Garis 57: Untuk Nai

4K 270 10
                                    


Rony mendengar derap langkah dari bawah sana. Seperti seseorang yang sedang berjalan mengendap. Rony jadi ingat ucapan Salma yang mengatakan bahwa dia melihat seorang perempuan di depan rumah.

Rony jadi merasa tidak tenang, ia segera beranjak meninggalkan Nai yang sudah tertidur. Karena tidak mungkin itu suara langkah kaki papa dan mama sedangkan mereka masih dalam perjalanan dari luar kota.

Dengan pelan Rony berjalan untuk melihat kondisi di bawah sana. Betapa kagetnya Rony saat melihat seorang perempuan di bawah sana dengan wajah tertutup selendang.

Perempuan itu berjalan ke arah foto keluarga mereka, kemudian berhenti lama menatap bingkai foto di depan sana. Rony turun perlahan, sambil berpikir bagaimana dia bisa masuk.

Hingga Rony tersadar saat kembali memperhatikan sosok di depannya dengan teliti. Tidak salah lagi, Rony mengenali wanita ini.

"Kak Bella," panggil Rony membuat wanita itu terkesiap. Ia berbalik menatap Rony kemudian berusaha untuk lari.

"Ini kak Bella," ulang Rony menahan tangan wanita itu.

"Lepaskan Rony," balas wanita itu dengan tatapan tajam.

"Kak Bella udah sembuh?" tanya Rony sama sekali tidak terintimidasi oleh tatapan Bella.

"Kenapa masuk rumah dengan cara menyelinap seperti ini?" pertanyaan bertubi-tubi Rony layangkan pada wanita itu.

Tiba-tiba bulir bening membanjiri pipi wanita itu, isakan perlahan terdengar.

"Aku cuma mau ketemu Nai, Ron," ujar Bella bergetar.

"Kenapa harus menyelinap kak? Kakak bisa temui Nai dengan cara baik-baik."

"Rony senang kakak sudah sembuh, dengan kakak bisa datang ke sini berarti kakak sudah jauh lebih baik."

"Maafin Rony ya kak, Rony nggak bisa bikin kakak terus bersama Nai."

"Nggak, kamu nggak salah Ron. Papa yang nggak kasih izin aku ketemu Nai."

"Bahkan pas aku udah sembuh papa minta aku untuk putus hubungan sama kalian. Padahal salah satu alasan aku bisa bertahan itu Nai."

Wanita itu terisak, sementara Rony seperti kembali merasakan rasa sakit yang telah ia lalui. Ternyata masih ada tangisan yang harus ia saksikan.

"Kak, Nai itu anak kakak."

"Aku takut papa akan nyakitin Nai kalau aku terus berontak dan ketemu Nai."

"Jadi itu alasan kakak jadi seperti ini?"

"Iya, beberapa minggu ini aku selalu memperhatikan Nai dari jauh. Tapi, hari ini aku nggak bisa nahan rindu untuk lihat Nai dari jarak yang lebih dekat."

"Kak, Nai pasti senang kalau kakak temuin dia secara langsung. Dia kangen mamanya kak."

"Nggak, Nai udah bahagia sama kamu dan calon istri kamu Ron. Terimakasih sudah membuat rasa kehilangan Nai terkubur."

"Aku dan Salma nggak akan bisa gantiin posisi abang dan kakak sebagai orang tua Nai," jelas Rony.

"Laki-laki itu tidak pantas untuk menjadi sosok ayah bagi Nai."

"Kakak tau?" tanya Rony yang dapat dipahami oleh Bella.

"Kamu kira kakak menjadi stres karena apa Ron?"

"Bukan karena Raka menghilang tiba-tiba. Tapi karena kakak tau alasan Raka menghilang karena apa."

"Maafin kakak, karena kalau kakak nggak gila mungkin kamu juga nggak akan terluka. Semua bisa tau fakta tentang Raka."

Titik Terbaik | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang