"Perlahan-lahan pasti dia akan berbalik untuk melihat siapa yang mengejarnya."_Glory_
____
"Kalian ini selalu bertengkar! Bapak sampai bosan melihat wajah kalian ini!" ucap Pak Maman sembari memegang kayu yang panjangnya sampai pinggang orang dewasa dan besarnya seperti jari jari manusia.
"Kalau bosan ya ngapain bapak panggil kita ke sini," jawab Dilan seperti mendadak lupa dengan apa yang dilakukannya bersama Aidan tadi.
Plak!
Satu pukulan mendarat sempurna di betis cowok yang menjawab tadi. Dilan meringis kesakitan sembari mengumpat dalam hati.
"Masih juga berani jawab!" tanya Pak Maman tegas.
"Ma-maaf Pak." Dilan berucap pelan.
"Kalian ini tidak ada kapok-kapoknya di hukum sama saya! Mau jadi apa kalian kalau setiap hari terus bertengkar!" ucap Pak Maman sepertinya sudah sangat marah.
"Kali ini bapak akan menyurati orang tua kalian dan sekali lagi kalau bapak dengar kalian berkelahi seperti tadi maka bapak tidak akan segan segan memberikan kalian skors selama dua Minggu! Paham kalian?" tanya Pak Maman tegas, Dilan dan Aidan mengangguk paham.
"Sekarang kalian berdiri di tengah lapangan. Jangan ada yang masuk sampai bel pulang tiba."
Dilan dan Aidan sontak kaget, yang benar saja ini baru saja jam 10.56 dan mereka harus berdiri di lapangan hingga jam 3 sore? Apa guru dihadapan mereka ini sudah tidak waras?
"P-pak apa nggak ada hukuman lain? Bersihkan ruang kelas kek, masa iya berjemur dari pagi sampe sore. Apa nggak jadi ikan kering?" protes Aidan, karena biasanya jika mereka melakukan kesalahan pasti hukuman yang mereka dapat hanya membersihkan toilet dan juga membersihkan kelas, setelah itu mereka dibebaskan lagi untuk melakukan proses belajar mengajar seperti biasanya.
"Benar tuh Pak, masa bapak tega liat murid bapak jadi manusia kering," tambah Dilan.
Pak Maman menatap wajah keduanya secara intens.
"Giliran protes aja kalian bisa kompak, pokoknya nggak ada sistem negosiasi lagi! Sekarang jalani saja hukuman kalian, dan jangan coba coba untuk masuk ke kelas selama hukuman kalian berjalan atau bapak akan hukum kalian lebih parah lagi!!" ancam Pak Maman lalu melangkah keluar dari ruang bk.
Aidan memegang kupingnya yang terasa panas akibat dari tadi disembur oleh kata kata Pak Maman.
"Heh! Ini semua itu gara-gara lo. Coba aja tadi lo nggak ngotot buat ketemu Glory udah dipastikan kita nggak akan dihukum," ucap Dilan menyalahkan Aidan.
"Lo sadar diri nggak sih? Jelas-jelas yang salah disini itu lo! Lo yang halangin gue buat ketemu Glory." Aidan tidak terima disalahkan.
"Gue kan udah kasi peringatan ke lo untuk jauhin Glory!" tutur Dilan penuh penekanan.
"Lo siapa larang-larang gue buat dekat sama dia? Bokapnya lo?" tanya Aidan dengan emosi yang meluap luap, tidak lupa posisi Aidan saat ini sudah memegang kerah baju Dilan dengan kasar.
"E e e eh, bukannya ke lapangan malah lanjut berantem! Aidan lepasin Dilan!" perintah Pak Maman saat masuk kembali ke ruang bk, guru itu merasa tidak beres ketika melihat belum ada tanda-tanda kedua cowok itu keluar mengikutinya, jadi ia memutuskan untuk kembali masuk dan benar saja hampir akan terjadi keributan lagi.
Aidan melepaskan tangannya dari kerah baju Dilan dengan kasar. Cowok itu lalu keluar tanpa perduli dengan Pak Maman yang sudah siap mengomel lagi.
"Kamu juga, sana!" usir Pak Maman pada Dilan, cowok itu tidak menoleh sama sekali. Raut wajahnya berubah datar tanpa ada ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain