang membuat Rony mau membahas hal itu kembali."Permisi," kata Rony membuka pintu ruangan yang belakangan harus sering ia kunjungi.
"Rony," panggil pria itu dengan senyum lebar yang menggambarkan kemenangan.
"Saya sudah duga kamu akan kembali ke sini," sambung pria itu.
"Kamu sudah berubah pikiran?"
"Belum, saya belum yakin untuk menerima tawaran itu. Tapi, anda bisa membuat saya yakin."
"Oh tentu saja. Kamu mau bayaran menggiurkan? Itu bisa diatur asal kamu bisa bekerja lebih dari Abang mu."
"Bekerja yang bagaimana?" tanya Rony.
"Bekerja sesuai perintah saya," jelas pria itu tersenyum licik.
"Termasuk pekerjaan yang dapat mengotori tangan saya?"
"Tidak akan mengotori selama tidak ada yang tau dan selama ada uang."
"Bagaimana bisa saya percaya tangan saya tidak akan kotor dan diri saya akan aman?"
"Raka adalah bukti bahwa bekerja dengan saya akan tetap aman dan mendapat keuntungan."
Rony menaikan alisnya seolah-olah tidak mengerti dan tidak percaya.
"Jika kamu mau, saya bisa kasih lebih daripada apa yang sudah saya berikan untuk Raka."
"Apa yang membuat anda begitu menginginkan saya?"
"Saya tidak memilih sembarangan orang. Jika saya ingin kamu, ya karena saya sudah tau apa keuntungan yang akan saya dapat dari kamu," jelas pria itu tanpa basa-basi.
"Apa yang sudah Raka lakukan untuk anda?"
"Jangan pura-pura tidak tau Rony. Kamu sendiri sudah tau bukan kalau Raka adalah tangan kanan saya dalam menjatuhkan perusahaan yang menjadi lawan kami. Dan itu adalah salah satu bentuk pengabdian Raka kepada saya, dia berhasil membuat kami merebut proyek besar itu."
"Jadi benar Raka melakukan itu semua untuk anda dan perusahaan anda?" tanya Rony terlihat santai.
"Tentu saja, dan dia sudah saya beri bayaran lebih untuk memulai hidup baru bersama selingkuhannya."
"Jika saya bersedia dan meminta kebahagiaan Raka sebagai bayaran. Apa anda bersedia?"
"Tentu saja, dengan senang hati. Jika ada kamu maka Raka sudah tidak saya butuhkan lagi."
Pria itu benar-benar licik, tidak ada yang namanya kesetiaan dan kekeluargaan dalam kamus Rengga. Dia hanya memikirkan keuntungan yang bisa ia dapatkan.
"Kenapa anda bisa melakukan semua itu?"
"Uang dan kekuasaan," jawab Rengga tertawa penuh kemenangan.
"Saya akan beri jawaban segera. Anda belum bisa sepenuhnya meyakinkan saya, permisi." Rony segera berdiri dan beranjak pergi dari ruangan itu.
"Ron," panggil Novia yang sudah menunggu kedatangan Rony.
"Gimana? Lu dapet?" Rony mengangguk sebagai jawaban.
"Cukup untuk menguatkan bukti yang udah kita punya sebelumnya."
"Syukurlah, tinggal cari pengacara mereka."
"Makasih ya Nop, lu udah selalu bantu Salma."
"Sama-sama, Ron. Selagi gua bisa bantu, why not."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...