❄️(45) Cintanya Pak Dosen Flat! ❄️

1.4K 78 8
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Flashback On

“Mas Aliii sakiitt … hiks … hiks …” Prilly mengerang kesakitan saat Ali dari kamar mandi. Ali langsung menghampiri Prilly dengan khawatir.

“Mana yang sakit!? Bilang sama mas!” ucapnya yang mengusap kening Prilly.

“Perut saya yang sakit … hiks … hiks … ” rintih Prilly yang sudah tidak tahan.

“Tahan ya sayang … sebentar lagi dokter akan cek kamu lagi,” kata Ali yang menenangkan Prilly.

“Sabar! Sabar! Mas enak cuman bilang gitu! Saya yang ngerasain tau!” omel Prilly yang memukul bahu Ali, “mama sakiiit … hiks … hiks …” Prilly merangkul kuat leher Ali sama seperti yang dilakukan pada Fadly dan membuat Ali tersungkur ke pelukan Prilly.

“Mas susah kalau kamu begini!!” jerit Ali memperingatkan Prilly.

“Huaaa … udah gak kuat mas pengen ngeden! Saya udah gak tahan pengen ngeluarin mereka!” jerit Prilly yang menangis kesakitan.

“Kamu jangan dulu ngeden kata dokter! Dokter belum cek keadaan kamu!” kata Ali yang panik karena Prilly sudah bersiap-siap menarik nafas.

Prilly menggeleng cepat, “mereka desak saya terus buat keluar mas … hiks … hiks … saya udah kesakitan gini … hiks … hiks …” ungkap Prilly.

“Tahan dulu sayang! Tunggu dokter datang!” kata Ali memperingatkan. Prilly malah menarik leher Ali semakin jatuh ke pelukannya dan membuat Ali sesak nafas, “nafas mas sesak Prilly!”

“Saya juga lebih sesak gara-gara mas! Hiks … hiks …” balas Prilly.

Akhirnya dokter dan suster datang dan terkejut melihat mereka berdua, “lho kok kalian malah berantem begini! Sus cek pembukaan ibu Prilly segera!” titah dokter yang diangguki suster, sementara dokter melepaskan tangan Prilly yang hampir mencekik leher Ali.

“Sudah pembukaan sepuluh dok!” lapor suster.

“Ayo bantu ibu Prilly! Siapkan alatnya!” titah dokter. Para suster pun membantu Prilly untuk melahirkan dengan mengangkat kedua kaki Prilly, sementara Ali menetralkan nafasnya yang tercekik, “pak Ali dampingi istrinya ya!” titah dokter yang diangguki Ali.

“Bu Prilly tarik nafasnya pelan-pelan dan jangan merem ya!” titah suster.

“Ayo sayang ngeden sekarang!” titah Ali.

Prilly memukul bahu Ali, “sabar kek! Saya juga mau ini!” omel Prilly.

“Ayo bu Prilly ikutin saya ya!” titah suster.

“Huft … huft … nggghhhh …” 

“Terus bu ayo harus dorong kuat!” ucap dokter.

Prilly mencengkram kuat tangan Ali dengan kuku panjangnya yang membuat Ali sangat kesakitan dan terluka, “sayang sakit jangan cakar mas! Kuku kamu tajam ini!” jerit Ali.

“Sakiitt mass … eeennggghhhh … huft … huft … eeennnggghhhhh …”

“Yang kuat bu, ayo dorong yang kuat!”

“Udah gak kuat dok! Saya gak bisa … hiks … hiks …” keluh Prilly yang menangis dan membuat Ali tidak tega melihatnya.

“Pasti bisa bu! Ayo semangat harus kuat!” ucap dokter yang menyemangati prilly.

Cintanya Pak Dosen Flat! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang