"Nai udah boleh masuk?" tanya gadis kecil itu mengintip dari balik pintu."Boleh, sini," pinta Rony membuat Nai segera berlari ke arahnya. Sementara Salma memilih menjauh, beranjak ke sofa yang berada cukup jauh dari Rony.
Nai tidak sendirian, ada Paul dan Nabila yang juga ikut masuk untuk kembali melihat kondisi Rony. Selain itu mereka juga ingin memastikan dua orang itu telah berbaikan.
"Sal," panggil Paul membuat Salma memutar bola matanya malas.
"Udah aman, tenang aja," jawab Salma yang sudah dapat dimengerti oleh Paul. Itu tandanya Salma dan Rony sudah menyelesaikan kesalahpahaman kemaren.
"Kak Rony aman?" tanya Nabila.
"Apanya?" ujar Rony justru balik bertanya.
"Kondisi kak Rony dong. Nggak mungkin aku nanya hubungan kak Rony sama kak Salma, emang ada?" Paul hanya bisa menahan tawa mendengar ucapan gadisnya itu.
"Udah gapapa Nab, bukan luka yang serius," balas Rony seperti tertembak tepat oleh Nabila.
"Tuh kak Sal, udah gapapa kak Rony nya."
"Nab," panggil Salma merasa tidak enak seperti ada sesuatu buruk yang akan terjadi.
"Masa tadi pas kami lagi makan martabak, tiba-tiba kak Salma nerima telpon kan. Eh, habis itu kak Salma langsung pergi. Mana buru-buru kayak orang khawatir level akut," jelas Nabila membuat Salma melotot.
"Sampai kak Salma sempat kesandung saking buru-burunya. Pas aku tau, wajar sih orang yang dikhawatirin kak Rony."
"Nabila ah elu mah!" Seru Salma frustasi dengan mulut ember Nabila.
"Tadi onty juga nangis," sambung Nai tiba-tiba semakin membuat Salma salah tingkah.
"Beneran Ma?" tanya Paul ikut menggoda temannya itu.
"Iya, puas!" jawab Salma membuat Paul tertawa.
"Wah, hebat. Level gengsinya udah mulai turun nih."
"Apaan sih Powl," kesal Salma.
"Udah, jangan jailin Salma terus."
"Duh, takut udah ada pawangnya yang belain," ujar Paul mendapat tatapan tajam dari keduanya.
"Ampun, gua cuma becanda."
"Btw, thanks bro udah bertahan," ucap Paul tiba-tiba menepuk pelan pundak Rony.
"Cepat sembuh ya kak Rony, kasian kakak aku jadi khawatir."
"Bilangin kakak lu, Nab. Gua udah gapapa, nggak usah khawatir lagi."
"Ih, tinggal ngomong langsung loh kak, orangnya ada di sini tuh," balas Nabila menunjuk ke arah Salma. Nabila ini memang tidak bisa diajak kompromi, anaknya benar-benar polos nggak bisa belok dikit.
"Oh iya, gua kayaknya nggak bisa nginap untuk hari ini, Ron. Maaf ya, nanti biar bibik gua bawa ke sini buat ngurusin lu."
"Bibik udah nggak kerja sama gua lagi."
"Udah lu pecat?" tanya Paul dibalas anggukan oleh Rony.
"Lu serius mau pindah, Ron?" tanya Paul kembali saat teringat deretan koper di rumah Rony dan pernyataan Rony yang telah memecat pembantunya.
"Pindah? Ron?" ujar Salma menatap Rony meminta penjelasan.
"Gua berencana buat pindah lagi ke Surabaya," jelas Rony yang tentu saja menghadirkan keterkejutan bagi Salma.
"Tapi itu cuma rencana, sekarang gua udah berubah pikiran," sambung Rony.
"Nggak jadi pindah kan?" tanya Salma ragu menggigit bibir bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Roman pour AdolescentsKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...