"Apapun tentang lu, gua suka"
***
Mentari sudah memunculkan diri di luar sana, sementara dua gadis dengan piyama bermotif beruang dan ikan salmon itu masih terlihat pulas. Tertidur setelah shalat subuh membuat mereka kebablasan hingga kesiangan.
"Nab, bangun." Salma menggoyangkan tubuh Nabila agar gadis itu segera bangun, meskipun dirinya sendiri masih mengantuk.
"Lima menit lagi ya kak Sal," jawab Nabila dengan suara serak khas bangun tidur. Gadis itu belum ingin beranjak dari tempat tidurnya.
"Kita udah telat ini buat buka toko."
"Tokonya libur dulu aja kak, aku capek." Sepertinya Nabila cukup kelelahan karena semalam. Biasanya anak itu si paling morning person.
Salma membiarkan Nabila kembali menikmati tidur nyenyaknya. Sementara dirinya memilih mandi dan segera membuat sarapan.
Seperti yang sudah direncanakan, pagi ini mereka akan memeriksa berkas yang semalam berhasil Salma temukan. Kemudian sorenya Salma akan ke rumah Rony untuk bertemu Nai dan mengajak gadis kecil itu bermain di taman.
"Selamat pagii!"
"Jangan teriak, Nabila masih tidur."
"Tumben," balas Paul mendudukan dirinya di kursi meja makan.
"Kecapean kayaknya, toko aja diliburin."
"Dia nggak sakit kan Ma?!" tanya Paul khawatir.
"Gua bilang kecapean Puyol. Kecapean sama sakit itu beda njir."
"Lu kalau nggak ada Nabila ngomong sama gua bawa-bawa nama guguk ya."
"Wajib itu. Btw, Rony kenapa nggak bareng lu?
"Gua sama Rony kan beda arah, cok. Bentar lagi palingan datang tuh anak."
"Semalam dia gapapa kan pas lu anter?"
"Kalau khawatir tanya sendiri dong."
"Aw, sakit mak!" teriak Paul saat sendok milik Salma berhasil mendarat di tangannya.
"Bisa nggak kalau gua nanya tuh jawabnya yang bener."
"Ya kan lu bisa nanya sendiri Mak, udah ada kontaknya juga kan."
Salma sudah mengambil ancang-ancang untuk kembali melempar sendok ke arah Paul. Namun gerakannya terhenti saat mendengar suara seseorang di luar sana.
"Nah, itu anaknya datang. Bukain Mak," ujar Paul yang dihadiahi tatapan tajam milik Salma.
"Iya-iya, gua yang bukain."
***
Kini empat orang dengan perbedaan latar belakang itu tampak sedang berkumpul di meja makan rumah Nabila. Di sana sudah tersaji nasi goreng buatan Salma.
"Kita sarapan dulu ya," kata Salma mengambil empat piring untuk mereka.
"Kapan lagi nih Ron makan nasi goreng buatan Salma." Paul menyenggol lengan Rony yang berada di sampingnya.
"Elu mah sering numpang makan masakan gua."
"Iya, kalau Paul sering numpang makan di sini kak," sambung Nabila semakin membuka aib Paul.
"Jangan buka rahasia gua di depan Rony dong."
Nabila tidak lagi menggubris ucapan Paul, begitupun dengan Salma. Gadis itu justru fokus pada piring di depan Rony. Dengan kondisi sadar atau tidak, tangan Salma terulur mengambil piring milik Rony.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...