"Kalian pulang aja," ujar Rony membelakangi Salma, Nabila dan juga Paul."Bawa dulu mobil gua Powl buat anter mereka."
"Tapi, Ron-"
"Gua sama Nai mau istirahat." Rony benar-benar membawa Nai masuk meninggalkan mereka.
"Udah Powl, dia lagi butuh waktu sendiri," kata Salma menahan Paul yang hendak menyusul Rony.
"Setidaknya dia udah berhasil ngungkapin apa yang selama ini dia pendam," sambung Salma menatap punggung Rony yang menjauh.
Kemudian mereka berbalik memasuki mobil. Baru saja Paul hendak melajukan mobil milik Rony, tiba-tiba suara Nai mengehentikan mereka.
"ONTY! NAI MAU SAMA ONTY SAL!" teriak gadis kecil itu.
"Sal, lu kayaknya harus di sini dulu."
"Iya kak, Nai sampai nyariin kak Sal."
"Tapi Rony yang minta kita pergi."
"Biarin Rony sendiri di kamarnya, lu bisa bareng Nai, Sal. Lu masih ada alesan untuk tetap tinggal, sekalian pantau keadaan Rony."
Salma membuka pintu dan segera berlari menuju Nai. Dengan sigap Salma membawa tubuh gadis kecil itu ke dalam pelukannya. Diusapnya dengan lembut punggung mungil itu.
"Iya sayang, onty di sini," ujar Salma.
"Jangan benci Nai," kata gadis kecil itu tiba-tiba.
"Hei, nggak ada yang benci Nai. Semuanya sayang Nai."
Nai kecil menggeleng, matanya menyendu dengan bibir cemberut.
"Nai tau, semua benci Nai. Nenek, kakek, papa, mama dan mungkin uncle juga akan tinggalin Nai."
"Sayang, mereka tidak benci Nai. Mereka hanya sedang menyelesaikan masalah. Nanti, kalau Nai sudah dewasa Nai pasti akan mengerti."
Salma mencoba menenangkan Nai, memberikan pemahaman kepada gadis kecil itu bahwa ia tidak dibenci.
"Sekarang istirahat lagi yuk, Nai masih ngantuk kan?" gadis kecil itu mengangguk sebagai jawaban.
"Okey princess!" seru Salma membawa Nai kembali ke kamarnya.
***
Matahari di luar sana sudah mulai berangsur mendekati tempatnya untuk terbenam. Menunjukan hari mulai beranjak petang. Salma yang semula hanya berniat untuk menemani Nai ternyata ikut tertidur.
Suara adzan Maghrib membuat Salma terbangun. Tubuhnya benar-benar lelah hingga tertidur sampai selama itu.
"Astaghfirullah, udah jam segini." Salma melihat kiri dan kanan, ia tidak menemukan kebenaran Nai di sana.
Salma beranjak dari kasur berniat mengambil wudhu terlebih dahulu, namun gerakannya terhenti saat ia teringat dirinya yang sedang datang bulan. Salma mengurungkan niatnya, memilih mencari keberadaan Nai.
"Nai," panggil Salma. Ia menatap ke arah kamar Rony yang masih tertutup.
"Non, saya pamit pulang dulu. Dari tadi mau pamit, den Rony belum keluar-keluar."
"Oh iya bik."
"Makan malam sudah saya siapkan, kalau mau makan tolong diangetin dulu ya non."
"Iya bik, makasih bik."
Semenjak kejadian Bella dibawa pergi dari rumah ini. Bibik tidak lagi menginap, ia hanya akan datang pagi untuk bekerja kemudian akan kembali pulang jika pekerjaannya sudah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...