"Bolehkah aku dirayakan dengan bahagia sekali saja?"
***
Rony benar-benar tidak mengejar Salma. Ia justru bergegas untuk pulang dengan kepalanya yang masih berisik. Rony benar-benar lelah, energinya terkuras habis. Bahkan untuk marah pun Rony sudah tidak sanggup. Hingga Rony hanya bisa diam dengan pikiran yang kalut.
"ARRGH BRENGSEK!" teriak Rony. Kalimat singkat itu berhasil lolos dan mewakili kebisingan yang Rony rasakan saat ini.
Setelahnya Rony diam dan kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tatapan tajam penuh kemarahan dan kekecewaan tergambar jelas. Rahang tegas itu mengeras dengan wajah Rony yang memerah. Kepalan kuat pada setir mobil dan napas yang memburu membuat kemarahan itu semakin kental.
Drrrrrt, suara ponsel milik Rony tidak mampu memperlambat laju mobil miliknya. Laki-laki itu mencoba melihat siapa si penelpon dengan berusaha tetap fokus pada jalanan.
"Iya bik, ada apa?" Ternyata panggilan itu berasal dari pembantu Rony.
"Nyonya den, nyonya mau dibawa pak Arya." Rony segera memutus sambungan telepon, melempar asal ponsel miliknya dan semakin menambah kecepatan.
Tidak butuh waktu lama, Rony yang baru saja sampai segera turun menutup pintu mobilnya dengan kasar. Pemandangan pertama yang Rony lihat adalah seorang laki-laki paruh bayah sedang mendorong kursi roda kakak iparnya dengan Nai yang sudah menangis di sudut sana.
"OM!" teriak Rony segera berlari mendekat dan menahan laki-laki bernama Arya itu.
"Jangan bawa kak Bella om," ujar Rony.
"Uncle mama, hiksss," tangis gadis kecil itu semakin kencang saat Rony datang.
"Keadaan anak saya semakin kacau jika terus di sini," balas laki-laki itu membenarkan kacamatanya.
"Kamu berjanji keadaan Bella akan membaik, tapi apa buktinya?" sambung Arya.
Arya adalah ayah Bella, hanya dia orangtua yang Bella punya setelah ibunya meninggal. Sedari awal Arya memang tidak pernah setuju jika Bella tinggal bersama keluarga Rony, apalagi semenjak kejadian Raka pergi meninggalkan mereka. Namun, Rony berusaha meyakinkan Arya bahwa Bella akan membaik karena ada Nai yang bisa membantu Bella. Karena hubungan ibu dan anak memiliki kekuatan.
"Maaf om, tapi bisa tolong beri Rony kesempatan lagi."
"Saya sudah beri kamu kesempatan tapi tidak kamu gunakan dengan baik. Keputusan saya sudah bulat, Bella akan saya bawa."
"Tapi om, bagaimana dengan Nai. Dia masih butuh sosok mama, hanya kak Bella orangtua yang dia punya saat ini."
"Itu bukan urusan saya dan juga bukan salah saya. Salah kakak kamu sendiri yang pergi dan menghilang, entah apa yang terjadi dengan laki-laki itu, atau mungkin dia sudah mati."
"Om tolong jangan bicara seperti itu di depan Nai."
"Saya akan bawa Bella ke rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan. Kamu tidak perlu repot lagi, urus saja anak itu," balas Arya menunjuk ke arah Nai.
"OM! NAI ITU CUCU OM!" teriak Rony.
"Hah! Saya tidak peduli. Jangan halangi saya membawa Bella, karena dia anak saya," sinis Arya menepis tangan Rony kemudian mendorong tubuh Rony dengan kasar.
"MAMA! Hikss," teriak Nai dalam tangisnya.
Rony tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya bisa menatap kepergian Bella dengan Nai yang terus menangis dalam pelukannya. Ia tidak bisa menahan Arya, karena ia tidak berhak atas Bella.
Rony mempertahankan Bella selama ini karena Nai, agar gadis kecil itu bisa terus bersama dengan mamanya. Namun, Rony tidak bisa menggunakan kesempatan yang telah diberikan. Membuat Rony tidak bisa menepati janjinya untuk membuat Nai tidak kembali kehilangan orangtuanya.
"Nai mau mama, hiikss," Nai terus menangis dan memberontak dalam pelukan Rony.
"Kenapa mama dibawa pergi padahal papa belum pulang, hiksss," Rony hanya bisa memeluk Nai dengan erat. Bulir bening itu sudah tidak dapat dibendung. Pertahanan Rony runtuh dikalahkan keadaan.
"Uncle, Nai mau mama dan papa, hiksss."
"Sayang, ada uncle," lirih Rony semakin mengeratkan pelukannya.
Tangisan Nai dan Rony mengisi kesunyian malam. Tangisan yang dapat menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Lirihan akan kehilangan terdengar jelas dari keduanya. Untuk pertama kalinya Rony memperlihatkan kerapuhannya di depan Nai.
Nai terus menangis dalam pelukan Rony, hingga gadis kecil itu tertidur. Tertidur dalam kesedihan, lelah akibat tangis kehilangan. Anak sekecil itu harus menghadapi kenyataan dunia yang kejam.
"Maafkan uncle, Nai," lirih Rony menatap Nai kemudian membaringkan gadis kecil itu di kasur unicorn miliknya.
Rony menghapus jejak air mata pada pipi Nai dengan perlahan. Jejak itu mungkin bisa Rony hapus, tapi tidak dengan rasa sakit yang Nai rasakan. Ditatapnya wajah Nai dengan air mata yang kembali berlinang.
"Maafkan uncle," lirih Rony kembali membuatnya tidak dapat menahan air mata.
"Bagaimana uncle bisa menjelaskan semua yang terjadi sama kamu. Bagaimana bisa uncle menguatkan kamu sedangkan uncle sendiri berada dalam kehancuran," Rony benar-benar merasa sendiri menghadapi ini semua. Ia harus menjadi tumpuan bagi Nai sedangkan ia sendiri tidak tau harus bertumpu pada siapa.
"Maaf karena kamu tidak bisa mendapatkan kehangatan. Maaf karena kamu tidak beruntung, maaf untuk semua kehilangan yang kamu rasakan. Maaf untuk semua kebahagiaan semu yang uncle berikan." Rony kembali membawa Nai yang sudah tertidur ke dalam pelukannya.
"Maaf karena uncle tidak bisa membawa papa dan mama kamu pulang." Ucap Rony terisak dan hanyut dalam kesedihan.
"Papa kamu menghancurkan semuanya," lirih Rony mengusap air matanya.
Selama ini Rony selalu berharap abangnya baik-baik saja. Karena keluarga Rony berpikir jika Raka sudah meninggal dan hal itulah yang membuat orangtua Rony terpukul. Namun, Rony bertekad untuk menemukan Raka demi Nai. Dan hal itulah yang membawa Rony pada kasus yang menimpa ayah Salma.
Namun, takdir berkata lain. Ternyata orang yang selama ini Rony cari dan khawatirkan keadaannya justru sedang bersenang-senang. Entah apa yang harus Rony jelaskan kepada Nai dan kedua orangtuanya.
Jika yang dihadapi sekarang adalah kematian maka Rony bisa meminta mereka untuk ikhlas. Tapi kenyataannya Raka masih hidup dan sengaja meninggalkan mereka.
"Gua butuh lu, Sal," lirih Rony tanpa sadar kemudian tertidur dengan posisi mendekap Nai.
***
Jangan lupa vote dan komen, atau boleh tulis ungkapan kalian untuk Rony di cerita ini❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terbaik | END
Teen FictionKita selalu berkata biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tanpa sadar perjalanan itu menemukan satu titik yang sama. Mempertemukan kita yang tidak pernah saling sapa, mendekatkan kita hingga tidak ada jarak. Semua tentang mu menjad...