53 | MODUS

295 24 1
                                    

"Tidak ada tempat ternyaman bagi aku untuk membagi cerita."

Kucinggarong___






_________

Glory dari tadi diam sembari menatap kebersamaan Algra dan Aira saat menyimpan belanjaan wanita itu di atas meja. Ini bukan untuk yang pertama kalinya Glory melihat Aira, saat di rumah sakit waktu itu Glory juga melihat wanita itu tengah memanggil anaknya yang nakal.

Aira sering mengomel pada Algra karena cowok itu selalu saja bercanda. Jujur, Glory belum pernah melihat hal seindah itu, dalam hidupnya ia hanya mampu membayangkan bagaimana rasanya di sayang ibu, bercanda dengan ibu, apapun itu di lakukan dengan ibu.

Aira beralih menatap Glory, ia melihat dari ujung kaki hingga ujung rambut cewek itu.

"Kamu terlihat sangat cocok memakai pakaian Algra," ucap Aira. Seketika Glory menunduk melihat dirinya sendiri.

"Be-benarkah?" tanya Glory gugup.

"Hahah, kenapa sangat gugup. Ayo kemari," ajak Aira, Glory masih ragu untuk melangkah tapi ketika menatap Algra tersenyum memberikan keyakinan untuk cewek itu, Glory memberanikan diri menghampiri ibu dan anak itu.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Aku seperti pernah melihat mu," ucap Aira pada Glory.

Glory kembali mengingat saat melihat Aira memanggil-manggil nama Algra, namun di waktu itu hanya Glory yang melihat Aira, lalu bagaimana bisa wanita itu berucap seperti tadi?

"Aahh, Tante ingat sekarang. Kamu gadis yang satu ruangan dengan Algra waktu di rumah sakit, bukan?" tanya Aira membuat Glory dan Algra saling bertatapan satu sama lain, apa tadi? Satu ruangan?

"Hahaha, kamu pasti tidak ingat karena kamu sedang pingsan, begitupun dengan Algra. Apa kondisimu baik-baik saja sekarang?"

Glory mengangguk. "Aku baik-baik saja," jawab Glory pelan.

"Siapa namamu?"

"Glory."

"Nama yang cantik, mau membantu Tante memasak?" Tanpa berfikir panjang lagi Glory langsung mengangguk cepat.

"Baiklah, ayo," ajak Aira ke dapur. "Algra! Bawakan sayur itu ke dapur!" perintah Aira. Algra hanya mampu menghela nafas, padahal ia adalah anaknya tidak bisa kah berbicara lebih lembut seperti berbicara dengan Glory, pikir Algra.

+++++

Cukup lama Hugo berdiri menatap nisan yang bertuliskan nama ibunya. Di sana ia tidak sendiri, melainkan ada Keano, Stefan, Yonatan, Uilliam, dan Arash. Ada sesuatu yang benar-benar membuat hati Hugo kecewa, Hugo sangat kecewa pada ayahnya yang bahkan tidak mengantar Hanin ke tempat peristirahatan terakhirnya bukan itu saja, pria itu terlihat tidak memiliki penyesalan sama sekali ketika mendengar Hanin bunuh diri.

Pikiran Hugo kacau, ibunya baru saja meninggal dan Glory entah pergi kemana dia, sejak dari rumah sakit cewek itu menghilang bahkan Algra pun tidak terlihat, apa mungkin Glory tengah bersama Algra sekarang? Pikir cowok itu.

Mereka memutuskan pulang karena melihat awan hitam sudah menutupi langit biru.

"Langsung ke rumah?" tanya Keano pada Hugo sebelum cowok itu menyalahkan mesin motornya.

"Kita ke markas, di rumah ada banyak anak-anak Scorpio, dan juga ... Tidak ada Glory di sana," gumam Hugo di akhir kalimatnya, posisi Keano cukup dekat dengan Hugo, gumam-an itu terdengar jelas di telinganya.

"Lo nggak ada rencana untuk mencari Glory? Sangat aneh bukan jika semalam dia tidak pulang, bisa saja, siapa cowok itu?"

"Algra," jawab Hugo singkat.

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang