"Dalam hidup gue yang menarik selain senyum Mama itu senyum Glory."
_Hugo Damian Adhitama _
Prang!!!
Semua anggota Aderfia menoleh serentak ke arah Hugo. Dengan wajah merah ia menatap satu persatu teman-temannya lalu tertawa. Cowok itu sudah mabuk, dari tadi ia minum, dilihat dari banyaknya botol yang ada di atas meja membuat mereka semua yakin jika Hugo bukan hanya setengah mabuk melainkan sudah mabuk parah.
"Ada apa dengannya?" tanya Stefan pada Yonatan.
"Kita baru menghabiskan satu botol bir tapi dia? Apa ada masalah tadi?" Yonatan balik bertanya.
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan .... Dua belas, tiga belas, em__ wow, pemecah rekor malam ini jatuh pada Hugo!" ucap Uilliam setelah menghitung jumlah botol kosong sementara Hugo masih belum berhenti, ia terus meminum isi dari sisa botol yang di pegangnya.
"Sejak kapan dia sangat tertarik sama minuman?" tanya Keano. Malam ini mereka bertanya-tanya tanpa tau jawabanya.
"Hahahah!" Hugo tertawa terbahak-bahak lalu melempar botol sembarang.
++++
Waktu menunjukkan pukul 01.30, tapi mata Glory tak kunjung mengantuk. Berulang kali cewek itu menutup matanya namun rasa kantuk tidak datang hingga ia merasa lapar.
Glory membuka kulkas, ia mengambil roti dan susu kotak dan menyimpannya di atas meja.
"Aneh, Hugo belum pulang?" tanyanya sembari melihat ke arah pintu depan.
"Atau mungkin dia sudah pulang dari tadi? Tapi gue belum dengar suara motornya." Tak bisa di pungkiri, Glory sangat khawatir jika Hugo kenapa-napa, Arash juga belum pulang jadi hanya Glory sendirian di rumah itu. Selama tinggal bersama ia belum pernah melihat Hugo pulang larut atau bahkan tidak pulang ke rumah.
Glory melahap roti sembari memainkan hp nya. Ia ingin menghubungi Hugo tapi lupa bahwa ia sudah menghapus nomornya. Glory menghembuskan nafas sebal berusaha menghilangkan rasa khawatirnya itu.
"Lupakan itu Glory, dia sudah besar dan bukan cewek pula jadi untuk apa khawatir," ucap Glory, ia akhirnya membuka aplikasi WhatsApp. Dilihatnya nama 'Algra gila' berada pada barisan paling atas di layar hp nya.
Pesannya dari tadi belum juga di balas, cowok itu bahkan sengaja hanya membacanya tanpa berniat ingin membalasnya.
"Wah, dia sungguh mencari gara-gara. Bagaimana bisa dia buat gue kepo kayak gini!" omel Glory pada layar hp nya. Ia segera keluar dari aplikasi itu sebelum makin kesal.
Ceklek.
Glory menoleh pada pintu. Glory merasa lega ketika melihat itu adalah Hugo, ternyata cowok itu baru pulang. Tapi, saat melihat jalan Hugo yang sempoyongan membuat Glory langsung berlari menghampirinya.
"Lo baik-baik aja?" tanya Glory sembari menahan tubuh Hugo yang hampir saja ambruk di lantai.
Dicium dari dekat rupanya Hugo tidak apa-apa, hanya saja ia bau alkohol. Hugo menatap Glory lekat, ia lalu tersenyum dan memegang kedua pipi cewek itu.
"Glory, hehe," ucap Hugo membuat Glory bingung. Pasalnya Hugo baru saja cengengesan, untuk pertama kalinya ia melihat Hugo seperti ini apa karena pengaruh cowok itu mabuk.
"Berapa banyak yang lo minum, huh?" tanya Glory.
"Itu ... Sedikit, heheh. Jangan marah, ya." Glory makin tak percaya ini. Apa dia sungguh Hugo, cowok itu memasang wajah imut hingga membuat Glory gemas sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain